Transmigrasi Figuran Novel

"Jadi sekarang gue harus gimana?" tanya Kanaya mencari aman.

"Seperti biasa, berlagak seolah kita tidak saling mengenal, dan satu lagi jangan berurusan dengan David, dia cukup berbahaya" jelas Sagara menatap tepat mata kanaya.

"David si anak pemilik Sekolah?"

"Hm"

'Di novel sagara benci David karena kesalahpahaman dan fitnah dari salah satu musuh keluarganya, tapi buat sekarang gue gak tau aslinya gimana karna alurnya udah berubah' batin Kanaya mengingat alur novel.

"Sebutin satu alasan kenapa gue harus jauhin David? soalnya tadi dua sempet ngajak gue kenalan ditaman" tanya Kanaya penasaran akan jawaban dan reaksi yang akan mereka berikan.

"APAAA!!!" teriak mereka terkejut dengan perkataan kanaya.

"Serius Nay, lo gak bohong kan?" seru Bima salah satu anggota Dragon.

"Lo liat muka gue, emang ada raut muka pembohong" sinisnya menatap Bima tajam

"Ya-ya gue cuman kaget aja denger lo ngomong David ngajak kenalan" gumanya masih terdengar telinga Kanaya.

"Trus tanggapan lo gimana?" tanya Devan

"Gue bilang gue udah punya pacar dan gue gak tertarik sama dia" ujar Kanaya santai tapi tidak dengan anggota Dragon, mereka lagi-lagi terkejut dengan perkataan Kanaya yang terkesan santai.

"Bagus lo bilang gitu, jangan deket deket dia" ujar Jesen mengacungkan kedua jempolnya.

"Tapi kenapa nih gue harus jauhin dia" ujarnya jengah karena pertanyaan nya belum terjawab

"Dia psikopat, dia selalu terobsesi sama sesuatu yang menarik perhatiannya, jadi sebisa mungkin lo harus jauhin dia" jelas Sagara datar dengan mengepalkan kedua tangan menahan segala emosi yang akan keluar.

"Lo yakin dia psycho" tanya Kanaya seraya mengangkat alisnya tak percaya.

"Gue saksinya Nay, gue pernah liat dia bunuh orang, mangkanya kita ngingetin lo buat jangan deket sama dia" ujar Devan yang di setujui mereka semua. sebenernya bukan hanya Devan saja, tapi beberapa anggota pun pernah melihat ketua geng Demon membunuh seseorang.

karena bagaimanapun sebandel bandelnya mereka dalam dunia geng, mereka tidak pernah melakukan tindakan criminal berat seperti membunuh seseorang.

'anj*r banget! si David gue kira dia cuman bad boy biasa, taunya dia juga psycho njir, ini novel bukanya romansa SMA ya? kenapa jadi dark romance anjir!!' batinya menjerit memikirkan semua fakta yang baru diketahuinya.

"Gue usahain buat jauhin dia" ucapnya mengikuti kata hati dan perkataan mereka, benar tidak bener dirinya tak ingin mengambil resiko.

"Ya itu yang terbaik, meskipun dia gangguin lo jangan takut ada kita yang selalu siap buat lo" ujar Sagara lembut seraya mengelus kepala Kanaya yang berhasil membuatnya salting.

Percakapan pun terus dilanjutkan hingga Kanaya mulai terlihat lebih nyaman berbicara dengan mereka, meskipun awalnya ia masih bingung dengan semua ini karena dari yang ia baca berbeda jauh dengan apa yang ia dengar.

Seperti contohnya saja, mengapa dalam novel di ceritakan jika Kanaya memberi tahu David bahwa Sagara terlibat dalam kasus penculikan Alya. Sedangkan disini faktanya Kanaya merupakan salah satu anggota geng Dragon, bukankah jika begitu Kanaya sudah berkhianat?.

Ahh satu lagi, mengenai bagaimana Sagara memperlakukan seseorang, apakah ia sungguh antagonis? jika kenyataan nya saja ia sangat baik dan perhatian.

Saat Kanaya akan menanyakan sesuatu terdengar bunyi guntur yang menggelegar membuat mereka terkejut terlebih Kanaya yang spontan memeluk erat Sagara yang berada paling dekat dengannya, begitupun Sagara seolah tau apa yang terjadi dia dengan erat membalas pelukan Kanaya.

Saat bunyi guntur sudah tak terdengar, kini perhatikan mereka teralih pada Kanaya yang masih memeluk erat Sagara.

Dengan raut khawatir mereka menghampiri Kanaya.

"Udah tenang hm? suaranya udah gak ada" ujar Sagara lembut menenangkan Kanaya yang kini menangis di pelukanya, terlihat dari matanya yang memerah dan berkaca kaca.

