Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak kembali ke kediaman Wiratama.
Dua puluh menit kemudian akhirnya suasana yang menurut Anis begitu mencekam berakhir sudah, kini mereka telah selesai makan malam, dan kini Anis telah kembali ke kamar tamu kamar yang ia tempati semenjak menjadi istri dari seorang Ansenio Wiratama.
Anis yang teringat akan kejadian sore tadi, lantas meraih tas selempangnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas itu. dengan tatapan sayu Anis menatap barang yang kini berada di genggaman tangannya, sebuah pil kontrasepsi yang baru berkurang satu buah.
"Sepertinya pil ini akan menemani hari hariku." gumamnya lirih.
Cukup lama Anis duduk termenung di tepi tempat tidur, sebelum kemudian ia meraih segelas air putih di atas nakas untuk meminum pil kontrasepsi yang telah ia keluarkan sebelumnya dari kemasannya.
"Aku belum ingin mati cuma cuma di tangan tuan Ansenio." lagi lagi Anis nampak bergumam setelah meminum pil ini tersebut. Menurut Anis, jika ia sampai berani mengandung itu sama saja ia sudah siap kehilangan nyawanya di tangan seorang Ansenio Wiratama, mengingat pesan pria itu yang tidak ingin anaknya sampai terlahir dari rahim seorang wanita seperti dirinya.
Tidak ingin terus kepikiran tentang nasibnya untuk kedepannya, Anis memutuskan untuk merebahkan tubuhnya. Mungkin dengan terlelap ia bisa melupakan takdir hidupnya untuk sejenak, sebelum kemudian kembali terjaga untuk menghadapi kenyataan hidup di depan mata.
Masih di kediaman yang sama namun di kamar yang berbeda, Ansenio tak kunjung dapat memejamkan matanya. bayangan Anis menitihkan air mata di bawah Kungkungannya terus terlintas di benak dan pikirannya.
Demi mengalihkan pikirannya, Ansenio mengeluarkan sebungkus rokok dari laci nakas lalu beranjak menuju balkon kamarnya.
Ansenio Duduk bersandar sembari Menikmati kepulan asap yang berasal dari api rokok yang tersulut di antara kedua jemarinya. Entah sudah berapa batang rokok yang di hisap Ansenio, yang jelas kini asbak yang tadinya masih kosong kini telah di penuhi dengan puntung rokok.
Beberapa jam pun telah berlalu, kini Ansenio berlalu meninggalkan balkon dan kembali ke kamarnya. Sebelum merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Ansenio melirik ke arah jarum jam yang menggantung di dinding kamarnya telah menunjukkan pukul tiga dini hari. Mungkin karena kelelahan atau apalah itu, kini Ansenio telah terlelap dalam tidurnya.
***
Keesokan harinya, Anis telah siap dengan pakaian kerjanya itu pun segera berlalu meninggalkan kamarnya, hendak berangkat kerja. Hari ini Anis sengaja berangkat lebih pagi demi menghindari pertemuan dengan Ansenio. Namun sialnya ban motornya kempes. Dengan perasaan kesal Anis menendang ban motornya yang tengah kempes sehingga membuat kakinya terasa ngilu dan juga keram.
"Argh....." ringis Anis ketika merasa kakinya yang terasa keram sekaligus ngilu secara bersamaan. Kini Mau tidak mau ia harus menggunakan ojek online, bukannya ingin mengirit namun menurut Anis dengan menggunakan sepeda motor ia akan sedikit terhindar dari kemacetan jalanan ibu kota, itulah mengapa ia lebih memilih ojek online dibandingkan taksi Online.
Tak berselang lama setelah melakukan proses pemesanan kini sebuah ojek online sudah berada di depan gerbang rumah mewah milik keluarga Wiratama. Awalnya driver ojek online merasa mungkin ia salah alamat sebab menurutnya sangat tidak mungkin jika pemilik rumah mewah di hadapannya itu memesan ojek online.
"Nona Danisha??." tanya driver ojek online merasa tidak yakin, namun lokasi telah sesuai dengan titik pemesan.
"Iya saya, pak." jawab Anis sebelum kemudian meraih helmet dari tangan si bapak.
"Jarang sekali ada Wanita cantik dan kaya raya mau naik ojek online loh, Non." ucap bapak driver setelah memandang ke arah kediaman mewah milik keluarga Wiratama.
