"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit dan Kembali Bersama
"Tuan memanggil saya? " Tanya Rani pada Sean, dia menundukkan kepalanya saat berbicara pada Sean.
"Iya, saya mau kamu menjemput kue di rumahnya Sonia, tadi saya memesan 20 cake, seperti bilang saja untuk acara ya."
"Baik tuan."
Memang seperti itu Sean, dia akan memesan cake buatan Sonia untuk melepas rindu pada Sonia, lalu membagikan cake itu pada para pelayan di rumahnya.
Rani langsung menuju ke rumah Sonia bersama dengan sopir Sean, Rani sudah berdandan layaknya bukan seorang pembantu, itu atas perintah dari Sean. Selama ini Rani sudah menjadi pelanggan tetap Sonia yang selalu order banyak, paling sedikit Rani akan order sebanyak 10 cake dan paling banyak bisa sampai 60 bahkan 100 cake, tentu saja Sonia tidak mengerjakannya sendiri, dia akan membayar jasa orang lain untuk membantu jika orderan banyak yang masuk.
Rani tiba di depan rumah Sonia, dia mengetuk pintu rumah itu namun tidak ada jawaban. Lama menunggu akhirnya Rani memberanikan diri untuk memeriksa dengan cara mengintip ke dalam rumah Sonia. Rani kaget melihat Sonia yang sudah tergeletak dengan hidung yang mengeluarkan banyak darah. Rani meminta tolong kepada Jabar sang sopir untuk membantu Sonia. Jabar mendobrak pintu rumah Sonia dan akhirnya berhasil untuk masuk. Mereka langsung membawa Sonia ke rumah sakit, beruntungnya Sonia cepat mendapatkan pertolongan dari dokter, hingga keadaannya sudah membaik.
...***...
Sonia mengedarkan pandangannya dan melihat ada Rani dan juga Jabar yang sedang menunggu dirinya sadar.
"Mbak Rani, saya kenapa ya? " Tanya Sonia bingung karena tiba-tiba dia sudah berada di rumah sakit. Rani memang lebih tua 3 tahun dibanding Sonia dan mereka sudah saling kenal karena Rani adalah pelanggan setia Sonia.
"Kamu tadi pingsan Sonia, hidungmu keluar darah, makanya kami lancang mendobrak pintu rumahmu dan membawa kamu kesini." Jelas Rani.
"Ya Allah, maafin aku ya mbak, aku jadi ngerepotin mbak sama mas nya."
"Nggak kok, sekarang mending kamu istirahat ya, kata dokter tadi kamu itu kelelahan."
"Iya mbak, makasih banyak loh ya." Ucap Sonia dengan sedikit sungkan karena sudah membuat repot orang lain.
Sonia memang akhir-akhir ini sering kelelahan, karena banyak pekerjaan yang dia lakukan tanpa ada waktu untuk istirahat atau bisa dikatakan waktu istirahatnya tidak cukup.
"Mungkin aku harus libur dulu deh bikin kue, ngak mungkin harus maksain kerja kalo ujung-ujungnya bakalan sakit begini. Penghasilan ku bakalan habis buat berobat aja kalau begini." Pikir Sonia yang menyadari konsekuensi dari memaksakan tubuhnya.
...***...
Rani dan Jabar pulang tanpa membawa pesanan dari Sean.
"Maaf tuan, Sonia sedang sakit, tidak ada pesanan yang saya bawa sekarang." Sean kaget mendengar Sonia sakit, dia kembali memeriksa ponselnya dan memang Sonia belum merespon orderannya, biasanya pesan Sean selalu direspon cepat oleh Sonia.
"Sonia sakit apa?" Sean bertanya dengan nada yang begitu khawatir.
"Tadi saat kami datang ke rumahnya, saya melihat kalau Sonia tergeletak dengan hidung yang banyak mengeluarkan darah, saya dan Jabar membawa Sonia ke rumah sakit terdekat dan keadaan nya sekarang masih lemah tuan, kata dokter tadi sih, Sonia kelelahan." Rani menjelaskan pada Sean kondisi Sonia dan di balas anggukan oleh Jabar karena memang dia yang mendobrak pintu rumah Sonia.
