SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 14
Seharian ini, Via benar-benar tak bisa tenang. Ia selalu kepikiran dengan foto yang Bu Anet tunjukkan. Giana tak pernah mengatakan ataupun menceritakan tentang kehidupan rumah tangganya. Ia hanya selalu mengatakan kalau ia baik-baik saja, suaminya baik, ibu mertuanya baik, semua orang baik padanya. Meskipun beberapa kali ia seakan mendapatkan firasat tak mengenakkan, tapi sebisa mungkin Via meyakinkan diri kalau putrinya tidak apa-apa. Putrinya bahagia dengan pernikahannya. Meskipun belum dikaruniai anak, tapi ia baik-baik saja.
Namun, keyakinan itu kini terpatahkan setelah ia melihat foto dan video yang Bu Anet tadi tunjukkan. Di foto dan video itu jelas menunjukkan sosok laki-laki yang tak lain adalah Herdan. Ia bergandengan mesra dengan seorang wanita yang entah siapa. Hati ini mana yang tetap biasa saja saat melihat suami dari anaknya ternyata memiliki wanita lain? Tak ada. Setiap ibu pasti akan ikut sakit saat mengetahui kesakitan yang dialami anak-anaknya. Jangankan disakiti orang lain, dimarahi ayahnya sendiri saja, ibu kadang tak rela. Apalagi jelas-jelas putrinya diduakan oleh orang lain yang notebene adalah suaminya.
Menyiapkan hati dan mental, Via pun menunggu malam menjelang untuk menghubungi Giana. Dan tepat pukul sembilan malam, Via akhirnya menghubungi sang putri.
"Assalamu'alaikum, Gia."
"Wa'alaikumussalam, Bu. Apa kabar Ibu di kampung? Ibu sehat-sehat aja, 'kan?" tanya Giana sambil rebahan.
"Alhamdulillah, Ibu baik. Kamu bagaimana, Nak? Kamu dan suami kamu di sana baik-baik saja 'kan?" tanya Via hati-hati.
"Gia baik-baik aja kok, Bu. Alhamdulillah, Mas Herdan juga," dusta Giana.
Via terdiam. Ia berpikir, apa Giana belum tahu kebusukan suaminya, pikirnya. Kalaupun belum, ada baiknya ia mengungkapkan kebenarannya. Bukan bermaksud ikut campur, hanya saja ia tak ingin putrinya disakiti lebih dalam lagi.
"Gi, tadi siang Bu Anet ke rumah," ujar Via hendak memulai pembahasan.
"Bu Anet? Tumben, Bu. Tau sendiri 'kan Bu Anet itu orangnya terlalu tertutup. Bahkan dia nyaris nggak pernah keluar rumah kecuali ada keperluan penting," ujar Giana.
"Kau benar. Bu Anet datang memang ingin memberitahukan sesuatu yang penting pada ibu."
"Apa itu?" tangan Giana penasaran.
Via menarik nafas dalam-dalam sebelum menceritakan apa yang sudah Bu Anet tunjukkan tadi siang padanya. Sontak saja, mata Giana membulat. Ia tidak menyangka kebenaran itu akan terungkap secepat ini di depan ibunya.
"Gia, kenapa kamu diam, Nak? Apa kau sebenarnya sudah mengetahuinya?" tanya Via penasaran.
Giana menarik nafas dalam-dalam. Tak ada lagi yang harus ia sembunyikan pikirnya. Ibunya sudah tahu. Giana pun akhirnya memilih menceritakan segalanya dengan jujur tanpa ada yang ia tutup-tutupi.
Sontak Via terduduk lemas di kursi usang yang ada di rumah itu. Ia terkejut bukan main. Perlahan, air matanya menetes. Matanya terpejam. Teringat masa lalunya yang kelam. Bagaimana ia dengan begitu tega meninggalkan calon suaminya demi laki-laki lain.
Via tergugu. "Mengapa harus anakku yang mengalami karma buruk ini? Kenapa anakku harus merasakan diduakan dan ditinggalkan?"
"Bu," panggil Giana cemas. "Bu, Ibu baik-baik saja?" panggil Giana lagi. Ia benar-benar cemas.
"Ibu tidak apa-apa. Apa yang sudah kau lakukan sudah benar. Tak ada gunanya mempertahankan hubungan yang isinya hanya ada kesakitan. Bersabar boleh, tapi bodoh jangan. Jadi di mana kau sekarang? Kenapa tidak pulang saja?"
"Giana bekerja, Bu. Alhamdulillah, Giana ketemu orang-orang baik di sini. Bahkan Giana diberi kerjaan."
"Kerja di mana? Kamu nggak kerja yang aneh-aneh 'kan?"
Bukan tanpa alasan Via bertanya seperti itu. Pengalaman beberapa warga kampungnya yang mengatakan bertemu orang-orang baik dan mendapatkan pekerjaan, tapi kenyataannya mereka justru dijual maupun menjual diri. Ia takut Giana mengikuti jejak orang-orang itu
"Ibu tenang saja, aku nggak kerja aneh-aneh kok. Aku kerja di cafe. Nanti Via kirim fotonya."
