Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Bayu
Keesokan hari Bayu datang ke Bandung bersama istrinya untuk menemui Laras di rumah sakit. Kebetulan di kamar Langit sudah ada Aiman yang baru saja datang untuk mengecek keadaan jagoan kecil yang terlihat jauh lebih baik.
“Assalamualaikum,” ucap Bayu dan Kiara bersamaan ketika memasuki ruangan Langit.
“Ka-kakak?” Laras langsung memeluk Bayu hingga air matanya perlahan menetes, membuat sang kakak berusaha mengontrol emosi. Apalagi keadaan Langit saat ini membuat hatinya sangat sakit.
“Hai, ponakan Tante. Bagaimana kabarnya, hem? Maaf ya, Tante dan Om datangnya terlambat. Soalnya dari Bandung ke Jakarta macet banget, gapapa, ya? Maaf ….”
Kiara berusaha menghibur Langit yang menatapnya dengan mata cantik, “Gapapa, Tante. Langit anak kuat, jadi Langit tidak akan kenapa-kenapa. Tante harus senyum biar cantik kaya, Ibu.”
“Aaaa … Sayangnya Tante, cepat sembuh, Sayang. Muaachh ….” Kiara memeluk pelan Langit, lalu mengecup kening juga pipinya membuat anak itu tersenyum manis dibalik wajah yang pucat.
Setelah selesai memeluk Bayu, Laras mengusap air matanya dan kembali tersenyum demi menyembunyikan semua kesedihan dia depan Langit.
“Makasih, Man. Kalau nggak ada kamu, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku berhutang budi sama kamu. Sekali lagi maaf, suatu saat kalau kamu butuh apa-apa langsung kabarin aku, ya.”
“Santai aja, Bay. Sesama manusia harus tolong menolong, lagi pula Laras dan Langit sudah aku anggap sebagai keluargaku sama seperti kamu dan istrimu. Pokoknya kalian jangan khawatir, apa pun yang terjadi aku akan bantu kalian.”
Aiman tersenyum kecil membuat Bayu langsung paham maksud dari ucapannya, kemudian dia segera memeluk Langit dan berusaha memberikan semangat untuknya.
Kurang lebih 10 menit akhirnya Bayu menitipkan Langit kepada Kiara juga Aiman. Sementara dia ada urusan bersama Laras karena harus segera menyelesaikan semua itu dengan tuntas tanpa harus menunda waktu.
Kiara hanya menuruti perintah dari sang suami, lantaran Langit sangat butuh keberadaannya sebagai pengganti Laras yang akan pergi bersama.
Beruntung sekali Langit tidak rewel atau manja. Dia memperbolehkan ibunya pergi bersama sang paman demi mengurus pengobatannya, padahal tidak. Mereka pergi kembali ke rumah peninggalan orang tua demi mengambil berkas yang harus diurus sebagai pengajuan surat perceraian.
Laras memang sudah siap dan mantap untuk berpisah maka dari itu Bayu selaku kakak sekaligus orang tua, harus bertindak tegas supaya kebahagiaan adik juga keponakannya bisa kembali utuh, walaupun tanpa Jefri.
Sesampainya di rumah Laras dan Bayu malah mendapati Jefri sedang asyik bercinta dalam keadaan wajah sumringah.
“Arrghh … Sayang," Suara itu terdengar menjijikan di telinga Bayu yang melihat permainan panas itu.
“Sungguh memalukan!” Satu kalimat itu keluar dari mulut Bayu lantaran tidak terima adik satu-satunya diperlakukan layaknya sampai yang tidak ada harga diri.
“Mas Je-jefri ….” Mulut Laras bergetar ketika kedua mata telah menyaksikan kemesraan mereka berdua di dalam kamarnya.
Jefri dan Dania merasa terkejut. Mereka tidak menyangka Bayu bisa datang ke sini dan menangkap basah perlakuan tidak senonoh dari adik iparnya.
“Ka-kak Bayu, La-laras. Ka-kalian—-”
Bugh!
“Arrghhh ….”
Jefri terjatuh di dekat ranjang dalam keadaan tidak mengenakan pakaian. Satu tonjokan yang sangat keras dari Bayu berhasil melukai sudut bibir pria itu.
“Astaga, Jefri!” pekik Diana segera menolongnya untuk berdiri sambil membalutkan selimut di tubuhnya demi menutupi tubuh yang polos tanpa sehelai pun.
“Berani-beraninya kamu melakukan perzinahan di rumah keluargaku, hahh! Dasar tidak tahu malu kalian. Di saat anak istrimu sedang berjuang, di sini enak-enakan kalian bercocok tanam. Menjijikan!”
“Pantas saja kamu memilih wanita itu daripada adikku, ternyata kelakuan kalian sama. Sama-sama murahan, tidak punya harga diri, juga hilangnya akal sehat yang menjadikan kalian manusia paling lucknut di muka bumi ini. Dasar bedebah!”
