Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTMC 30
"Eugh ... "
"Sayang, kamu sudah bangun? Mana yang masih sakit, hem? Apa perlu kita kerumah sakit sekarang?" tanya Brian secara beruntun pada Kaila.
Pria itu sebenarnya tadi sedang tertidur, namun begitu mendengar suara lenguhan dari bibir Kaila membuatnya langsung terbangun.
Bukannya menjawab, Kaila malah terkekeh walupun dengan suara yang lirih, gadis itu pun merubah posisinya yang tadinya terbaring di ranjang menjadi duduk bersandarkan headboard dengan sedikit di bantu oleh Brian.
"Kok malah ketawa, hem." kata Brian dengan jari tangan menjawil ujung hidung mancung Kaila.
"Habisnya aku baru bangun tapi kamu langsung memberondong aku dengan banyak pertanyaan, kan jadi bingung jawabnya." sahut Kaila dengan wajah lugunya sehingga membuat Brian ikut terkekeh sangking gemasnya.
Brian membawa tubuh Kaila kedalaman pelukannya. "Aku takut terjadi sesuatu sama kamu, aku gak mau kalau kamu sampai kenapa-napa yank." lirih Brian dengan posisi yang masih sama.
"Maaf." ucap Kaila merasa begitu sangat bersalah dan juga merasa tak enak hati karena sudah merepotkan kekasihnya ini.
"Untuk apa? Kamu gak ada salah apa-apa sama aku jadi buat apa minta maaf." sahut Brian.
"Maaf karena pasti aku sudah buat kamu khawatir dan pasti kamu semalam jadi kurang istirahat karena harus jagain aku yang sakit." ulang Kaila.
"Kamu gak perlu minta maaf yank, sudah sewajarnya aku melakukan itu semua karena kamu adalah kekasih aku." sahut Brian. "Harusnya aku yang minta maaf sama kamu, sebagai pria aku merasa gagal karena tak becus menjaga kekasihku sendiri sehingga kamu harus mengalami semua itu." sambungnya. "Aku akan membalas orang yang sudah membuat kamu jadi seperti ini yank, aku janji." imbuhnya lagi dan Kaila hanya mampu menganggukkan kepalanya.
"Bisakah jangan di lepas dulu pelukannya by, aku masih ingin seperti ini." pinta Kaila saat Brian hendak melerai pelukan mereka. Sebenarnya Brian ingin memastikan keadaan Kaila terlebih dahulu namun karena permintaan wanita itu membuat Brian mengurungkan niatnya.
"Ck, yang di khawatirin gak taunya malah mesra-mesraan ... Dasar tak tau diri." kata Isabela yang tiba-tiba masuk ke kamar Kaila yang tak terkunci sehingga membuat pelukan Brian dan Kaila terpaksa terlepas.
Tante Wanda dan om Andreas memang tak mengunci pintu kamar saat mereka berdua kembali ke kamar mereka ketika Kaila jauh lebih tenang dan Brian juga sudah terlelap. Lagian di luar ada pihak keamanan yang memang om Andreas minta untuk berjaga.
Ternyata Isabela tak datang sendiri, di belakangnya ada anggota keluarga lainnya. Mereka memang sengaja, begitu setelah sarapan akan datang ke kamar Kaila untuk melihat kondisi gadis itu .
"Dasar wanita tak tau diri, dia pasti pura-pura sakit agar Brian menemaninya semalam ... dasar m***han." cibir Isabela kembali dengan kata-kata yang seakan-akan memprovokasi yang lainnya.
"Benar baget kamu Bel, dia bukan wanita berkelas sehingga mengunakan cara mu**han untuk menjerat laki-laki." sambung ibu Yesi. "Hati-hati Bri, bisa saja kamu itu hanya di manfaatin ... ya siapa tau kamu itu sudah jadi pria kesekian yang menjadi korbannya, jadi laki-laki itu yang pintar ... jangan mau-maunya di bodoh-bodohin sama wanita." tambahnya.
Tangan Brian sudah terkepal sejak Isabela mulai melontarkan kata-kata pertamanya. Andai saja kedua orang itu adalah seorang pria pastinya bogem mentah sudah melayang di wajah keduanya sejak tadi.
