Sassy Savannah menempelkan kepalanya di kaca jendela kereta, yang akan membawanya kembali ke tanah kelahirannya. Lima tahun bukan waktu singkat, untuk mengubur kenangan yang telah terjadi. Apalagi harus kembali berhadapan dengan orang dari masalalunya, yang hingga saat ini masih bersemayam di lubuk hatinya paling dalam. Rasanya malas harus kembali bertemu dengan mantan suaminya, yang mencampakkannya dengan semena-mena.
Aidan Darma Saputra, lelaki yang dicintainya sekaligus di bencinya. Dia telah menorehkan sebuah kesakitan, juga sekaligus kebencian dalam jiwanya. Hanya karena sebuah aduan tidak berdasar yang di tuduhkan padanya, dia dengan teganya mencampakkan dirinya.
Dengan kekuatan yang tersisa, Sassy bisa keluar dari istana yang mengurungnya selama ini. Berbekal tekad kuat dan dorongan semangat dari ke dua orangtuanya, Sassy melanjutkan hidup jauh dari lelaki yang di cintainya sekaligus orang yang mematahkan harapannya bisa bersanding hidup bersama sampai ajal memisahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Ternyata mimpi
(POV Diana 2)
Aku bangun keesokan harinya, dengan kepala berat. Ku buka kelopak mata yang masih terasa mengantuk, dan tubuh serasa remuk. Apakah aku bermimpi semalam? Bercinta dengan lelaki, yang ku temui di club. Pipi ku seketika memanas, teringat bagaimana aku mengemis belaian darinya. Antara sadar dan tidak, aku merengkuh tubuh besarnya naik ke ranjang ku.
Wangi harum masakan memasuki penciuman ku, gegas ku ambil kimono yang menggantung di balik pintu. Baju yang ku pakai semalam, berserakan di lantai. Aku memungutinya sambil melamun, entah dengan siapa aku menghabiskan malam? Dengan sang dewa yunani, atau lelaki acak yang membawa ku pulang. Daripada pusing menerka- nerka lebih baik aku membuktikannya. Aku berjalan pelan, sambil mengikat tali kimono. Di dapur minimalis ku, terlihat tubuh seorang pria tengah berkutat di depan kompor. Ia hanya memakai celana bokser, dan bertelanjang dada. Punggung kokohnya seperti aku kenali, tapi entah dimana dan siapa pemiliknya?
Sebelum aku mengeluarkan suara, lelaki itu membalikkan tubuhnya.
"Morning baby" sapanya lembut. Ia kemudian mematikan kompor, dan menuangkan nasi goreng pada piring saji. "One for you, and one for me" lanjutnya, dengan senyum mengejek.
"Daniel!" seru ku kaget
Aku nyaris terjatuh, bila tidak memegang tepian meja. Kepala ku yang pusing semakin bertambah sakit, melihat lelaki yang ku hindari kini berada tepat di depan mata.
"Siapa lagi yang kau harapkan, babe?" tanyanya mengejek. "Bagaimana tidur mu nyenyak?" tanyanya lagi, sambil menarik kursi makan. Mengesampingkan keterkejutan ku, akan kehadirannya yang tak di sangka-sangka. Ia menjatuhkan bokongnya, dan mulai menyantap makanannya. "Makanlah, selagi masih hangat!" perintahnya tegas.
Aku mengabaikan permintaan Daniel, dan lebih memilih membuka kulkas untuk mencari minuman dingin. Otak ku seakan lumpuh, menolak untuk berpikir keras.
"Darimana lu, tau gue ada di club?" tanya ku heran.
"Shut! Bicara yang sopan, aku gak mau kamu ngomong seperti itu. Lu-gue seperti dengan teman mu saja" protes Daniel marah.
"Oke, aku mau tanya" ucap ku mengikuti anjurannya. "Bagaimana, kamu menemukan ku?" tanya ku, melontarkan
"Bukan hal yang sulit, untuk melacak keberadaan diri mu" jawabnya cepat. "Kamu ibarat buku yang terbuka, mudah sekali menebaknya."
Oh, aku lupa satu hal, Daniel adalah tipikal laki-laki yang akan mengejar mangsanya sampai dapat. Rupanya ia belum mau melepaskan ku, bahkan ketika aku memergokinya selingkuh.
