Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Mematahkan Rumor
Rakyat yang mendengar bila Alena akan mengadakan pesta begitu antusias, begitupun dengan para Bangsawan. Mereka begitu menantikan hal apa yang akan terjadi nanti.
Sedangkan senyum seseorang mengembang, rumor telah menyebar dengan sangat luas. Tak mungkin Alena dapat membantahnya hanya dengan satu atau dua kata saja. Dan belum tentu rakyat akan percaya meski Alena membawa saksi sekalipun.
Semua orang sangat menantikannya, termasuk para jurnalis. Mereka menantikan berita besar yang akan mereka rilis secepatnya.
.
.
.
Waktu yang ditetapkan akhirnya tiba, kondisi alun-alun kota Mattias akhirnya dibanjiri warga. Sebuah meja tampak dikelilingi oleh para Bangsawan.
“Menurut anda, apa yang akan dilakukan wanita gendut itu?” Tanya seorang Bangsawan yang sebelumnya mengenal Alena sebagai sosok gadis gendut.
“Saya rasa, dia akan menangis dan memohon dimaafkan fufufu,” Senyum Bangsawan lainnya, sedangkan sisanya hanya ikut mengobrol saja dengan terus berspekulasi.
Hingga akhirnya rombongan Ksatria yang membawa anggur dalam jumlah banyak muncul, para warga nampak menatap mereka yang dibelakangnya adalah Duke dan Duchess Mattias.
“Selamat datang yang mulia Duke!” Sambut para warga di sana, namun tak ada yang menyambut Alena satupun.
“Saya menyambut anda yang mulia Duchess, terimakasih banyak anda telah mengundang saya khusus untuk ikut hadir dalam acara ini.” Ucap seorang wanita, yang tidak lain adalah Aurel.
“Hem, sama-sama. Namun saya tidak mengundang seseorang dengan khusus, saya mengundang semua orang.” Ucap Alena turun dari kereta kuda. Satu rumor sudah dibantah, bila Alena adalah sosok wanita gendut, bodoh dan buruk rupa.
Semua orang terkejut melihat Alena yang memiliki tubuh yang indah, perawakan yang sempurna dan wajah yang begitu cantik, bahkan kulitnya saja nampak indah kala itu.
Semua orang juga percaya, bila Alena bukanlah sosok yang bodoh dan naif seperti rumor yang beredar. Karena dalam satu serangan saja, dia telah berhasil menjatuhkan Aurel yang memiliki rasa percaya diri untuk dapat menjadi Duchess.
“A-apa maksud anda?” Tanya Aurel terbata-bata, dia tak menyangka Alena yang dulu sering murung kini dapat membalikan kata-katanya.
“Apa maksud saya? Sepertinya anda sangat pandai berbicara namun anda sangat sulit mengerti ucapan orang ya?”
(Dabble kill!)
Alena mengangkat sudut bibirnya, dia berjalan menuju Aurel dan membantunya untuk berdiri tegap. Dia tak ingin bila tokoh utama hari ini akan pingsan sebelum pesta itu diadakan.
“Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada para hadirin yang telah hadir hari ini.” Ucap Alena, seorang jurnalis tiba-tiba mengangkat tangannya.
“Lady Alena, saya dengar mengenai banyak rumor mengenai anda. Akankah anda menjelaskannya juga hari ini?” Tanyanya dengan sangat berani, beberapa jurnalis lainnya juga ikut keluar.
“Sepertinya Nyonya saya tak perlu membantahnya, memangnya apa yang sudah beliau lakukan hingga menyebabkan rumor itu terus menyebar?” Seorang pria yang merupakan asisten Mattias muncul.
“Saya ingin mendengar dari anda, apakah anda pernah mendengar rumor itu. Dan apakah anda melihat Nyonya melakukan tindakan itu langsung?” Asisten tersebut menunjuk seorang wanita pedagang apel.
“Benar Tuan, saya mendengar rumor itu namun saya tak pernah melihatnya.” Jawab wanita itu dengan lantang, dia merasa dirinya tak bersalah itulah mengapa dia mengatakannya dengan berani.
“Lantas dari siapa anda mendengarnya?” Tanya asisten Mattias, wanita itu menunjuk seorang tukang baju keliling.