"Sepertinya kalian berdua sedang mengatai diri sendiri." balas Brian. "Dan nyonya Yesi, nasehat anda itu lebih pantas anda tujukan untuk suami anda tercinta di bandingkan dengan saya." imbuhnya yang membuat sang papi menjadi marah.
"Apa maksud ucapan kamu itu Brian!" sentak tuan Ferdian. "Kamu itu jadi anak makin lama semakin kurang ajar sama orangtua." sambungnya.
"Cukup Ferdian!" bentak kakek Bili. "Kita di sini mau mengetahui bagaimana kondisi Kaila, bukannya mau ribut." katanya lagi.
"Tapi Brian ... " kata papi Ferdian.
"Brian tak akan bicara seperti itu kalau istrimu dan calon menantumu itu tak berbicara yang macam-macam." kata kakek Bili memotong perkataan putra sulungnya itu.
Papa Ferdian yang mendapatkan bentakan dari sang papa akhirnya hanya bisa diam dan menutup mulutnya rapat-rapat, sama halnya dengan ibu Yesi juga Isabela.
"Kaila sayang, bagiamana kondisi kamu nak?" tanya nenek Rosa yang sudah berdiri di dekat Kaila juga Brian. "Kenapa semalam kalian gak memberi tahu kakek sama nenek kalau Kaila sakit?" tanya wanita tua yang masih saja terlihat begitu cantik meskipun dengan wajah yang sudah mulai mengeriput.
"Kaila sudah mendingan kok nek, cuma masih sedikit pusing saja tapi selebihnya sudah baik-baik saja." jawab Kaila.
"Brian tak mau menggangu waktu istirahat kakek sama nenek, seharian kemarin kalian pasti kurang istirahat karena acara pernikahan ini." sahut Brian dengan menggenggam tangan neneknya tercinta. "Kami juga tak ingin kalau sampai nenek juga kakek sampai jatuh sakit karena waktu istirahat yang berkurang." imbuhnya dengan penuh perhatian yang menandakan kalau dia begitu sangat menyayangi orangtua dari papinya.
"Oiya Bri, kami semua akan pulang ... kalian gimana?" tanya tante Wanda.
Dia dan suaminya juga masih harus mengantar Nathan dan Ica siang nanti ke bandara. Mereka rencananya akan bertolak ke Bangkok untuk berbulan madu.
"Kami juga akan pulang tan." jawab Brian. Baginya gak ada gunanya juga mereka di hotel. Mendingan di rumah bisa bebas mau ngapain aja.
❤️
Isabela yang merasa kesal, cemburu serta iri di hatinya memilih untuk pergi saat semuanya masih di kamar Kaila. Kepergiannya yang diam-diam membuatnya semua orang tidak menyadarinya termasuk juga Lucas yang diam-diam sibuk memperhatikan Kaila.
"Cantik." gumam Lucas dalam hati terpesona akan kecantikan kekasih dari saudara tirinya itu.
Sedangkan Isabela yang sedang berjalan di koridor hotel tiba-tiba merasa butuh pergi ke toilet.
Begitu masuk bilik, pintu lansung di kunci dari luar sama seperti yang dia lakukan pada Kaila. Di luar pun juga sudah di beri tulisan jika toilet tersebut rusak. Dan lebih spesialnya letak toilet tersebut berada hampir di ujung koridor yang mana jarang di lewati oleh orang.
Cklek
Cklek
"Siapa nih yang iseng." kata Isabela. "Halo apa ada orang di luar?" tanyanya dengan suara yang keras. Wanita itu yakin dirinya terjebak di sana.
"Ponsel ... aku harus mengubungi Lucas untuk mengeluarkan aku dari sini." gumamnya. Namun sayang ponselnya saat ini tak bisa lagi di hidupkan karena habis baterai, serba kebetulan bukan. "Sial." makinya.
Bugh
Isabela yang semula berjalan di sekitar toilet sambil memikirkan caranya untuk bisa keluar dari sana sampai tak menyadari jika ada cairan sabun di atas lantai sehingga membuat dirinya terjatuh karena licin.