Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
Setelah 3 hari mereka berlibur, hari ini mereka menjalankan aktivitas seperti biasanya.
“Ahhh Alan, aku rindu padamu! Aku rindu kesibukanku yang selalu mengintilimu”, seru Denis.
“Apakah kau normal? Aku tak ingin dirindukan bangsa sejenis dan makhluk gaib sepertimu! 1000% Aku masih ingin dirindukan oleh wanita”, cicit Alan tertawa mengejek.
“Heh siluman tokek! Kauuu!!!”, sambil mengejar Alan memasuki kampusnya.
Alan dan Denis menempuh pendidikan S-1 nya di kampus yang sama namun lebih sering mengambil kelas online. Sesekali ia mendatangi kampus menyerahkan projek tugas dan apabila ada sesuatu yang penting saja mereka akan mendatangi kampus. Sedangkan El yang notabene senior dikampusnya, ia memilih berkuliah di kelas karyawan agar memiliki waktu yang lebih bebas. Di umur yang masih muda ini mereka bisa mengemban tugas sebagai pengusaha muda dan kewajiban menuntut ilmu pun tetap berjalan.
Semua mata tertuju pada Alan dan Denis yang memiliki wajah sangat tampan. Terutama Alan.
“Sov… Look!!”, ujar Fefe.
“Pucuk di cinta, ulam pun tiba! Lets go girls”, seru Sovia kepada Fefe dan Gladys.
Sovia merencanakan hal licik kepada dua temannya. Setelah mengkondisikan rencananya, ia bergegas menuju pintu lift terlebih dahulu sebelum Alan dan Denis. Ia sangat menggilai Alan. Bahkan didinya mengklaim bahwa akan menjadi Nyonya Alan Taraka. Satu kampus mengetahui akan hal itu namun Alan tak pernah menganggapnya sama sekali bahkan ia bisa menyamakan Sovia dengan lalat.
Saat Alan dan Denis tiba di pintu lift, tatapan Alan dan Denis hanya tertuju pada handphone masing-masing. Kemudian kedua teman Sovia mengajak bersenda gurau dan menggoyangkan bahu Sovia (sedikit menghempaskan tubuhnya ke belakang) agar bisa menyenggol tubuh Alan dan jatuh bersama Alan.
Tak disangka-sangka. Alan seolah mengetahui rencana licik para gadis disebelahnya. Alan sedikit memundurkan posisinya dan Sovia terjatuh keras tanpa ada yang menolongnya.
“Aaawwwhhh!!!” Sovia meringis kesakitan. Namun ia malah menjadi bahan tertawaan orang lain yang melihatnya sedang mencari perhatian Alan.
“Alan, bukankah kau tadi disampingku? Aku jatuh Alaan.. Bisakah kau membantuku berdiri dan mengantarkanku ke klinik? Sepertinya kakiku terkilir”, pinta Sovia memelas dengan nada lembut yang dibuat-buat.
Alan tak pernah menanggapi perempuan manapun kecuali Mommy dan Q (Kakak perempuannya). Alan memutar bola matanya pertanda jengah dengan omongan lalat itu.
“Alan takkan pernah melirikmu setan blonde!! Mimpimu itu harus kau kubur sebelum aku yang akan menguburkanmu hidup-hidup!”, ancam Denis.
“Kau..!!! Tunggulah saat aku menjadi Nyonyamu! Akan ku buang kau dan takkan pernah bisa menempel pada Alanku seorang!” Emosi Sovia.
“Yakin?! Cuiihh!! Denis meludah tepat di heels Sovia)”, Denis berlalu menyusul Alan yang sudah memasuki lift meninggalkan Sovia yang sedang berapi-api.
“Aaaaakkkkkhhhh!!!!!”, teriak Sovia sehingga mengundang tatapan aneh dari sekitar bahkan ada yang berani menertawainya.
“Sov…. Are you ok?!”, tanya Fefe lembut.
