Ivana sudah berlari sejauh mungkin untuk menghindari Aston Harold, namun dunia seperti begitu sempit untuk pria itu. Sampai di kehidupan Ivana yang paling terpuruk Aston tetap mampu menemukannya.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSP Bab 23 - Melebih-lebihkan
Saat pagi menjelang hal pertama yang Ivana ingat adalah tentang Aston yang tadi malam tidak pulang. Secara alami dia langsung membayangkan bahwa pria itu pasti menghabiskan malam dengan Gloria.
Entahlah, pikiran-pikiran seperti itu tidak mampu dia tepis.
Ivana bahkan sampai menggelengkan kepalanya sendiri untuk mengusir semua pemikiran tersebut.
"Astaga, kenapa aku harus membayangkan hal seperti ini. Justru bagus jika mereka kembali bersama. Aku pasti bisa terlepas dari Aston dengan lebih cepat," gumam Ivana, tak ingin berkubang dalam kesedihan yang tak pasti Ivana lantas turun Dari ranjang dan segera menuju kamar mandi.
Mengguyur tubuhnya menggunakan air dingin untuk mengusir semua pemikiran yang harusnya tidak dia pikirkan.
Jam 7 pagi Ivana kembali melihat jam di dinding, entah sudah berapa banyak dia melihat ke arah jam tersebut. Berulang kali mengatakan tidak akan menunggu, namun yang dia lakukan justru tetap menunggu Aston pulang.
Sungguh, terkadang Ivana pun tak mampu mengendalikan perasaannya sendiri seperti ini.
Sampai jam 07.30 nyatanya Aston tetap tidak menunjukkan batang hidungnya, jadi dengan langkah kaki yang terasa begitu berat Ivana pun meninggalkan apartemen tersebut.
Bagaimanapun juga dia harus segera pergi agar tidak terlambat saat tiba di kantor.
Di rumah Gloria, Aston baru membuka matanya saat waktu sudah menunjukkan angka 10 pagi.
Langsung merasakan pengar di mulut dan lapar di perutnya, dua rasa yang membuatnya begitu tidak nyaman. Namun pemikirannya langsung tertuju pada Ivana.
"Astaga, apa yang terjadi semalam. Kenapa aku ada di sini," gumam Aston, dia tidak mengingat Apapun yang terjadi tadi malam. Hal terakhir yang Aston ingat adalah saat dia bersama dengan Gionino di Paradise Club.
"Kamu sudah bangun?" tanya Gloria yang baru saja masuk ke dalam kamar ini. Semalam Mungkin dia merasa begitu kesal pada sang suami, tapi pagi ini Gloria sudah mulai bisa mengendalikan amarahnya sendiri.
Jadi tetap menyambut dengan bibir yang tersenyum kecil. Berusaha membuat pria itu agar merasa nyaman saat berada di dekatnya.
"Gio semalam yang mengantar mu pulang," kata Gloria lagi sebab sang suami hanya diam saja, tidak memberikan tanggapan apapun.
Gloria juga terus melangkah sampai berdiri tepat di hadapan Aston yang saat ini duduk di tepi ranjang.
"Apa kamu tidak mengingat apapun yang terjadi semalam?" tanya Gloria lagi, dengan kedua mata yang menatap intens. Dilihatnya Aston yang nampak mengusap wajah frustasi.
Namun lagi-lagi pria itu pun tidak menjawab pertanyaannya, tapi dari diamnya Aston membuat Gloria yakin bahwa sang suami pasti memang mengingat apapun.
Membuatnya langsung tersenyum miring, karena merasa bisa menjadikan momen ini sebagai peluangnya.
"Semalam kamu menganggapku Ivana, kamu menarik ku ke atas ranjang ini dan menyentuh ku dengan kasar. Tubuhku sudah telanjjang, namun saat itu kamu baru sadar bahwa aku adalah Gloria," jelas Gloria dengan nada lirih, bicara dusta, melebih-lebihkan semua yang terjadi semalam, padahal faktanya tidak seperti itu.
Aston hanya mencium bibirnya beberapa saat dan kemudian melepaskan dengan cepat.
Namun mendengar cerita Gloria sudah membuat Aston jadi makin pusing.
"Aku tidak apa-apa, aku bisa mengerti meskipun harga diriku terluka," jelas Gloria lagi, jadi terus bicara karena sang suami hanya diam.
"Semalam aku sangat mabuk, aku sungguh tidak ingat apapun. Jadi anggap saja, semua yang terjadi semalam itu tidak ada."
"Bagaimana bisa aku melupakannya, kamu bahkan banyak membuat tanda di tubuhku," jelas Gloria, dia menunjukkan bagian atas dadanya yang penuh tanda merah.
Namun sungguh, itu semua bukan perbuatan Aston. Melainkan perbuatan pria lain, seseorang yang selama ini selalu jadi tempat pelampiiasan hassrat Gloria.
Bagaimanapun Gloria adalah wanita dewasa yang butuh kepuasan battin.
Sesaat Aston tertegun melihat semua tanda-tanda itu, bertanya-tanya sendiri benarkah dia yang melakukannya.
Sementara pikirannya begitu buntu. "Aku sedang tidak bisa berpikir Glo, lebih baik pergilah," balas Aston.
"Kamu tidak percaya padaku? Ayo kita lihat rekaman CCTV di kamar ini," balas Gloria dengan sangat yakin, Tapi dia berani bicara seperti ini karena yakin Aston tidak mungkin mengiyakannya. Pria itu pasti tak ingin membuktikan semua hal yang telah dia tuduhkan.
Aston pasti takut salah, apalagi dia menyampaikan semuanya dengan sangat yakin.
Namun kemudian, jawaban Aston justru membuat Gloria terdiam seribu bahasa ...
"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi ke ruang kerja ku untuk memeriksa CCTV lebih dulu," putus Aston.