"Ya sudah, kalau begitu kalian boleh pergi." Rani dan Jabar sedikit menunduk lalu pergi dari hadapan Sean.
"Permisi tuan." Ujar mereka berdua.
Sean menyambar kunci mobilnya, dia pergi mengenakan pakaian casual dan terlihat lebih santai, hari ini dia tidak ke kantor. Sean menuju ke rumah sakit dimana Sonia sedang dirawat, setelah mengetahui ruangan Sonia, Sean segera menuju kesana dengan perasaan khawatir.
"Semoga dia baik-baik saja." Harap Sean pada Sonia.
Sean sampai di depan ruangan Sonia, sebelum masuk dia mendengar suara Vanno dari dalam sana sedang bicara dengan Sonia, timbul rasa cemburu di hati Sean mendengar hal itu. Sean mengintip dengan sedikit membuka pintu ruangan dan melihat, memang benar, Vanno sedang bicara pada Sonia sambil menggenggam tangan Sonia.
"Apa gaji yang aku berikan padamu itu kurang Sonia? Kamu jangan memaksakan diri dalam bekerja seperti ini, begini kan jadinya. Tubuh kamu juga butuh istirahat loh."
"Iya Vanno maaf, tapi aku senang aja ngelakuin nya, bukan karna gaji yang kamu berikan kurang kok." Vanno dan Sonia memang dekat sebagai teman jika tidak sedang berada di kantor, Sonia tadi meminta izin pada Vanno karena dia sakit, dengan cepat Vanno melesat untuk menemui Sonia.
"Aku sangat khawatir melihat kamu begini, saat mendapat telfon dari kamu tadi, aku meninggalkan meeting dan langsung menghampirimu Sonia." Vanno begitu perhatian pada Sonia, namun dalam hati gadis itu sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada bos tampannya itu.
"Terima kasih sudah khawatir sama aku, aku hanya tidak ingin libur masuk kantor tanpa kabar Van, maaf ya sudah mengganggu waktu kamu."
"Jangan bicara begitu, kamu tidak pernah mengganggu waktu ku Sonia." Sonia tersenyum manis pada Vanno, yang membuat Sean terbakar api cemburu.
"Mereka sangat dekat, apa mereka memiliki hubungan spesial? Atau mereka berdua pacaran?" Pikir Sean yang tengah mengintip mereka berdua.
"Permisi pak, saya mau masuk." Tegur seorang perawat yang ingin masuk ke dalam ruangan Sonia. Sontak pandangan Vanno dan Sonia teralihkan dan melihat ada Sean yang berdiri di pintu ruang rawat.
"Pak Sean." Kata Sonia pelan.
"Sean, kenapa di sini?" Tanya Vanno, dia tidak bicara formal lagi pada Sean karena sekarang bukan di kantor dan sedang tidak membicarakan bisnis.
Sean terlihat gelagapan dan akhirnya memasuki ruangan Sonia. Perawat tadi memeriksa infus di tangan Sonia dan memberikan vitamin untuk gadis 24 tahun itu.
"Vitamin nya diminum ya."
"Makasih sus."
Perawat itu meninggalkan ruang rawat tersebut, hanya Sean, Sonia, dan Vanno yang tersisa. Vanno masih menunggu jawaban dari Sean.
"Hm gimana keadaan kamu? Kenapa kamu bisa masuk kesini? " Tanya Sean tanpa menjawab pertanyaan Vanno tadi.
"Alhamdulillah saya nggak apa-apa pak, saya cuma kelelahan aja. Besok juga saya udah boleh pulang kok." Jawab Sonia dengan lembut disertai senyum manisnya.
"Kok kamu di sini Sean?" Tanya Vanno lagi.