“Kenapa kau mendorongku tanpa melihat posisi Alan HAH?! Dan ya! Aku akan pergi sendiri, tak perlu kalian mengikutiku! Moodku hancur!”, segera berlalu dari pandangan sahabatnya.
——————————————————————————————————————————
Di tempat lain, tepatnya di Hotel Prima kamar nomor 511.
“Sayaaaang, dimana kau!!! Moodku sedang hancur!!”, teriak Sovia.
“Kau mencari siapa?”, tanya Nico heran dengan tanpa permisi memasuki kamarnya.
Sejenak Sovia tertegun melihat tubuh Nico yang hanya dibalut handuk melingkar di pinggangnya. Dada yang tegap dan perut six pack sangat menggoda hasrat Sovia.
“Hey Nona!!”, ucap Nico menyadarkan lamunan Sovia yang sedang senyum-senyum sendiri. “Cari siapa kau kemari?! Ini kamarku? Apa kau salah kamar?” Tanya Nico kembali.
“T..Tid..aak Tuan. Maaf. Aku diberi kabar oleh temanku dan ia mengirimiku nomor kamar ini”, kata Sovia jujur.
“Jadi ini wanita yang diberitahu Veer padaku. Hmm baiklah, sepertinya menarik”, batin Nico menyeringai penuh arti.
“Kau mencari Veer Nona? Dia sedang pergi keluar”, ucap Nico. Ia sengaja masih memakai handuk dan bertelanjang dada. Ia diberitahu Veer bahwa wanita j****gnya akan datang dan Veer sedang dikamar lain tentu dengan kesenangannya bersama wanita lain.
“Benarkah?! Kenapa Veer tidak memberitahuku!”, kesal Sovia.
“Humm.. Dia pergi terburu-buru sepertinya ada urusan sebentar. Tapi dia telah memberitahuku tentangmu yang akan datang kemari”, ucap Nico yang mulai mengendurkan handuknya sedikit.
“Kalau begitu aku akan menunggunya di lobby saja. Maaf jika tadi aku lancang”, ucap Sovia yang hendak pergi namun segera dicegah oleh Nico.
“Duduklah. Kau teman Veer berarti temanku juga. Aku tersinggung apabila ada tamu namun aku mengabaikannya tanpa menyambut tamu itu dengan baik”, senyum Nico penuh arti.
“Kau harus tanggung jawab Nona. Milikku sudah terbangun dengan hanya melihat melonmu yang menyembul itu. And look! Pasti b****gmu sangat kenyal. Akkhhh tahanlah adik, akan ku siksa terlebih dahulu nafsunya”, batin Nico.
“Kemarilah Nona. Akan ku buatkan kau hidangan kecil. Maaf jika makanan ini hanya sederhana”, ucap Nico merendah.
“Ahh… Baiklah. Aku tak ada masalah dengan semua jenis hidangan apapun jadi janganlah kau berkata seperti itu, kau membuatku tak enak hati jadi merepotkanmu”, ucap Sovia yang mudah akrab dengan orang baru.
“Umm.. Apakah kau tak berganti pakaian terlebih dahulu Tuan? Apakah kau nyaman hanya menggunakan handuk saja? Maaf jika aku lancang.” Ucap Sovia yang mulai tak bisa kuasai nafsunya. Sejak SMA, apabila ia emosi maka pelampiasannya hanyalah bercinta. Entah dengan siapapun dan tak terhitung jumlahnya. Dengan bercinta ia bisa meracau apapun meluapkan emosinya. Setelahnya ia kembali merasa lega dan menjalani harinya seperti biasa lagi.
“Sebentar. Setelah aku menyelesaikan hidangan ini aku akan berganti. Maafkan aku jika membuatmu tak nyaman”, senyum Nico dan mengedipkan sebelah matanya.
“Ahh.. Maaf jika aku lancang Tuan. Lagipula ini kamarmu jadi mau bagaimana pun itu hakmu Tuan”, ujar Sovia.
