Bukan Mantan, tapi pernah berarti.
Saat rasa cinta datang kita tak tahu dimana dia akan berlabuh, kita bahkan tak bisa menolak perasaan yang mencokol dan mendamba ingin memiliki.
Lalu bagaimana jadinya jika perasaan tersebut tak bersambut? berjuang mungkin salah satu jalannya.
Namun, bagaimana jika kita sudah berjuang cinta itu tetap tak bersambut? menyerah, mungkin yang terbaik.
Tapi bagaimana jika disaat kita menyerah, cinta itu justru memberi luka yang mendalam hingga berbalik menjadi benci.
Nizar Raksa Darmaji cowok yang dicintai Anggun, merenggut kesuciannya hanya karena salah paham, dan karena itu Anggun harus menanggung kesedihan yang teramat dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Mari berhitung lagi, setelah satu tahun Nizar kuliah dia pulang dan bayi Anggun berusia 5 bulan, lalu Nizar kembali dan selama satu tahun dia selalu mengawasi Anggun lewat Seno, lalu waktu berjalan empat tahun setelah itu kali ini gak di lebihin 😅, jadi usia bayi Anggun lima tahun lima bulan, anggap saja begitu ya. 😁
Tapi gak papa, ini bukan pelajaran matematika, meskipun salah, kalian tidak akan aku kasih nilai 0, yang penting baca dengan senang hati, mari kita lanjutkan.
....
Udara pagi yang dingin tak membuat Anggun menyelimuti dirinya lagi, wanita berusia 24 tahun itu bergegas bangun dan merenggangkan ototnya, lalu bergegas untuk pergi ke dapur, melewati kamar putra tercintanya Gio, Anggun mengintip sebentar dan melihat putranya masih mendengkur halus lalu kembali menutup pintu dengan pelan.
Membuat sarapan nasi goreng sosis kesukaan Gio, lalu membuat satu gelas susu, dan meletakannya di meja makan kecil dengan tiga kursi yang tersedia, hanya ada Gio dan dirinya jadi tak perlu kursi lebih satu kursi bahkan jarang terpakai hanya saat Rizki ikut makan barulah tiga kursi itu penuh, ya tentu saja Rizki masih sering datang, pria itu tak pernah melupakan tanggung jawabnya pada Gio, meski Anggun tak memberatkan, mengingat jika Gio bukan putra kandung Rizki, tapi pria itu memang baik hati, dia senantiasa menjadi ayah Gio, bukan hanya sebuah status, tapi benar- benar menjadi seorang ayah, menyayangi Gio dengan sepenuh hati, hingga kini jika ditanya siapa idola Gio, maka bocah itu akan berkata "Ayah."
Setelah selesai membuat sarapan, Anggun pergi ke kamar mandi yang ada di dapur, untuk membersihkan diri, usai dengan kegiatannya Anggun membuat kopi, Anggun segera membangunkan Gio "Ayo bangun sayang."
"Masih ngantuk mama," ucapnya dengan menyelimuti dirinya kembali. Anggun menggeleng lalu menarik selimut Gio dan menggendong putra kecilnya untuk dia bawa ke kamar mandi dan membasuh mukanya lalu mendudukannya di kursi makan.
Gio masih terlihat mengantuk dan Anggun hanya mampu menghela nafasnya "Jadi mau diantar Ayah apa Mama ke sekolah?" tanya Anggun, sambil menyuapkan makanannya.
Gio mendongak dan dengan malas memakan nasi gorengnya "Sama Ayah boleh?" Anggun mengangguk..
"Boleh, tapi nanti pulang di jemput Bi Ratih gak papa kan?" Gio mengangguk.
"Mama pulangnya malam gak?" tanya Gio pasalnya sudah satu minggu terakhir mamanya selalu pulang malam.
Anggun terlihat berpikir "Kayaknya enggak deh."
"Boleh Gio nunggu di rumah kakek?" tanya Gio yang sudah mulai bersemangat, efek kesadarannya sudah seratus persen.
"Boleh, tapi jangan bikin kakek pusing, jangan nakal!" Kakek yang Gio maksud adalah ayah dari Rizki, tentu saja Asnan menyayangi Gio layaknya cucu sendiri, meski mereka tinggal terpisah Gio tak pernah kehilangan kasih sayang sebuah keluarga, ada ayah dan kakek yang sangat menyayanginya.
Selesai dengan sarapannya Anggun mempersiapkan Gio lalu menyalakan motornya untuk berangkat bekerja, sebelum itu dia harus mengantar Gio untuk ke rumah Rizki dan meminta Rizki untuk mengantar Gio ke sekolah.
Rumah Anggun masih memiliki jarak yang lumayan dekat dengan rumah Rizki, meski tidak di kontrakan yang sama seperti lima tahun lalu, karena pemiliknya yang tak lagi menyewakan rumahnya, Anggun mencari rumah sewaan baru, dan berkat Rizki dia menemukan yang dekat dengan rumahnya. Bukan tanpa alasan Rizki mencari yang dekat dengannya, dia ingin leluasa mengunjungi Gio kapanpun, begitu pun Gio yang tak perlu merasa kesepian karena tidak serumah dengan ayahnya.