"Syukurlah. Kalau begitu, kerja yang baik ya, Nak. Semoga kehidupanmu bisa lebih bahagia setelah ini," ujar Via. "Maaf, Ibu belum bisa ke sana."
"Nggak papa kok, Bu. Ibu jaga kesehatan, ya. Maaf, Gia belum bisa pulang sekarang."
"Ibu mengerti."
Setelah berbicara beberapa saat, panggilan pun ditutup.
*
*
*
Selepas keluar dari kediaman Herdan, kehidupan Giana justru jauh lebih baik. Ia merasakan kebahagiaan yang telah lama hilang dari hidupnya. Bahkan kini ia dikelilingi oleh orang-orang baik membuat harinya semakin ceria.
"Mbak, aku berangkat duluan, ya?" ujar Desti saat mereka berpapasan di depan unit masing-masing.
"Dijemput Yanto, ya?" goda Giana.
Desti tersenyum malu-malu membuat Giana terkekeh.
"Nggak papa 'kan?" Desti tak enak hati karena akhir-akhir ini ia pergi dijemput Yanto–kekasih barunya.
"Nggak papa kok. Buruan saja gih. Pasti dia udah nunggu."
"Eh, kok Mbak tau?" tanya Desti heran.
"Kak aku cenayang," ujar Giana dengan tawa lebarnya. Desti pun ikut tertawa. Kemudian, ia pun segera berlalu.
Saat berjalan menuruni tangga, Giana berhenti sejenak. Perutnya terasa keram mendadak. Ia pun menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Setelah merasa lebih baik, Giana kembali melanjutkan langkahnya.
Sesampainya di gerbang rusun, mata Giana terperangah. Ternyata di sana sudah ada Albirru dengan setelan sama seperti mereka pertama kali bertemu.
"Eh, Mas mangkal di sini ya sekarang?" tanya Giana. Albirru mengulum senyum tanpa perlu menjawab.
"Mau naik ojek, Mbak?" tawar Albirru.
"Boleh." Albirru tersenyum kemudian menyodorkan helm ke arah Giana. Setelah memakai helm, Giana duduk di jok dengan posisi menyamping.
"Pegangan," seru Albirru. Giana pun segera memegang ujung jaket Albirru membuat Albirru tersenyum. Tak lama kemudian, motor legenda itu pun melaju dengan kecepatan sedang. Di sela-sela perjalanannya, mereka sambil berbicara dan tertawa. Hingga mereka tiba di lampu merah, Giana menaikan kaca helmnya agar bisa sambil berbincang dengan Albirru.
"Wah, pagi-pagi sudah pacaran!" goda seseorang dari pemilik mobil di sebelah Giana. Giana menoleh. Wajahnya seketika masam saat melihat siapa yang menegurnya. "Sayang, mantan istri kamu tuh. Pacaran di jalan. Pake motor butut pula. Hahaha ... Emang cocok sih. Spek pembantu, iya, 'kan?" ejek wanita yang tak lain adalah Angel.
Herdan tertawa mengejek. "Padahal udah enak ditampung di rumah. Dikasi tempat tinggal gratis, makan gratis, eh malah lebih milih sama ...." Herdan tersenyum mengejek ke arah Albirru. Melihat Albirru memakai motor jadul, penampilannya pun memakai jaket hitam dan jeans belel membuat Herdan menduga Albirru tak lebih dari orang miskin.
"Makan gratis dan tempat tinggal gratis, tapi jadi babu kalian seumur hidup? Lebih baik aku seperti ini. Bebas. Bahagia. Dan yang lebih penting terbebas dari iblis seperti kalian. Jangan merasa sombong dengan apa yang kalian miliki sekarang. Di atas langit masih ada langit dan bila Allah mau, apa yang kalian miliki akan hilang dalam sekejap," tukas Giana dingin.
"Mas, ayo jalan, sudah lampu hijau," seru Giana sambil menepuk pundak Albirru. Albirru pun segera melajukan motornya menuju cafe. Setibanya di cafe, Giana segera turun dan membayar ongkos. Tidak seperti biasanya, kali ini Giana hanya diam saja. Ia masih dongkol karena dipertemukan lagi dengan Herdan dan Angel. Kedua manusia yang sudah membuat hidupnya porak-poranda. Mood Giana benar-benar hancur. Bahkan ia masuk ke cafe tanpa berpamitan dengan Albirru seperti biasa. Albirru hanya bisa tercenung menatap kepergian Giana.
"Mantan istri?" gumam Albirru setelah melihat Giana yang menghilang dari balik pintu cafe.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Jangan mau kembali Gi walau ibu mertua mu yng meminta 😠😠😠
giana jgk ngk mau rujuk samamu herdan
mimpi kali yaa😝🤣🤣
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