kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
"kok enggak di makan pak? Gak enak yah makanan nya. Kalau gak enak buang aja pak."ucap Maureen dengan wajah sendu melihat Samuel yang masih tak memakan makanan nya.
Melihat wajah memelas Maureen,Samuel pun langsung berkata.
"Ehh enggak kok,dari tampilan nya aja udah enak. Nih aku makan." Samuel pun langsung memakan makanannya.
"Samuel kembali kan makanan nya,itu punya saya."ucap Aidan dengan dingin.
Dengan sudah payah Samuel menelan makanannya. "Dih,kata siapa itu punya anda bapak Aidan. Udah jangan ganggu pak Samuel lagi makan hus hush sana pergi makan siang tuh sama sekertaris anda."ucap Maureen.
"Enggak itu pasti makanan yang kamu masak buat makan siang mas kan,kenapa di kasih sama Samuel."
"Dih kepedean sekali anda,orang saya masak khusus buat pak Samuel kok. Udah deh pak ngapain sih masih ada disini gih sana lanjut makan siang nya,saya mau nemenin pak Samuel makan siang."
Aidan menatap kesal ke arah Maureen. "Yang seharusnya kamu temenin makan itu saya suami kamu bukan dia."
"Kan bapak udah ada yang temenin,udah deh pak sana hus pergi ah."usir Maureen.
"Udah pak Samuel lanjut makan jangan hiraukan makhluk ini anggap aja setan."titah Maureen pada Samuel.
Samuel pun hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Aidan menatap penuh kesal pada kedua orang itu,namun kedua orang itu tampak acuh dengannya.
Melihat masih ada sebagian makanan yang di bawa oleh Maureen,Aidan pun ikut duduk lalu ingin mengambil makanan nya.
"Etss mau apa anda."Maureen menepis tangan Aidan yang ingin mengambil makanan.
"Mau makan."
"Enggak gak boleh ini punya pak Samuel."
"Tapi itu Samuel udah punya jatahnya kan,itu juga makanan nya masih sisa jadi biarin mas yang habiskan."
"Enggak,gak boleh. Udah deh pak sana pergi lanjutkan aja makan siang sama sekertaris bapak itu jangan ganggu saya sama pak Samuel."
"Astaghfirullah Maureen,kamu salah paham dek. Itu gak seperti yang kamu lihat."
"Saya gak peduli,mau itu sesuai sama penglihatan saya ataupun enggak saya gak peduli."
Tampak Maureen memang sangat kesal terhadap dirinya,Aidan pun memilih untuk diam terlebih dahulu, membiarkan rasa kesal Maureen menurun baru setelah itu dia akan menjelaskan nya pada Maureen.
Sedangkan tampak Samuel sangat menikmati makanan nya sembari menonton pertengkaran suami istri di hadapannya itu.
Memang masakan istri bos nya itu gak pernah gagal,sangat enak sampai sampai Samuel acuh terhadap tatapan tajam yang di layangkan Aidan untuk dirinya saking meresapi kenikmatan makanannya.
Di sela sela makan nya Samuel menjawab setiap pertanyaan yang di layangkan oleh Maureen terhadap dirinya.
Maureen tampak tak menghiraukan keberadaan Aidan,dia malah asik mengajak Samuel berbicara.
"Pak,bapak tau gak sapi sapi apa yang bikin romantis?"tanya Maureen.
"Sapi apa tuh mau?"
"Sapiring berdua denganmu."gombal Maureen sontak membuat Samuel tersedak makanan nya.
Dengan segera Maureen mengambilkan air putih untuk Samuel. "Hati hati pak jadi keselek kan."ucap Maureen penuh perhatian.
Sedangkan Aidan dia melotot tak percaya melihat adegan di depannya. Bisa bisanya dia melemparkan gombalan pada sekertaris sekaligus temannya sendiri di hadapannya langsung.
"Adek.."panggil Aidan dengan suara tertahan.
"Udah pak makan nya?"tanya Maureen saat melihat piring Samuel telah bersih tak tersisa.
