Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Tanpa izin ayah dan ibunya Reni pergi mengaji bersama Novi ke rumah kak Ulfa, ibunya bernama bibi Hajar dan Paman Makmur.
"Novi, Assalamu'alaikum bi, mana Novi?"
"Waalaikumsalam tunggu Ren, Novi masih di dalam kamar mandi, masuk dulu, shalat maghrib disini saja nanti mengajinya baru ke rumah paman Makmur", jawab bibi Yani mamanya Novi.
"Oh iya bi", masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi.
"Kamu sendiri, mana Nayla?"
"Sendiri saya bi, Nayla kurang sehat mungkin karena habis mandi disungai", jawabnya ada rasa sedih karena adiknya sakit.
"Semoga cepat sembuh Nayla. Kamu sudah berwudhu?"
"Iya bi, saya sudah berwudhu di rumah".
"Tunggu disini ya, bibi panggil Novi dulu".
"Iya bi".
*
"Novi, Nov, kamu kok lama nak, itu sudah ada Reni nunggu,, shalat di rumah saja baru ngaji di paman Makmur," memanggil Novi seraya menyarankan kepada Novi.
Ceklek, bunyi pintu terbuka pertanda Novi membuka pintu kamar mandi. "Kamu kenapa lama didalam?"
"BAB ma, iya sudah kalau shalat di rumah dulu".
"Iya sana temui Reni di ruang tamu".
*
"Ayo kak Ren shalat dulu baru berangkat ke Paman Makmur".
"Ayo, saya imam ya?"
"Iya kak". Mereka shalat maghrib berjamaah.
*
"Ma, aku pergi dulu sama kak Reni".
"Iya hati² ya, mau bawa senter? Gelap nanti dijalan kalau tidak bawa senter".
"Gak usah ma, kayaknya terang kok lewat jalan".
"ya sudah hati²".
***
"Kenapa kamu tidak mengaji di masjid saja Nov sama² kami? Kak Ulfa saja kadang ngaji di masjid kok!" tanyanya penasaran.
"Aku malu karena belum lancar, kalau di rumah paman Makmur kan hanya kita² saja, kalau di masjid banyak orang".
"Iya juga sih tapi lebih enak kalau ramai".
"Lewat jalan pintas saja yuk biar cepat!" ajak Reni pada Novi.
"Ya sudah ayok".
"Kok gelap amat lewat sini, eh mana jalannya ini nanti kita nabrak pohon coklat!" ujar Reni merasa was², begitu juga dengan Novi yang gemetar.
"Kak Ren, ini gelap sekali aku takut" ujarnya seraya menggenggam tangan Reni.
"Pelan² saja ya ayo kita lurus ke depan", jawab Reni meyakinkan.
Dug
"Aaawww jidatku, ada pohon didepanku ku tabrak, kenapa disini ini pohon. Huh!" emosi Reni sudah gelap, kepala terbentur, hati deg degan takut lagi, lengkap sudah.
"Hati² dong kak".
"Iya ini sudah hati², gara² kamu ini ngaji di Paman Makmur jalan disini gelap² saya jadi kejedot ini". Masih menggerutu sambil melanjutkan jalan, tidak lupa tangannya masih mengusap jidatnya.
***
"Alhamdulillah ada terang² mi, huh lega rasanya".
"Hufffttt iya terang mi, ayo kak sudah dekat rumahnya paman Makmur".
"Ok".
***
"Assalamu'alaikum", ucap Reni dan Novi bersamaan.
"Waalaikumsalam. Eh, kalian sudah datang, berdua?" tanya bibi Hajar.
"Iya bi, berdua kami datang kesini lewat situ gelap²an".
"Loh kenapa tidak lewat jalan saja? Kalau lewat jalan pintas ya gelap sekali karena kebun², kalian ada² saja!"
"Tunggu bibi panggilkan paman, tadi selesai shalat langsung makan di dapur, kalian sudah makan?"
"Belum bi", jawab mereka jujur.
"Kalau mau makan ayo masuk di dapur!"
"Tidak usah bi, kami makan di rumah saja, iya kan Nov?"
"Iya bi," hehehe tersenyum kikuk.
***
Beberapa menit setelah mengaji waktunya pulang. "Kalian shalat isya disini saja nanti akan diantar pulang sama bibimu", kata paman Makmur.
"Tidak usah paman, kami pulang sekarang saja".
"Berani? Hati² ya, awas ada anjir di depan rumah orang Bali".
"Iya paman, makasih. Assalamu'alaikum".
"Waalaikumsalam wr wb.
***
"Ayo lewat jalan saja ya?" tanya Reni kepada Novi.
"Iya kak".
Gug gug gug
"Ayo lari Nov, lariiiii.... Huh huh huh," ngos²an lari malam², terang remang² untung bulan menampakkan diri meski tidak penuh karena bulan sabit.
"Kak Ren, tunggu aku, huuuaaaa". Nangis lah Novi karena tertinggal.