Lalu asisten itu kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama pada tukang baju keliling itu, dia menunjuk seorang tukang kain di pasar. Setelahnya tukang kain itu kembali di tanya dan sampai kepada seorang Pelayan.
Hingga terus asisten itu bertanya satu demi satu dan sampailah dia di titik yang sudah menjadi tujuannya sejak awal, dia sampai di sebuah perkumpulan Bangsawan.
“Lady, apakah anda juga hanya mendengar saja ucapan itu atau memang benar melihatnya?” Tanya asisten Mattias tersebut pada empat orang Lady sekaligus.
“Tidak, kami hanya mendengarnya saja dari Lady Aurel. Katanya dia pernah menjadi salah satu Pelayan di kediaman Duke kala itu.” Ucapnya, kini akhirnya tujuannya sudah jelas.
“Lady Aurel, sekarang katakan. Apa anda hanya mendengar atau melihatnya langsung, apa yang dilakukan oleh Nyonya kami”? Tanya Asisten Mattias dengan berani, Aurel tertegun dan menatap semua orang yang ada di sana.
“S-saya tidak melakukannya, s-saya tidak melihatnya.” Ucapnya terbata-bata dengan suara yang bergetar akibat ketakutan.
“Bagus sekali, lantas dari mana anda mendapatkan rumor tersebut?” Tanya lagi Asisten Mattias dengan sangat jeli.
“S-saya,”
“Ampuni Putri saya Duchess, atas kebodohannya hingga membuat nama anda yang baik tercoreng dengan sebuah rumor buruk.” Sepasang suami istri datang, dia adalah seorang Count dan istrinya.
“Apa yang kalian lakukan, jelas-jelas wanita gendut ini yang mengambil posisi saya!” Teriak Lady Aurel, alhasil kini semua mata tertuju padanya.
“Tutup mulutmu!” Pekik sang Ayah, dia menunduk di hadapan Alena dan Mattias agar mengampuni nyawa Putrinya.
“Ternyata itu adalah ulah dari rasa iri saja ya, kasihan sekali Lady Alena.” Bisik beberapa Bangsawan yang merasa iba.
“Benar, wanita itu benar-benar seperti siluman. Di masa depan kita tak boleh dekat-dekat dengannya. Salah-salah nanti kita yang akan menjadi korban selanjutnya!” Ucap para Lady tersebut yang merasa sangat jengkel akan sikap Aurel.
“Tuan Count, anda tak perlu meminta maaf seperti ini. Anda adalah orang tua yang baik, angkatlah wajah kalian dan jangan menunduk lagi.” Alena membantu kedua orang tua Aurel.
“Jangan sentuh mereka! Dasar ja*lang!” Pekik Aurel mendorong tubuh Aurel, namun di belakangnya Mattias sigap dan menangkap tubuh Aurel.
“Sst, kaki saya.” Alena merasakan kakinya yang terkilir, dia tak menyangka akan kejadian seperti itu.
“Penggal kepalanya!” Perintah Mattias, Alena langsung menghentikan para Ksatria yang akan bertindak.
“Hentikan Tuan Duke! Saya baik-baik saja. Bila anda tidak kasihan pada Lady Aurel, setidaknya anda harus memberi belas kasih pada kedua orang tuanya. Bisakah anda melepaskan Lady Aurel untuk satu kali ini saja.” Mohon Alena, Mattias menghela nafas berat.
“Untuk satu kali ini saja,” Bisik Mattias, dia mengecup kening Alena dan menatap Count atau kedua orang tua Aurel.
“Bawa dia dari sini! Bila dia menampakkan diri di hadapanku atau istriku, maka akan aku pastikan kepalanya akan terlepas dari badan!” Gertak Mattias kembali ke dalam kereta kuda.
Alena menengok keluar dan menatap orang-orang yang nampak kasihan padanya, semua telah melihat sebenarnya dengan mata kepala mereka sendiri. Dia juga telah membuat citra yang baik di depan mereka.
“Kalian semua lanjutkan pestanya ya, maafkan saya harus pulang lebih dulu.” Alena tersenyum seraya melambaikan tangannya, semua orang akhirnya menunduk memberikan salam perpisahan.
Yang awalnya tak disambut dengan baik, namun pada akhirnya menjadi sosok yang amat dihormati. Alena tak mengalami kerugian fatal meski kakinya harus sedikit terkilir sekarang.