Menolak dijodohkan, kata yang tepat untuk Azalea dan Jagat. Membuat keduanya memilih mengabdikan diri untuk profesi masing-masing. Tapi siapa sangka keduanya justru dipertemukan dan jatuh cinta satu sama lain di tempat mereka mengabdi.
"Tuhan sudah menakdirkan kisah keduanya bahkan jauh sebelum keduanya membingkai cerita manis di Kongo..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Aku yakin itu kamu
Aza segera melepaskan pegangan Jagat di pergelangan tangannya, untung saja Jagat hanya membawanya di sisi lain meja pantry. Ia tak mau sampai kejadian awkward seperti semalam terjadi lagi. Jangan menambah ruwet hidupmu Aza, begitu pikirnya!
"Serius ngga bisa ngupas bawang?" tanya Jagat tak percaya, bahkan anak sd saja mahir untuk hal ini.
Aza menggeleng, "bukan ngga bisa. Tapi ngga mau....diralat ya bang. Aku tadi bilang ngga mau sama mbak Nitia..." jawabnya tak mau terlihat bodoh-bodoh amat.
Jagat tersenyum mendengus dengan tangan yang sudah memegang pisau dan meraih satu bawang dari keranjang, gadis ini gengsinya tinggi dan tak mau kalah... "kenapa, perih?"
Kini gadis itu mengangguk, "aku ngga suka perihnya. Pokoknya sesuatu yang bikin sakit, perih aku ngga suka..." jawab Aza ikut meraih, memangnya manusia mana yang mau merasakan sakit dan perih, ono-ono ae....
Tak jarang mulutnya komat-kamit misuh-misuh menghardik si bawang membuat Jagat tak bisa untuk tak melebarkan senyumnya, gemasnya!
Kenapa sih mesti perih...
Kenapa juga masak mesti pake bawang....
Sekalinya mewek, bukan nangisin cowok tapi nangisin bawang....
Aza menjeda pekerjaannya dan mengusap kedua mata dengan lengan sweter, "ahhh, udah wangi-wangi juga mesti bau bawang gini..." dumelnya lagi. Kayanya hidupnya ngga jauh-jauh dari mengomel. Jangan-jangan orang nafas kenceng dikit aja dia maki-maki juga!
"Aku nyerah deh bang..." ia menaruh pisaunya dengan cara dilempar sembarang meski tak sampai jatuh dari meja.
"Loh, ayo dong terusin..." bujuk Jagat, "baru juga dua."
Aza menggeleng, "bang J aja. Aku ikhlas kok ngasih kerjaan aku buat abang." Ocehnya lagi memantik tawa kecil Jagat, cukup merasa perih juga namun tak sampai membuatnya menyerah.
"Bang J abis darimana, keringetan gitu?" tanya Aza yang justru memperhatikan dirinya yang berkeringat di beberapa bagian kaosnya.
"Lari pagi."
"Bareng yang lain juga?" tanya Aza seperti terlihat syok, dan membuat Jagat mengangguk ragu, "kenapa memangnya?"
Aza semakin merutuk frustasi, "tuh kannnn...jadi kelewatan liat babang-babang prajurit ganteng yang lagi lari pagi..." akuinya tanpa malu, terlihat betul ia begitu kecewa.
Benar-benar di luar dugaan Jagat. Gadis ini terang-terangan mengakui niatan genitnya pada Jagat yang notabenenya adalah salah satu prajurit.
"Ada-ada saja kamu, Za...." omel Jagat sedikit merasa tak terima Aza begitu, entah...perasaannya mendadak tak nyaman saat Aza genit begitu, "jangan jadi cewek genit. Bukannya kamu sudah punya pacar?" Jagat menggeleng.
"Pacar aku ngga akan tau kali bang, calon suamiku juga ngga akan tau....yang penting disini aku ngga macem-macem. Abang tau ngga alasan aku datang kesini, ya salah satunya itu, mungkin ada di alasan terakhirku kali ya...liat abang-abang tentara ganteng lari pagi, slurrppp! Temen-temen yang lain pasti pada nonton tadi..."
Astagahhh! Jagat menggeleng prihatin, begini kelakuan calon istrinya rupanya di luaran, semakin kesini semakin Jagat yakin jika Aza di depannya adalah Azalea calon istrinya.
"Kamu punya calon suami?" tanya Jagat diangguki Aza cepat, "dijodohin ayah sama bunda." kini nada bicaranya sedikit sendu sepertinya perjodohan ini memberikan efek kesedihan, sejauh ini itu yang Jagat tangkap.
"Lalu pacarmu?" Jagat tak sangka jika niatnya mengambil minum ke dapur berujung bertemu Aza, sosok yang sejak semalam ia cari hingga membuatnya bercerita panjang lebar.
Aza menggeleng, "ngga tau lah bang. Aku aja bingung...aku sayang, dia sayang tapi orangtua engga."
"Makanya nyanggupin datang kesini biar bisa menghindar?" tembak Jagat menebak, siapa tau alasan Aza sama dengan alasannya, dan kembali tanpa diduga Aza mengangguk, "kok tau sih!" ia meninju lengan Jagat, "peramal ya...peramal?" ia cengengesan.
Jagat tersenyum lebar bukan karena tebakan Aza lucu, melainkan karena merasa jodoh saja, alasannya dan Aza pergi kesini adalah untuk menghindar dan mencari ruang untuk berpikir, namun Allah justru mempertemukan keduanya disini.
