Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8 Janji
Happy reading 😘
...Seorang pria gentleman berani membuat komitmen. Namun seorang pecundang akan mudah sekali melafazkan janji....
...🌹🌹🌹...
Degup jantung bertalu kala langkah kaki terhenti di depan pintu.
Ragu. Namun kesungguhan hati menguatkan niat yang sudah terlafaz semalam, sebab tak ingin terlalu lama menunggu.
Hati telah lelah membuang waktu dengan cinta yang semu, seperti kisah cintanya yang dulu. Sebelum gadis manis berkumis tipis bertahta di kalbu.
"Bismillah, bismillah, bismillah ya Allah --" Berulang kali Zaenal mengucap lafaz basmallah dan berusaha menormalkan degup jantung yang kian bertalu.
Dihirupnya udara dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan.
"Zen, kamu harus berani! Kamu nggak boleh mundur! Pantang bagi seorang cowo gentleman balik kanan sebelum berjuang." Zaenal menyemangati diri dan mengumpulkan pundi-pundi keberanian sebelum jari tangannya menekan bel pintu yang terpasang di dinding teras.
Namun sebelum jari tangan terangkat ke atas, seseorang menepuk pundaknya dari belakang dan sukses membuat terkesiap.
Refleks, Zaenal menoleh ke arah objek yang kini berdiri tepat di belakangnya.
Ia pun kembali terkesiap kala menyadari objek tersebut adalah Ridwan--papa Nofiya. Calon mertua yang ingin ditemui olehnya.
Astogeh. Kenapa badanku jadi merinding? Lebih merinding jika dibanding saat bertemu Mbak Kun.
Zaenal berusaha menguasai diri meski rasa takut kian mendominasi.
"Siapa kamu?" tanya yang terlontar menyadarkan Zaenal dari mode mematung.
Zaenal lantas memutar tubuh hingga berhadapan dengan Ridwan.
"Om, sa-saya. Saya teman Nofiya --" jawabnya sedikit terbata dan tangannya serasa berat terulur untuk menyalami Ridwan.
Nervous. Zaenal benar-benar nervous berhadapan dengan calon mertua yang dikenal galak dan posesif.
Namun beruntung, ia berhasil mengendalikan diri, sehingga tubuhnya tak limbung dan bibirnya mampu berucap--menjawab tanya yang terlontar.
"Ada perlu apa lagi kamu datang ke rumah kami?" Ridwan kembali bertanya diiringi tatapan elang yang membuat kaki dan tangan Zaenal gemetar.
"Sa-ya --"
"Mau mengantar boneka dari Inul lagi?" tebak Ridwan.
"I-Inul --"
"Woe, Zen!" Nofiya memangkas ucapan Zaenal. Beruntung, ia datang di waktu yang tepat, sebelum Zaenal mengucap tanya tentang Inul yang mungkin akan membuat sang papa murka, karena ia ketahuan telah berdusta.
"Zen, Inul menyuruhmu lagi ya?" Nofiya mengedipkan satu mata untuk memberi kode pada Zaenal.
Satu anggukan diberikan oleh Zaenal, sebagai tanda bahwa ia mengerti kode kedipan mata yang ditujukan padanya dan sebagai pengganti jawaban atas tanya yang terlontar, sebab ia merasa bingung untuk mengucap kata yang tepat.
"Kenapa bukan Inul sendiri yang datang kemari?"
"Eng ... Inul sedang ke luar kota, Pa," jawab Nofiya--mewakili Zaenal yang masih terlihat bingung.
Inul? Sebenarnya, siapa yang mereka maksud? Batin Zaenal bertanya-tanya.
"Iya 'kan, Zen?" Kali ini Nofiya memberi kode dengan menyenggol tangan Zaenal yang menjuntai.
Lagi-lagi Zaenal mengerti kode yang diberikan padanya dan kembali mengangguk.
"Eng, sebenarnya saya ada perlu dengan Om Ridwan." Zaenal memberanikan diri berucap, meski rasa takut belum sepenuhnya menghilang.
"Ada perlu apa?"
"Saya ingin meminta ijin pada Om untuk mencintai dan menjalin hubungan dengan Nofiya, putri Om." Selayaknya seorang cowo gentleman, Zaenal menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ridwan dengan tegas, tanpa terselip ragu.
Ia utarakan keinginan, tanpa takut menerima penolakan ataupun amarah dari Ridwan.
Tak ada mimik terkejut, apalagi mimik yang menyiratkan amarah terlukis di wajah Ridwan kala mendengar jawaban dari bibir Zaenal.
Sebab, Ridwan sudah mengendus hubungan Zaenal dengan sang putri sejak kedatangan pemuda itu di malam Jumat Kliwon.
Tepatnya, saat Zaenal memberikan boneka kelinci berwarna pink pada Nofiya.
Ditambah laporan dari Seruni dan para tetangga yang pernah melihat Nofiya berangkat ke kampus bersama Zaenal.
"Fiya masih kuliah dan harus fokus belajar. Saya tidak ingin masa depan Fiya hancur hanya karena memiliki pacar. Bisa jadi, Fiya akan sibuk berpacaran dan melupakan tugasnya sebagai seorang pelajar." Ridwan berucap dengan suaranya yang terdengar datar. Namun penuh penekanan.
"Iya, Om. Saya mengerti. Pastinya, Om tidak mengijinkan Fiya untuk berpacaran karena Om sangat menyayangi dan mengkhawatirkan Fiya. Om juga sangat peduli dengan masa depan Fiya. Tapi, jika Om memberi izin dan merestui hubungan kami, saya berjanji ... akan menjaga Marwah-nya, sehingga masa depan Fiya tidak akan hancur. Saya berjanji, akan memotivasi dan mendampingi Fiya menggapai cita-cita dan mimpinya. Saya juga berjanji, akan menjadi penjaga dan pelindung Fiya selama Om tidak berada di sisi nya."
Ridwan tersenyum tipis dan menepuk pundak Zaenal.
"Jangan mudah berjanji, karena janji adalah hutang yang harus dipenuhi. Lebih baik tunjukkan bukti, jika kamu memang bersungguh-sungguh mencintai putri Om! Karena seorang lelaki sejati, dia berani membuat komitmen. Bukan sekedar mengucap janji."
Usai bertutur, Ridwan berlalu pergi--meninggalkan Zaenal dan Nofiya yang kini tengah mematung, menelaah setiap kata yang dituturkan oleh nya.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
Jangan lupa like & subscribe 😊🙏🏻
kalimatmu Thor..
mak nyesss dehh
Restu yang pergi entah kemana, sekarang datang juga...
Tu...Tu...lama amat sih lu datengnya..
Tapi beda cerita kalau kata Zaskia gotik.
Dia bilang..paijo...paijo..ditinggalke bhojhone....😄😄
Belajar sama² ya Zen udah ada lampu hijau dari Papa Ridwan.
semoga
eh Authornya duluan.
Terus siapa yg bisa jawab nih