Tahap Revisi
Karya pertama
Clara berprofesi sebagai seorang dokter yang sangat jenius di usianya yang masih 22 tahun sekaligus seorang ilmuan yang meracik obat dan racun, dia merupakan anak dari seorang mafia yang terkenal kejam no.1 di dunia.
Maka dari itu Clara di latih oleh orang tuanya untuk bisa beladiri. Tak hanya itu, Clara sosok gadis yang bermultitalenta nan juga cantik. Hingga pada suatu hari, Clara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga membuatnya kecelakaan dan terjun ke Jurang.
Dan saat itulah rohnya berpindah ke dimensi zaman dunia kuno menjadi seorang putri yang terbuang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Hidup Baru
"Begini Putri, Putri adalah Putri Mahkota pertama dari Kaisar Lian dan putri dari mendiang Permaisuri Jun Xi. Nama lengkap Putri adalah Lian Wei Yu. Putri telah diasingkan selama tiga tahun karena dituduh ingin meracuni Selir Fu," jelas Nuan sambil menunduk dengan hati-hati, takut jika perkataannya menyinggung perasaan Putri.
Lian Wei Yu mengepalkan tangan dalam diam, geram dengan tuduhan yang tidak masuk akal itu. "Dasar bodoh! Bisa-bisanya kesalahan dilimpahkan pada bayi yang bahkan baru lahir," pikirnya dengan perasaan yang membara.
Nuan yang menyadari Putri sedang melamun segera menggoyangkan tangannya di depan wajah Lian Wei. "Putri? Putri?"
"Hah? Ya?" Lian Wei tersentak sadar dari lamunannya.
"Jadi, hukuman saya tinggal berapa tahun lagi?" tanyanya dengan nada yang lebih tenang.
"Hukuman Putri tinggal dua tahun lagi," jawab Nuan sopan.
"Oh, baiklah," sahut Lian Wei dengan santai, membuat Nuan terkejut.
"Hah? Ada apa dengan Putri? Dulu beliau selalu menangis karena tidak sabar menunggu masa hukumannya selesai. Sekarang Putri terlihat begitu santai," batin Nuan dengan bingung.
Dalam hati, Lian Wei telah mengambil keputusan besar. "Sambil menunggu hukumanku selesai, aku akan berlatih kultivasi dan merawat wajah serta tubuhku yang hitam ini. Aku akan mengumpulkan tanaman obat. Di zaman ini, orang dihormati karena kekuatannya. Semakin tinggi level kultivasinya, semakin berkuasa orang tersebut. Benar-benar sama seperti di zaman modern. Huff..." pikirnya sambil menatap kulit tubuhnya yang hitam serta wajahnya yang dipenuhi jerawat.
"Oh iya, satu lagi. Jangan panggil aku Putri, aku tidak suka. Panggil saja namaku, Lian Wei," ucapnya dengan nada tegas.
"Ampun, Putri. Tapi hamba tidak bisa. Itu sangat tidak sopan. Hamba hanyalah seorang pelayan," jawab Nuan sambil bersujud di depan Lian Wei.
Lian Wei yang melihat Nuan bersujud segera melangkah mundur dengan tidak suka. Bagaimanapun, dia merasa semua manusia memiliki derajat yang sama.
"Nuan, jangan bersujud seperti itu. Aku tidak suka! Walaupun aku seorang Putri, di mataku semua manusia memiliki derajat yang sama. Dan satu hal lagi, kamu bukan pelayanku. Kamu sahabatku. Kalau tidak bisa memanggilku dengan namaku, panggil saja aku Nona," perintah Lian Wei lembut namun tetap tegas.
Mendengar itu, Nuan merasa terharu. Baginya, dia adalah pelayan paling beruntung karena memiliki junjungan yang begitu baik hati.
"Baik, eh... Nona," jawab Nuan kikuk.
Tiba-tiba perut Lian Wei berbunyi keras, membuat suasana sedikit canggung.
"Nuan, aku lapar. Bisa tolong siapkan makanan?" pinta Lian Wei dengan cengengesan, sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Baik, Nona. Tunggu sebentar, hamba akan menyiapkannya," jawab Nuan seraya bergegas ke dapur kecil yang ada di dalam gubuk sederhana itu.