Ia masih merasa konyol dan lucu, cukup lama Aza memperhatikannya tersenyum mendengus ketika tangan Jagat masih telaten mengupas bawang terakhir.
"Bang Jagat orang mana?" tanya Aza kembali bersuara setelah beberapa detiknya mereka sempat terdiam dan membiarkan Jagat senyam-senyum sendirian.
"Saya lahir di Yogya tanggal 12 April, tapi sudah lama pindah ke ibukota, di perumahan Bumantara..." sengaja Jagat mengabsen itu, berharap Aza peka dan menyapanya sebagai calon suami yang ia ceritakan tadi.
Alisnya terangkat keduanya, cukup terlihat terkejut.
"Kota pelajar?Jagat mengangguk meyakinkan, ingat? CV?
"Pantesan kaya bakpia..." tawa Aza berkelakar, namun kemudian ia langsung menepis udara, "canda bang....piss!"
Seketika harapannya pupus ketika gadis itu sama sekali tak mengingatnya.
"Sudah selesai. Saya pamit..."
"Oh udah, ya...makasih bang J..." tak ada tanda love yang bertaut lagi di akhir ucapan terimakasih itu dan Jagat hanya mengangguk saja.
Kok ya hatinya ada cenat-cenut nyelekit ketika Aza bersikap tak peduli begitu? Seharusnya ia memaklumi, apa yang ia harapkan, Aza menebak lalu mengakui keberadaaanya dan berkata menerima perjodohan antara dirinya dan Jagat terang-terangan, bilang sayang padanya yang jelas-jelas orang baru?
Kenapa pula dirinya ini?! Dulu saat ibu dan bapak memintanya datang ke rumah Aza ia yang menolak sampai mengajukan diri menjadi pasukan garuda untuk misi perdamaian kesini demi menghindari Aza, giliran sekarang Aza disini, ia merasa sakit saat Aza tak mengakui keberadaannya, sementara ia sendiri belum berkata jujur apapun pada Aza, jika dirinyalah Jagat Adyaksa.
Macam abg labil, Jagat menggeleng karena kebo dohannya sendiri. Apakah ini ciri-ciri orang jatuh cinta?
Jagat sudah rapi, berpakaian seragam lapangan bersama sebagian pasukan garuda. Hari ini hari senin kebetulan...
"Dari pagi aku cariin kamu, Gat. Kemana to...." Dika ikut keluar membenarkan baretnya menuju lapang.
"Saya lari pagi, langsung ke dapur...dimintai tolong bang Anggar. Mau apa to cari saya, Dik?" langkah perwira para prajurit berbaris rapi membentuk beberapa banjar di bawah payung langit biru pagi ini.
Hera berlarian dengan pelembab di wajah yang belum ia ratakan.
Sementara Aza sedang merapikan rompi seragamnya dimana emblem perserikatan bangsa-bangsa menempel rapi di sebelah kiri, lambang bendera negara di bagian dada kanan bersama gagahnya burung garuda.
Ia tersenyum manis dalam balutan rompi yang membuatnya bangga, satu jepretan manis ia abadikan demi menjadi bukti jika ia pernah mengabdikan diri di negri orang untuk negri tercinta.
"Yok, cepet...udah ditunggu sama yang punya rumah..." Dimas menepuk-nepuk tangannya meminta para nakes keluar bermaksud melakukan upacara penaikan bendera sederhana disini.
Mereka berjalan cepat setengah berlari ke arah tanah lapang, dimana barisan perwira sudah begitu rapi mengisi dengan seragam loreng kompak dan baret birunya.
Beberapa prajurit yang bertugas mengibarkan bendera sudah bersiap membawa kebanggaan bangsa itu berkibar gagah di langit Kongo, sebagai tanda bakti dan cinta terhadap negri khatulistiwa.
Aza ikut berbaris di sudut lain lapangan, matanya menyisir diantara barisan para perwira negri, bermaksud mencari orang-orang yang ia kenal, namun pandangannya kembali teralihkan ketika ia lebih memilih menatap para pengibar mulai membawa bendera ke depan tiang.
Sementara pandangan Jagat, sudah dipastikan ia dapat menemukan Aza, karena jumlah nakes tak sebanyak jumlah perwira.
"Hormat grak!" ucap lantang pemimpin upacara pagi ini.
Seketika gerakan kompak ditunjukan para prajurit, sedikit berbeda dengan Aza dan kawan-kawan yang tak begitu terlihat kompak terkesan berantakan.
Matanya memicing melirik-lirik seiring nyanyian lagu kemerdekaan.
".....*Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku*....."
".....*Bangsa dan tanah airku, marilah kita berseru*...."
Bendera naik dan berkibar mengangkasa berdampingan dengan bendera perserikatan bangsa-bangsa.
...----------------...
Aza memejamkan matanya merasai suasana yang menggugah jiwa, memaknai rasa hormatnya saat ini.
...*Tanah airku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku, biarpun saya pergi jauh*,...
...*Tidak kan hilang dari kalbu*.......
...*Walaupun banyak negri kujalani, yang masyur permai dikata orang*.......
...*Tetapi kamu, dan rumahku....disanalah ku rasa senang*......
...*Tanahku tak kulupakan, engkau kubanggakan*.......
...***Engkau kuhargai.....engkau kubanggakan***........
.
.
.
.
.
lanjut