"Untuk apa mencari ku?"
"Kamu lupa Diana, kepergian mu membuat ku harus mengeluarkan uang yang besar. Kamu sudah melanggar kesepakatan, dan harus mengganti kerugian akibat pembatalan kontrak."
"Semua itu karena kamu, Daniel. Seandainya aku tidak memergoki mu tengah bercumbu dengan perempuan selingkuhan mu, maka aku pun tidak akan berbuat nekad dengan pergi meninggalkan mu."
"Sudah kukatakan, Lilian bukan selingkuhan ku. Ia hanya perempuan malam, yang ku sewa untuk melampiaskan hasrat ku."
"Tapi aku jijik, di sentuh oleh lelaki yang sudah berbagi peluh dengan perempuan lain."
"Oh ayolah Diana, kita sama-sama sudah dewasa. Hubungan seperti itu, hanyalah hubungan simbiosis mutualisme" ejeknya yang terdengar miris di telinga ku. "Kamu tak ingat semalam, bagaimana kau mendesah, dan memohon untuk ku sentuh? Masihkah kamu merasa jijik? dengan sentuhan ku."
"Jangan samakan aku dengan diri mu, kita jauh berbeda. Aku hanya menginginkan jadi satu- satunya di hati mu, bukan salah satunya" sangkal ku keras. "Itulah, mengapa aku meninggalkan mu? Aku perempuan yang belum siap, berbagi hati dengan yang lain."
"Lalu untuk apa? Kamu memanggil- manggil nama lelaki lain, ketika semalam kita bercinta" ungkapnya penuh penekanan. "Bukankah? itu artinya kamu juga selingkuh dengan lelaki lain selain diri ku" ucapnya menohok.
"Aku gak selingkuh!" pekik ku tak terima.
Seketika aku sadar, ternyata semalam yang membawa ku pulang adalah Daniel. Mimpi itu seolah nyata, aku tenggelam dalam kenikmatan bercinta dengan Aidan. Padahal kenyataannya, aku tidur bersama lelaki brengsek yang tengah menatap ku dengan senyum sinisnya.
"Sekarang belum, barangkali nanti!? Siapa yang tau masa depan?"
Aku diam, tak menggubris pernyataannya. Tetapi dalam lubuk hati terdalam, aku mendambakan kembali bertemu dengan Aidan. Mungkin satu waktu nanti? Ketika aku sudah bebas dari belenggu lelaki semacam Daniel.
"Udah jangan kebanyakan ngelamun, Aidan itu milik sepupu ku" ucap Daniel, menghalau hayalan ku. "Bila kamu nekad, ingin merebutnya dari Clara? Jangan salahkan aku, jika harus berhadapan dengan ku!" ancamnya keras.
"Apa!" pekik ku tanpa sadar. Jadi si dewa yunani itu udah ada yang punya? dan yang lebih menyedihkannya lagi, laki-laki tampan itu sudah ada yang memiliki. Oh malang nian nasib ku, selamanya akan ada dalam genggaman lelaki brengsek macam Daniel.
"Jangan kaget begitu!" serunya, sambil menutup mulut ku yang menganga. "Itulah kenapa? aku bisa menemukan mu. Ibaratnya, sekali tepuk dua nyamuk mati bersamaan."
Aku benci dengan sikap arogan Daniel, tetapi dulu aku begitu mencintainya. Terlepas dari sikapnya yang kasar, dia lebih mengerti diri ku di banding Bian. Tetapi sekarang aku membencinya, karena telah menduakan ku.
"Kalau kamu gak mau makan, bereskan semuanya. Aku mau tidur, dan jangan mengganggu" sambil bangkit dari duduknya, Daniel ngeloyor pergi meninggalkan ku, yang masih syok dengan keadaan ini.
"Oh ya, semalam aku suka dengan cara mu membangkitkan gairah ku" ujarnya, berbalik menatap ku dengan seringai mesumnya.
Rasanya aku ingin mati saja saat itu juga, bila mengingat betapa liarnya diri ku. Aku yang bertekad pergi dari kehidupannya, kini malah semakin tenggelam dalam pusaran cintanya.
****