"Saya tadi membesuk teman di rumah sakit ini dan tidak sengaja mendengar suara kamu, saya pikir kamu yang sakit, jadi saya melihat ke sini." Sean berbohong untuk menutupi kegugupan nya dan dibalas anggukan oleh Vanno.
"Oh iya, saya masih harus meeting, kamu saya tinggal nggak papa?" Tanya Vanno pada Sonia.
"Iya nggak apa Vanno."
"Pergi dulu ya, kamu jaga diri baik-baik. Nanti jika selesai meeting aku akan ke sini lag." Vanno mengusap lembut kepala Sonia lalu melenggang keluar dan meninggalkan Sonia bersama Sean.
Suasana menjadi sangat canggung sekarang, Sonia dan Sean sama-sama bingung harus memulai percakapan darimana. Ditambah lagi mata Sonia yang terasa sangat berat setelah minum obat.
"Kamu ngantuk?" Tanya Sean.
"Iya, tadi habis minum obat, kepala aku juga pusing sekarang."
"Tidurlah, kamu butuh istirahat yang cukup. Aku pergi dulu ya, semoga kamu lekas sembuh." Sean hendak pergi meninggalkan Sonia namun Sonia menahan Sean dengan memegang lengan kokoh pria itu.
"Bagaimana jika aku tidak sembuh Sean?" Sonia menitikkan air matanya dan menatap lekat kedua bola mata Sean. Sean mendekat dan langsung memeluk Sonia dengan erat, dia melepaskan segala kerinduan yang selama ini dia pendam pada gadisnya.
"Kamu harus sembuh Sonia, kamu nggak boleh sakit begini." Sean juga menitikkan air matanya tapi dengan cepat dia hapus, Sean berusaha tegar di hadapan Sonia.
"Kenapa kau kembali lagi Sean?" Tangis Sonia terdengar begitu sendu.
"Aku merindukanmu Sonia, tak cukup kah waktu 5 tahun bagimu menjauh dariku?" Sonia tak menjawab lagi, dia hanya terisak dalam pelukan Sean, pria yang menjadi cinta pertamanya itu kini kembali.
...***...
Angel merasa dirinya sangat bodoh dan tidak berharga, "Derren tidak akan pernah menikahku, dia hanya menjadikan aku sebagai pemuas nafsunya saja. Aku tidak mau jika begini selamanya." Angel mengambil pisau dan menusukkan berkali-kali ke perutnya hingga banyak mengeluarkan darah. Angel memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena begitu frustasi dengan sikap Derren yang tidak pernah mau memberikan kepastian dalam hubungan mereka.
Penghuni kos-kosan lain mengetahui bahwa Angel sekarat karena ada salah satu tetangganya ingin memberikan cemilan pada Angel.
Polisi pun datang dan kamar Angel diberi line police. Seketika semua penghuni kos digegerkan dengan aksi Angel bunuh diri dengan cara yang tragis.
Dokter dan polisi menyatakan kalau Angel meninggal dunia, akibat kehilangan banyak darah.
...***...
Dua hari kemudian Sonia baru mendapatkan kabar bahwa Angel meninggal bunuh diri di kamar nya, saat itu Sonia hendak bercerita pada Angel mengenai Sean, yang mana Sean adalah masa lalunya. Selama ini Angel begitu penasaran dengan pria yang Sonia cintai.
Sonia begitu shock mendengar kematian sahabatnya, dia menangis karena ditinggalkan oleh Angel.
"Kenapa kamu malah mengakhiri semuanya dengan cara seperti ini sih Ngel, Ya Allah. Masih banyak cara lain kan buat mengakhiri hubungan kamu, kenapa kamu malah mengakhiri hidup kamu sendiri? Terus aku harus berbagi cerita sama siapa sekarang ini? Kamu egois tau nggak." Sonia merutuki Angel di makam nya, Sonia belum bisa menerima kepergian Angel dengan cara seperti ini.
Sonia datang bersama Sean ke makam Angel, Sonia dan Sean kembali menjalin hubungan setelah 5 tahun berpisah, mereka balikan setelah Sean menbesuk dia di rumah sakit waktu itu. Sean memeluk Sonia untuk menenangkan hati gadisnya.