Sambil menunggu, Lian Wei mengamati kondisi gubuk yang reyot. "Apa-apaan ini? Gubuk ini sudah tidak layak huni. Huff... malangnya nasibku. Anak seorang pengusaha dan mafia malah terdampar ke dunia yang entah berantah ini. Mama, Papa, apakah kalian baik-baik saja di sana? Semoga kalian bisa ikhlas menerima kepergianku. Jaga kesehatan, aku sangat merindukan kalian. Maafkan Clara belum bisa membahagiakan kalian," gumamnya dalam hati dengan tatapan kosong.
Tak lama kemudian, Nuan muncul membawa nampan berisi nasi dan telur rebus.
"Nona, makanannya sudah jadi. Silakan makan," ucap Nuan sambil meletakkan nampan di hadapan Lian Wei.
"Hanya nasi dan telur rebus?" tanya Lian Wei dengan alis terangkat. Bukan bermaksud tidak bersyukur, tapi dia terbiasa dengan makanan mewah dan sehat.
"Maaf, Nona. Hanya ini yang ada. Berasnya dikirim oleh pelayan istana, sedangkan telur ayamnya hamba temukan di belakang gubuk. Ada banyak ayam hutan di sini," jelas Nuan dengan wajah meringis.
"Baiklah, terima kasih. Oh iya, di sini ada minyak?" tanya Lian Wei penasaran.
"Hah? Minyak? Apa itu, Nona?" Nuan mengerutkan alis bingung.
Lian Wei mengelus dahinya. "Astaga, jadi di zaman ini belum ada minyak? Kasihan sekali diriku ini. Jadi makanan di sini hanya direbus? Rasanya aku ingin melompat ke jurang saja," gerutunya dalam hati.
"Sudahlah. Nanti saya jelaskan. Kita makan dulu, lalu tidur. Besok kita latihan bela diri dan kultivasi. Saya juga akan melatihmu agar bisa menjaga diri. Setelah itu, temani saya mencari tanaman di hutan," ucap Lian Wei sambil mulai makan.
"Baik, Nona," jawab Nuan patuh.
---
Keesokan harinya, setelah sarapan, mereka bersiap untuk latihan kultivasi di depan gubuk. Lian Wei mengajari Nuan dasar-dasar bela diri yang dia pelajari di zaman modern.
Tingkat kultivasi di dunia ini terdiri dari beberapa level:
Tingkat Warrior (1-5)
Tingkat Elit (1-5)
Tingkat Master (1-5)
Tingkat Grand Master (1-5)
Tingkat Surgawi (1-5)
Tingkat Alam Semesta (1-5)
Tingkat Keabadian
Setelah selesai berlatih, mereka menyusuri hutan di dekat tempat tinggal mereka. Lian Wei sangat senang karena banyak tanaman berkhasiat yang masih tumbuh subur, termasuk bunga lily ungu yang sudah langka di zamannya.
Saat sedang asyik mengumpulkan tanaman, terdengar suara seseorang meminta tolong.
Lian Wei segera berlari ke arah suara itu dan terkejut melihat seorang nenek yang hampir diterkam seekor macan. Tanpa berpikir panjang, dia mengambil ranting kayu sebagai senjata dan menghadapi macan tersebut.
"Grrrrrr..." macan itu menggeram ganas.
Saat macan melompat menyerang, Lian Wei dengan sigap menekuk tubuhnya dalam posisi kayang, membuat macan melompati dirinya. Dengan cepat, dia menusukkan ranting kayu ke titik lemah di tubuh macan tersebut.
Jleb!
Satu serangan langsung membuat macan itu tumbang.
Hay readers salam kenal yah.
maaf kalau ada typo.
author baru belajar.
happy reading.
jangan lupa like, coment dan vote yah.
mau lanjut baca yg lain...see you
berasa di depan mata ceritanya.
amazing story
🥲🥲🥲🥲🥲🥲🥲🥲🥲🥲🥲🥲🥲