Suara pukulan itu terus dilakukan oleh Bayu dengan membabi buta. Dia tidak terima rumah peninggalan orang tua harus dikotori oleh kedua hewan tidak bermoral seperti mereka.
Laras hanya terdiam mematung karena tidak tahu harus berbuat apa. Hati dia begitu hancur ketika menyaksikan suami tercinta melakukan hal yang seharusnya hanya dilakukan bersamanya.
Pantas saja Bayu selalu saja menolak ketika Laras mengajukan diri untuk disentuh, jadi itu jawaban yang selama ini dia cari.
“Cukup, cukup!” teriak Dania ketika Jefri sudah tergeletak di lantai dekat ranjang dalam keadaan wajah sudah penuh luka. Apa lagi perutnya terasa sangat menyakitkan sambil berusaha menutupi aset berharga.
Dania berdiri di depan Bayu melototkan matanya sambil menahan dia untuk tidak lagi menyakiti calon suaminya.
“Kenapa menatapku seperti itu, hahh? Sampai kapan pun aku belum puas kalau dia belum mati di tanganku! Jangan kalian pikir aku tidak berani sama kalian, ya. Selama ini aku diam bukan berarti aku tidak tahu apa-apa, sebenarnya hatiku sudah tahu kalau ada yang tidak beres dengan kalian. Sayangnya adikku masih melindungimu dan tidak menceritakan apa pun. Namun sekarang tidak lagi, batas kesabaranku sudah habis!”
Bayu berteriak di hadapan Dania juga Jefri. Tanpa rasa takut menghadapi orang jahat yang licik karena sudah berhasil membuat adiknya hancur.
“Hei, orang kampung! Harusnya kamu tanyakan sama adikmu sendiri kenapa Jefri bisa seperti itu. Seandainya Laras berpenampilan sepertiku, tidak udik, juga kampungan mungkin Jefri tidak akan berpaling. Dan satu lagi. Laras bukanlah wanita yang cocok bersanding dengan Jefri karena dia bukanlah wanita baik. Lihat penampilannya. Laras bukan terlihat seperti istri, melainkan pembantu Jefri. Suami mana yang nggak muak melihat istri jeleknya tidak bisa merawat diri. Dia hanya tahu bagaimana caranya menghabiskan uang suami demi bersenang-senang bersama pria lai—-”
Plaakk!
“Dania!”
Jefri terkejut ketika melihat Dania terjatuh di lantai dalam posisi kepala membentur pinggir ranjang akibat tamparan keras dari Bayu.
“Sa-sayang, kamu gapapa?” tanya Jefri berusaha menolong Dania yang terluka sambil meneteskan air mata melirik tajam ke arah Laras.
Wanita hamil itu hanya terdiam melihat kedua orang yang sudah menyakiti hatinya disiksa habis oleh sang kakak sebagai bentuk kemarahan. Di mana Bayu tak terima adik tersayang harus menjadi korban penghinaan antara suami juga selingkuhannya itu.
“Kak, sudah cukup, Kak, sudah!” bentak Laras menahan sang kakak yang ingin melayangkan kembali kemarahan ketika melihat Jefri lebih memilih menolong wanita menjijikan itu, daripada meminta maaf pada sang istri.
“Aku mohon jangan kotori tangan Kakak untuk menyiksa mereka, biarlah tangan Tuhan yang akan langsung memberikan pelajaran terhadap mereka. Semoga saja sebelum karma itu datang mereka sudah dalam keadaan bertaubat!”
Kata-kata itu Laras lontarkan sambil memegang tangan Bayu dan melirik tajam ke arah Diana juga Jefri. Sebisa mungkin dia berusaha menahan emosi ketika mengetahui jika telah melakukan hal yang sangat hina.
Laras tahu, semakin dia terlihat lemah tak berdaya, semakin kedua iblis itu tertawa bahagia di atas penderitaannya.
Untuk itu sebisa mungkin Laras harus tetap kuat, meskipun hatinya sudah hancur dan mati rasa melihat perlakuan sang suami untuk mengguncang mentalnya.
Tidak ada sedikit pun rasa kasihan Laras terhadap mereka yang masih tidak menggunakan pakaian dalam kondisi luka-luka. Wanita hamil itu hanya ingin membuktikan, bahwa dia bukanlah wanita yang lemas seperti apa yang mereka pikirkan.
“Cihh, dasar wanita sok suci!” seru Dania.
“Sudah, Sayang. Da-daripada kita berdebat dengan orang yang tidak punya hati, le-lebih baik kita segera gunakan pakaian dan kembali pulang ke rumah mama.
Mohon maaf ya Guys ada perubahan judul dan juga Covernya, author juga kurang teliti 🙏