"Sekarang dia sudah tenang disana, kamu nggak boleh larut juga dalam kesedihan ini. Kamu harus semangat menjalani semuanya tanpa Angel." Sean menenangkan Sonia.
"Aku sangat benci sama Derren tau nggak, ini semua pasti gara-gara dia. Dasar laki-laki bajingan, nidurin mau, nikahin banyak gaya, cowok kurang ajar emang." Umpat Sonia pada Derren seolah Derren ada di hadapannya.
Saat akan pulang, Sonia melihat Derren datang ke makam Angel, emosi Sonia langsung memuncak, dia menampar dan memukul Derren menggunakan sepatu pansusnya. Deren mengaduh kesakitan, Sean berusaha menenangkan Sonia namun tidak berhasil.
"Ngapain kamu kesini hah? Belum puas juga kamu udah bikin Angel begini? Apa salah nya sih kamu beri kepastian sama Angel, ini nggak. Nikahin dia kamu nggak mau, mutusin dia juga kamu enggan, emang kamu pikir hubungan kalian sekedar pelampiasan nafsu doang? Kalau memang begitu kenapa kamu nggak sewa aja wanita murahan, banyak kok, kenapa harus sahabat aku sih yang kamu jadikan korban? Dasar kurang ajar." Sonia teriak sambil menunjuk wajah Derren, lelaki itu babak belur dibuat oleh Sonia. Sean mencoba untuk memeluk Sonia agar tidak marah-marah lagi dan cara itu berhasil, Sonia kembali menangis dalam pelukan Sean.
"Udah udah, jangan kayak gini. Gimana pun juga ini sudah menjadi takdirnya Angel." Sean kembali menenangkan Sonia.
"Aku bukannya bilang kalau tidak mau menikahi dia Son, tapi aku meminta waktu sama dia, itu aja kok." Dengan entengnya Derren bilang begitu pada Sonia yang membuat gadis itu kembali naik pitam.
"Minta waktu? Mau sampai kapan hah? Sampai dia mati? Ini kamu liat, dia udah mati. Ini waktu yang kamu minta itu?"
"Aku juga tidak menyangka kalau dia akan senekad ini, ini juga bukan kesalahanku." Sonia ingin memaki Derren lagi namun ditahan oleh Sean.
"Udah Son, kamu ngak usah ikut campur urusanku." Sonia kembali melayangkan sepatunya ke wajah Derren hingga akhirnya Sean menggendong Sonia dan memasukkan nya ke dalam mobil.
"Kamu jangan begini dong sayang, lelaki begitu tidak akan pernah merasa bahwa dirinya salah, dia akan selalu merasa benar. Jadi percuma aja kamu berdebat dengan lelaki modelan begitu, yang ada tenaga kamu bakalan terkuras."
"Aku kesel banget Sean, aku sangat tau bagaimana Angel mencintai dia tapi dia sama sekali nggak ada ada empati untuk Angel, asal kamu tau nih ya, Angel itu meninggal karena tidak diberi kepastian hubungan oleh Derren, Angel sendiri yang ngomong sama aku sebelum dia meninggal." Emosi Sonia masih menggebu, Sean merasa lucu dengan ekspresi Sonia karena yang dia tau, Sonia sangat jarang sekali marah dan merepet seperti ini.
"Iya aku ngerti, tapi kamu jangan kepancing emosi begini."
"Maafin aku Sean, aku ngak bisa nahan ngeliat muka tuh cowok." Sean kembali memeluk Sonia dengan sedikit terkekeh.
Sean membawa Sonia ke sebuah cafe, perut mereka berdua sangat lapar, apalagi Sonia yang baru saja habis memaki-maki Derren.
...***...
...Beri dukungannya dengan cara like, subcribe serta tinggalkan jejak di kolom komentar ya sahabat, terima kasih sudah membaca cerita ini...
...Baca juga karya author yang lain ya ☺...
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.