"Ayah!" seru Gio, saat melihat Rizki menyambutnya di depan rumah. Gio segera turun saat Anggun menghentikan motornya.
"Kamu gak lagi sibuk kan, Mas?" tanya Anggun saat Rizki baru saja menggendong Gio.
"Gak, bengkel lagi sepi, dan kalau pun satu dua masih bisa di handle Dani."
Rizki sudah berhenti menjadi pekerja kantoran, dan memperbesar bengkelnya, hingga semakin maju, Rizki menyiapkan Gio agar duduk nyaman di mobilnya. "Biar aku nanti yang jemput Gio," kata Rizki setelah menutup pintu mobil. "Gak sebaiknya kamu aku antar Nggun."
"Gak usah mas, lagian nanti mas juga harus ke bengkel, nanti repot." Rizki menghela nafasnya, selalu Anggun menolak dan takut merepotkannya, padahal Rizki dengan senang hati membantunya.
"Ya, udah kalau gitu nanti aku hubungi Bi Ratih biar gak jemput Gio, aku berangkat ya Mas, Gio jangan nakal ya!" Di dalam mobil Gio mengangguk, dan Anggun melambaikan tangannya pada Gio dan Rizki.
Rizki masih menatap kepergian Anggun dalam diam hingga suara Gio memanggilnya "Ayah, ayo!"
"Oh, oke ... Kita berangkat sekarang." Rizki memasuki mobilnya dan mulai melajukannya ke sekolah Gio.
Anggun memasuki kantornya tepat di beberapa menit lagi jam masuk, beruntung dia tidak terlambat, memasuki lift untuk mencapai lantai lima dimana dia bekerja.
Anggun bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan produsen makanan instan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga di bagian pengawasan produksi. Saat berada di dalam lift Anggun mendengar dua wanita di belakangnya tengah berbincang dengan menggebu membuat dahi Anggun mengeryit.
"Gue, gemes sama tokoh utamanya, padahal Naira udah jelasin kalau dia gak salah, eh si Fabio ngeyel.. Malah nyakitin Naira terus."
"Fabio pantesnya di tinggalin, trus Naira nikah sama cowok lain.."
"Tapi yang paling bikin gue gemes penulisnya nggak up udah hampir seminggu bikin gue penasaran sama jalan ceritanya.. Ini bukan cinta tak berujung, tapi kisah tak berujung.." Anggun menunduk sambil melipat bibirnya.
Yang mereka bicarakan adalah novel karangan Anggun yang berjudul "Cinta tak
berujung." tapi karena di kantor sedang sibuk jadi Anggun tidak bisa update novelnya akhir- akhir ini , Anggun masih kerap menulis novel online di sela kesibukannya, dan beberapa hari lalu ada perusahaan penerbit yang ingin menerbitkan bukunya, hanya Anggun memberikan syarat untuk tidak mengekspos wajahnya, sebab sampai saat ini tidak ada yang tahu jika Anggun adalah seorang penulis online termasuk Rizki, tapi perusahaan penerbit itu belum memberikan jawaban tentang syarat Anggun.
Tiba di lantai lima Anggun segera keluar dari lift dan berjalan menuju kubikelnya.
"Anggun laporan kemarin udah siap kan?" Anggun yang baru saja meletakan tasnya mendongak.
"Sudah Bu," ucapnya sambil mengambil sebuah map di mejanya.
"Bawa itu ke ruang rapat, hari ini kita kedatangan bos baru." Anggun mengerutkan keningnya.
"Bos baru?"
"Kamu denger kan kalau direktur kita akan menyerahkan kepemimpinannya pada putranya yang baru pulang dari luar Negeri." Anggun mengangguk, dia sempat mendengar desas desus tersebut, namun tak menyangka jika itu ternyata benar.
"Ya, sudah cek lagi nanti ikut saya ke ruang rapat!" Anggun mengangguk dan langsung mendudukan dirinya di kursi kerjanya dan mulai meneliti berkas tersebut.
Anggun sudah duduk di sebelah atasnya menunggu bos mereka datang, tepatnya direktur mereka yang baru.
Begitu pintu terbuka, semua yang ada di ruang rapat sontak berdiri, dan menunduk saat melihat tiga orang pria memasuki ruangan.
Setelah memberi hormat, mereka mendudukan diri kembali setelah memastikan bos mereka sudah duduk terlebih dulu.
"Selamat siang semuanya ..." mata Anggun mengerut melihat siapa yang mulai bicara, lalu raut wajahnya menegang kala menyadari siapa yang kini duduk di kursi direktur mereka.
Sungguh?
Apa takdir sedang mempermainkannya?
Anggun selalu berharap untuk tidak bertemu dengan orang- orang di masa lalunya, tapi seperti katanya dia harus selalu siap dengan kemungkinan- kemungkinan yang terjadi, sebab tidak ada yang tahu jalan Tuhan.
....
Hayo siapa? 🤭🤭🤭🤭