“Aku Nico. Tolong jangan memanggilku Tuan. Veer sahabatku jadi tak perlu kau memanggilku dengan sebutan itu karna kau bukan pekerjaku Nona”, ucap Nico.
“Baiklah Nico. Panggil juga aku Sovia ya jangan Nona karna kau bukan tukang kebunku”, tawa Sovia seolah ingin lebih mengakrabkan diri dengan Nico.
“Lumayan juga bila aku bisa bercinta dengannya. Bagaimana bentuk otongnya? Bila ku lihat dari perawakannya sepertinya lebih besar daripada Veer. Ahhhh aku ingin!!”, batin Sovia menahan hawa panas dalam tubuhnya.
“Silahkan Sovia, nikmatilah. Aku bereskan ini terlebih dahulu karna aku tak suka dengan kondisi berantakan”, ucap Nico sambil berpikir cara memancingnya.
Dan dengan berbagai cara, akhirnya ia menubrukkan diri dengan Sovia yang hendak berpindah ke sofa. Tubuh Nico sukses berada di bawah dan Sovia diatasnya. Sovia merasakan milik Nico sudah menegang sempurna. Bagaimana tidak, dada Nico sukses menempel dengan melon milik Sovia. Melonnya terlihat sangat menggoda iman ditambah dengan rok yang tersingkap sehingga memperlihatkan b****g yang besar dipantulan pintu kulkas.
“Punyamu tegang Nic”, Desah Sovia ditelinga Nico dan menyingkap handuknya. Ia menelan saliva dengan susah payah melihat otong milik Nico yang pasti lebih besar dari Veer.
“Kau mau merasakannya? Mari ke kamar, akan ku buat kau nikmat sayang”, ajaknya sambil menggendong Sovia ala bride style.
Setibanya di kamar, Nic menghempaskan tubuh Sovia ke ranjang dan membuat melonnya naik turun.
“Ouuchhh sayang, bisakah kita mulai?! Cukup sudah aku menahannya sedari tadi. Kau menggodaku Nic! Aku akan berada di atasmu! Terimalah servisku”, ujar Sovia yang melepaskan pakaiannya sendiri.
…Dasar j****g. Ternyata mudah sekali merayumu!” Batin Nico.
“Lakukanlah segera, aku menunggu keganasanmu itu!”, tantang Nico.
Sovia mulai mel*mat bibir Nico yang tebal hingga turun ke jakunnya yang membuat Nico meracau tak karuan. Selepas itu ia memainkan lidah di perut Nico. Ia jilati seluruh tubuh Nico tak terlewat se-inci pun.
“Ouucchh b**ch!! Kau menyiksaku dengan melakukan perlahan!! Cepatlah milikku sudah sangat tersiksa!!”, umpat kasar Nico sambil memelintir p****g Sovia.
“Aaakhh, kau memelintir bagian sensitifku Nic. Sakit Nic, lakukanlah dengan gigimu saja aku lebih menyukainya dibanding cubitan tanganmu itu!” Kesal Sovia.
“Akhh… Ouuuchhh…. B***l sekali kau Sovia! Masukkan dalam goamu CEPAT!! Ingin ku segera menyemburkan milikku itu padamu”, kesal Nic namun nikmat.
“Baiklah…. Sleeebb!!! Aaaaaakkkhhhh!!!! Milikmu besar sekali Nic!! Aaaaaaakkkhhhh!!!”, racau Sovia.
“Fasterrrr baby……. Fasterrrrrrrrr!!!!!”, ucap Nic.
Setelah 1 jam melakukan percintaan, Sovia memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia sangat lelah setelah melakukan hal itu dengan Nic.
*(Mohon maaaf yaaa…. Cerita anu-anunya tidak detail sampai akhir. Jujur, merinding dan juga takutnya kalian-kalian mulai membayangkan otong Nico lagi!! 😂😂😂)*