Untuk membalaskan dendam Hansel memilih Aileen menjadi istri.
Dan Aileen yang tidak tahu apa-apa menganggap Hansel sebagai dewa penolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOC BAB 7 - Tanya Jawab
"Silahkan masuk Nona," ucap Denis, dia menggerakkan tangan kanannya mempersilahkan Aileen untuk masuk lebih dulu ke dalam lift.
"Tidak perlu Tuan, Anda saja lebih dulu," tolak Aileen, dia akan memilih masuk paling akhir.
"Tidak perlu sungkan Nona, silahkan masuk."
"Anda saja duluan."
Astaga! Hansel sampai memutar kedua bola matanya jengah.
"Masuk!" titah Hansel, tatapannya tertuju lurus pada Aileen, membuat gadis ini seketika menunduk takut. Lalu bergerak pelan menyusul Hansel yang sudah sedari tadi menunggunya di dalam lift.
Aileen masuk dan berdiri di belakang, barulah disusul oleh Denis. Denis juga menekan angka 20 di tombol lift itu, menuju ruangan sang Tuan.
Hening, hanya ada satu kata itu suasana di dalam lift.
Hansel kepalanya kosong, sementara Aileen terus berpikir banyak hal. Dia takut melakukan kesalahan, takut membuat Hansel marah. Juga bingung bagaimana nanti memulai pembicaraan lebih dulu.
Aileen sangat bingung, dia sampai tidak sadar jika pintu lift sudah terbuka.
Denis dan Hansel sudah keluar, sementara Aileen masih menunduk dan memainkan kuku-kukunya di dalam lift.
Astaga! Batin Hansel, dia benar-benar tak habis pikir. Ingin marah tapi Aileen dimatanya hanya seperti bocah.
Sementara Denis yang melihat itu hanya berani mengulum senyumnya.
"Urus dia, bawa ke ruangan," ucap Hansel, bicara pelan pada sang asisten.
"Baik Tuan."
Setelah Hansel pergi lebih dulu, Denis mulai memanggil Aileen.
"Nona!" panggil Denis dengan suara yang agak tinggi, dan panggilan itu berhasil membuat Aileen mengangkat wajah, lalu menyadari jika di dalam lift ini hanya tinggal dia seorang.
"Ha? dimana tuan Hansel?" tanya Aileen cengo.
"Mari keluar, saya akan antar Anda ke ruangan beliau."
Dengan kikuk, Aileen pun mengangguk. Lama tidak berinteraksi dengan orang luar membuatnya selalu was-was.
"Maaf Tuan, bisakah kita berjalan sejajar saja, jangan di belakang ku," pinta Aileen saat melihat Denis memberinya jalan untuk di depan.
"Baiklah Nona." Denis menurut, dia tidak ingin membuat sang Tuan menunggu terlalu lama.
Aileen hanya masuk ke ruangan Hansel seorang diri, sementara Denis pergi entah kemana.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di ruangan itu, perasaan Aileen semakin takut dan gugup. Dia menurunkan pasangan dan hanya menatap lantai yang dia lewati untuk mendekat ke meja Hansel.
"Jangan berdiri disitu, duduk lah di sofa," ucap Hansel, dia bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan menuju sofa di ruang itu.
Mau tidak mau Aileen mengikuti. Namun dia tidak duduk, masih setia berdiri di pinggir.
"Maaf Tuan, saya tidak akan lama. Kedatangan saya kesini hanya untuk membatalk_"
"Duduklah!" potong Hansel cepat, seketika menghilangkan semua kata-kata Aileen yang sudah dia susun rapi di dalam otak.
Jadi buyar dan bingung mau menjawab apa.
"Duduk." Titah Hansel sekali lagi, membuat Aileen tidak bisa menolak.
Meski canggung, akhirnya Aileen duduk di sofa paling ujung. Mengatupkan kedua kakinya rapat.
"Apa yang mau kamu batalkan?"
"Pernikahan kita, saya bukan pengantin yang tepat untuk Anda."
"Siapa yang tepat?"
"Antara kak Freya dan kak Pharsa."
"Siapa yang mengatakan itu pada mu?"
"Mama."
"Apa kamu mengenal Angeline?"
"Tidak."
"Dia pernah mengajak mu bicara?"
"Tidak."
"Kalau begitu kamu pengantin ku yang tepat."
"Tidak! mana boleh begitu."
"Kenapa?"
"Itu hanya akan membuat hidupku semakin sulit."
"Kenapa?"
"Sebelum aku berhasil membatalkan pernikahan ini aku tidak boleh pulang."
"Kalau begitu pulang lah ke apartemen ku."
"Ha?"