"Makasih Maureen."tak lupa Samuel mengucapkan terima kasih pada Maureen.
"Okay,ouh iya besok mau saya bawain makan siang lagi gak pak?"tanya Maureen.
"Adek."panggil Aidan yang semakin kesal dengan Maureen yang secara terang terangan menunjukkan perhatiannya pada Samuel.
"A-ah gak usah saya bisa pesen makanan kok."jawab Samuel,dia meringis saat melihat tatapan Aidan yang semakin tajam dan dingin.
Seperti ingin menelannya hidup hidup.
"Ehh gak papa pak,dari pada beli kan,saya juga ikhlas kok masakin buat bapak. Dari pada nanti saya masak gak ada yang makan."
"Hahah terserah kamu aja deh."akhirnya Samuel pun menyerah saja.
Nolak salah Nerima pun lebih salah.
"Gak kamu gak boleh masakin buat Samuel,kamu hanya boleh masakin makanan buat saya."ucap Aidan,namun kembali lagi Maureen tak menghiraukan ucapan Aidan itu.
"Eh pak saya mau cerita tentang sahabat saya yang masak bela bela capek dari kampus,tapi gak di hargai sama suaminya. Katanya gini pak,dia tuh kan abis dari kampus capek. Tapi dia pengen masakin makan siang buat suaminya. Dia rela pulang kampus langsung masak kesukaan suaminya,terus abis itu dia ke kantor suaminya kan pak. Walaupun cape tapi dia menepis semua rasa capek nya. Berharap suaminya seneng dia buatin makan siang dan di anterin ke kantor. Eh pak tau tau nih yah pas sampai di kantor suaminya. Suaminya malah makan siang sama cewek lain,mana berdua lagi pak di dalam ruangan lagi. Sumpah kasian banget deh pak sahabat saya udah effort banget masakin buat suaminya tapi gak di hargain sama suaminya. Bahkan saking effort nya dia sampai tangannya kena minyak panas pun gak dia rasa."Maureen terus bercerita tanpa ada jeda sama sekali untuk membiarkan kedua laki laki di hadapannya berbicara.
Aidan pun tentu langsung peka yang di ceritakan oleh Maureen adalah dirinya sendiri,dia langsung kaget saat mendengar jika tangan Maureen terkena minyak panas.
Karena ingin membuktikan yang di ceritakan Maureen adalah dirinya sendiri,maka Aidan menarik tangan Maureen dan memeriksa tangan sang istri dan benar saja.
Tangan sang istri memerah di bagian punggung tangan sampai sepuluh centi ke pergelangan tangan.
"Dek tangan kamu."ucap Aidan dengan tatapan khawatir.
Maureen langsung menepis tangan Aidan itu.
"Sumpah yah pak kalau saya di posisi sahabat saya, sakit hati saya pak. Gak akan saya masakin lagi tuh suaminya saya suruh dia tidur di luar."lanjut Maureen.
"Ayo ikut mas dek,mas obatin luka kamu."
"Gak,diem ihh jangan tarik tangan aku sakit."ucap Maureen sembari menepis tangan Aidan.
"Dek itu tangan kamu memerah kayak gitu,ayo ke ruangan mas. Mas obatin luka kamu dek,jangan di biarkan nanti infeksi."
"Gak usah,pak Samuel Maureen pamit dulu yah. Lupa tadi dapur belum di beresin. Besok insyaallah Maureen buatin lagi makan siang buat pak Samuel, nanti Maureen kabarin lagi yah."Maureen membawa kembali tote bag nya.
Lalu Maureen pun langsung keluar dari ruangan Samuel, sedangkan Aidan tentu saja dia langsung mengejar Maureen.
"Dek jangan pergi dulu kita obatin dulu luka kamu dek."ucap Aidan terus mengejar Maureen yang terus berjalan cepat.
Lebih tepatnya sih lari jika Maureen,tentu Aidan tak ingin ketinggalan langkah sang istri.
ada ruang,