Anis tersenyum.
"Ini bukan rumah saya, saya cuma numpang di rumah ini, pak." ucap Anis apa adanya, sebelum kemudian naik ke atas motor. Kini ojek online tersebut telah berlalu meninggalkan rumah mewah tersebut, menuju ruang sakit tempat Anis bekerja. beberapa saat setelah kepergian Anis mobil Jasen pun tiba di rumah keluarga Wiratama.
Sementara Ansenio yang kini baru saja menyelesaikan sarapan paginya segera menemui Jasen yang baru saja tiba.
"Selamat pagi, tuan." Jasen menundukkan kepalanya.
Ansenio Hanya merespon ucapan selamat pagi dari Jasen dengan sebuah anggukan sekilas, sebelum kemudian pandangannya tertuju pada motor matic milik Anis yang terparkir di garasi bersama dengan deretan mobil mewah miliknya.
"Apa wanita itu tidak berangkat kerja??." gumam Ansenio dengan nada lirih ketika melihat keberadaan motor matic milik Anis.
Merasa penasaran mengapa sampai Anis belum juga berangkat kerja, Ansenio lantas meminta Jasen untuk mengecek keberadaan Anis. Dan tentunya sebagai pria yang memiliki sopan santun, Jasen tak langsung memeriksa Anis di kamarnya melainkan mencari keberadaan ART untuk meminta bantuan mengecek Anis di kamarnya.
Tak berselang lama ART tersebut kembali ke hadapan Jasen dan menyampaikan jika saat ini Anis sudah tidak ada di kamarnya. Selanjutnya, Jasen pun menemui Ansenio untuk menyampaikan kabar tersebut.
"Dia sudah berangkat kerja, tapi kenapa motor bututnya masih ada di sini?? Lalu dengan apa wanita itu berangkat kerja??." Gumam Ansenio ketika mendengar penjelasan dari Jasen. untungnya Jasen mendapat kabar dari ART tadi jika ia tidak sengaja melihat ojek online berhenti di depan gerbang ketika ia hendak membuang sampah tadi. Pada akhirnya jawaban itu pula yang kini diberikan Jasen pada Ansenio.
"Apa, Ojek online??." ulang Ansenio seakan tak percaya ketika mendengar penjelasan singkat dari Jasen.
"Sepertinya begitu tuan." sahut Jasen.
Tidak ingin berlarut-larut memikirkan hal menurutnya tidak penting, Ansenio pun segera beranjak memasuki mobilnya yang pintunya telah di buka oleh Jasen sebelumnya.
**
Di rumah sakit, Anis dibuat panik sendiri ketika adiknya, Anin, mengirim pesan untuk menyampaikan jika sore ini ibunya akan berkunjung ke mes dan rencananya ibunya akan menginap semalam, mengingat letaknya rumahnya berada di pinggiran ibu kota.
"Oh astaga, bagaimana ini??? Sepertinya aku harus meminta izin terlebih dahulu pada tuan Ansenio." lirih Anis dalam hati, dengan perasaan yang mulai panik. Ia takut jika sampai ibunya tahu jika ia tidak tinggal di mes yang disediakan oleh pihak rumah sakit melainkan tinggal di rumah seorang pria yang kini telah menikahinya sebagai pelampiasan dendam semata.
Tidak terasa waktu terus berjalan, kini siang telah berganti dengan gelapnya malam dan sampai dengan pukul delapan malam Anis tak kunjung kembali ke kediaman Wiratama.
"Kemana wanita itu?? Apa dia sudah bosan hidup??." Ansenio yang sejak satu jam yang lalu berada di kamar Tamu mulai tersulut emosi saat Anis tak kunjung kembali.
Hendak menghubungi ponsel Anis, namun tiba-tiba saja notifikasi pesan masuk ke aplikasi hijau miliknya.
"Maaf tuan, sepertinya malam ini saya tidak bisa kembali ke rumah anda, sebab ibu saya tengah menginap di mes. Saya janji, besok setelah ibu saya pulang saya akan segera kembali ke rumah anda." ucap Ansenio dalam hati ketika membaca pesan dari Anis.
Merasa kesal setelah membaca pesan dari Anis, Ansenio lantas menghubungi nomor ponsel anis tapi sayangnya kini nomor tersebut telah berada di luar service area, dan itu semakin memancing kekesalan Ansenio.