"Kenapa kamu nangis?" berhenti agak jauh dari tempat anjing menggonggong.
"Kak Ren tinggalin aku lari kencang!" kesalnya sambil cemberut.
"Lah kan sudah ku kode, kamu sih lelet!" saling menyalahkan.
"Kan bisa sama²".
"Darurat mana bisa sama², yang penting nyelamatin diri, sana pulang sendiri, aku mau pulang juga".
"Kak Ren anterin aku? Kan tadi kakak yang jemput".
"Ogah, enak di kamu, rumah kita beda arah, suruh mamamu jemput", kesal Reni berlalu pergi meninggalkan Novi yang masih berdiam diri dipinggir jalan.
"Hehhh nyebelin, capek! Tau gitu ke masjid saja enak daripada kesana, gelap, jauh, ada anjing lagi, berkeringat mi jadinya!" gerutunya pelan masih diperjalanan.
***
"Mama, huhuhu", menangis pulang padahal rumahnya sudah dekat.
"Loh Nak, kamu kenapa? Mana Reni?" cecarnya pada Novi.
"Pulang ke rumahnya".
"Kamu tidak diantar?"
"Tidak ma, aku tadi dikejar anjing, malah ditinggali kak Reni", mendramatisir.
"Ya Allah nak, kamu gak apa² kan?" dijawab dengan gelengan kepala oleh Novi dan masih sesekali sesenggukan.
"Ya sudah ayo masuk kamar".
...----------------...
"Assalamu'alaikum", memasuki rumah dengan wajah kusut.
"Kamu dari mana saja Ren?" tanya ayah Ahsan.
"Dari ngaji di masjid yah," jawabnya mencoba santai.
"Siapa yang ajari bohong?" Reni diam membisu.
"Kamu ngapain ngaji di Paman Makmur? Lebih baik ngaji di rumah daripada disana, bikin malu orang tua saja!" perkataan ayah Ahsan tidak membentak tapi bernada tegas!
"Kok ayah tau ya aku ngaji disana?" gumamnya dalam hati Reni.
"Kalau orang tuamu tidak bisa ngajari ngaji kamu boleh ngaji disana, kalau di masjid kan ada ustadz Anwar yang jelas² bagus agamanya!" lanjut ayah Ahsan menjelaskan.
"Lain kali jangan ngaji disana lagi, pertama dan terakhir kalinya ini, paham Ren!"
"Iya Yah", ucapnya sambil menunduk.
"Sana ke kamar, belajar dulu baru tidur".
"Iya Yah. Bu, aku ke kamar dulu".
"Iya nak," dengan lembut ibu Wati menjawab.
***
"Eh, ngapain kamu disini?" tanya Reni pada Nayla.
"Kamu ya yang lapor ke ayah kalau aku ngaji di paman Makmur sama Novi?" tanyanya lagi.
"Hehehe iya, tapi sebelum aku cerita kayaknya ayah sudah tau kak".
"Kok bisa?" tanya Reni penasaran.
"Tadi ada yang singgah disini tapi aku gak tau itu siapa! Aku tadi sedang makan".
"Hmm gitu, hufffttt capek aku, kena omel lagi sampai rumah, kena marah malah, huh". Gerutu Reni lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"Kamu ngapain kesini?"
"Pengen saja disini, rindu kamar ini waktu kita masih tidur berempat", sendu wajahnya, dia rindu masa² tidur bersama kakak, ibu, dan ayahnya.
"Iya aku juga rindu tidur berempat, seru ya dulu meski kamu suka ngompol", hahaha tawa Reni pecah!
"Ish kenapa diingat² bikin malu saja!" seraya berdiri mau keluar kamar sambil cemberut.
"Nay jangan cemberut, memang dulu kamu selalu ngompol kan kalau tidur?" ngeledek sambil nahan tawa.
"Kayak kamu gak ngompol saja! Huuu", ledek balik.
"Iyakan lebih lama kamu, lebih banyak dan sering kamu Nay, wleee", meledek hingga menjulurkan lidahnya Reni.
"Awas ya nanti ku laporin ibu!" ancamnya.
"Laporin sana terserah", mulai emosi kembali setelah tadi cukup mereda.
***
"Huh nyebelin banget," huhuhu menangislah sendiri di kamar setelah Nayla keluar.
"Sebel banget rasanya, Novi juga nyebelin, ayah juga malah marah², huaaaaa", menangis deras, tidak terlalu kencang supaya tidak didengar oleh yang lain.
"Capek juga nangis", bergumam lirih sambil baung ingus melalui jendela kamar.
"Apa ayah tidak sayang aku ya? Kayaknya tidak ada yang sayang aku", kembali menetes air matanya.
"Aku iri pada anak yang dapat kasih sayang penuh dari orang tuanya", srut srut buang ingus. Ieuyyyyy. Lama baring akhirnya tertidur tanpa baca doa.
...****************...
Happy reading ♡♡♡
Like & komen readers
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih
Jangan lupa like, kritik dan sarannya.../Rose/