"Hiks jangan lepasin dulu... gue takut" lirih Kanaya pelan dengan tangan yang terlihat gemetar dan nafas yang kurang stabil.

"Gak akan gue lepasin oke, sekarang jangan takut" ucap Sagara mengelus lembut rambut Kanaya.

'Benerkan apa yang gue pikir, apa ada antagonis bisa selembut dan se care ini, Tunggu!! apa mungkin Sagara bukan antagonis yang sebenernya, apa masih ada antagonis lain? wahh kacau sih ni novel kalo bener' batin Kanaya di sela sela ketakutanya.

"Ndra ambil air anget sama permen sana" titah Jesen menatap Indra yang tanpa banyak bicara langsung dilakukan nya.

Tak lama Indra kembai dengan segelas air putih di tanganya.

"nih bro airnya, tapi permennya gak ada" mereka kini kebingungan dengan tidak adanya permen disana karna semenjak Kanaya dirumah sakit mereka belum kembali membeli permen.

Karena faktanya nya Kanaya memiliki trauma yang sama seperti Kaila di dunianya dulu, yaitu takut dengan air hujan dan bunyi guntur. Dan semua anggota pun mengetahuinya, itu sebabnya saat hujan ataupun ada bunyi guntur mereka selalu berada di dekat Kanaya untuk menenangkan nya.

Sagara menatap mereka dan melirik jaketnya seolah mengatakan 'Ada di jaket gue' mereka yang mengerti arti dari tatapan sang ketua pun langsung mengambil jaket Sagara dan mencari permen tersebut, dan ternyata benar saja di dalam jaketnya ada beberapa bungkus permen dengan berbagai rasa dan warna.

"Nih" ucap Devan seraya menyerahkan permen dan air hangat pada Sagara.

"Nay minum dulu ya" ucap Sagara.

Kanaya yang sudah berhenti menangis pun melepaskan pelukannya.

"Mmh maaf" gumanya merasa tak enak.

"I'ts oke nih minum dulu" ujarnya menyerahkan air minum tersebut yang langsung di terima kanaya.

Setelah meminumnya Kanaya baru tersadar dengan perhatian mereka yang seolah mengetahui cara mengatasi rasa traumanya.

"K-kalian tau gue takut guntur" tanyanya kini sudah lebih tenang

"Lah... semua anggota juga tau kali, bahkan kita taunya sejak kecil Nay" jawab Indra di setujui mereka

"Nih makan dulu permennya" kini Jesen memberikan permen yang sudah di buka bungkus nya itu.

'Jadi trauma Kanaya sama kayak gue, jadi curiga kalo kanaya titisan gue' batinya berpikir konyol

"Thanks ya guys"

"Sama sama Nay"

Setelah melakukan obrolan panjang, kini Kanaya sudah berada di jok belakang motor Sagara lagi, Sagara akan mengantar Kanaya pulang sampai mansionnya.

Setelah beberapa waktu lama kini mereka sudah berada di depan gerbang mansion Kanaya dan terlihatlah daddy Antonio sudah berdiri di depan teras menunggu kepulangan sang putri.

Kanaya berjalan terlebih dahulu dengan Sagara mengikutinya dari belakang.

"Astaga sayang kamu buat daddy khawatir" seru Antonio dengan raut kawatir seraya memeluk Kanaya erat.

"I'm sorry dad, tadi Naya mampir ke markas dulu" jelas Kanaya karna Sagara sudah memberitahunya jika daddynya sudah mengenal mereka.

"Hallo om" sapa Sagara seraya menyalimi tangan Antonio.

"Halo Saga, untung tadi Kanaya bersama kamu, om takut dia kenapa-napa jika sendri" ujar Antonio bernapas lega.

"Memangnya kenapa ya om?" bingung Sagara karena biasanya Antonio tidak secemas ini dengan Kanaya..

"Masuk dulu nanti om cerita" ujarnya membawa mereka masuk.

Setelah mereka duduk di ruang tamu, Antonio segera memberi tahu jika seorang musuh lamanya sedang mengincar Kanaya lagi untuk sekedar menghancurkanya.

"Om tenang saja, saya dan semua anggota Dragon pasti akan menjaga Kanaya dari semua orang yang ingin menyakitinya, terlebih kami sudah menganggap Kanaya seperti adik sendiri" ujar Sagara serius dengan nada tegasnya, ia sudah menganggap Kanaya seperti adiknya sendiri dan berjanji akan selalu melindunginya.

"Ya om berharap kalian akan selalu menjaga kanaya" ujar Antonio terlihat penuh harap.

Sebenarnya sejak awal ia mengijinkan Kanaya untuk bergabung dengan anggota geng Sagara karena berharap mereka akan selalu melindunginya, terlebih Sagara dan inti geng Dragon adalah anak dari para sahabatnya.

"Daddy gak usah khawatir, nanti Naya belajar bela diri lagi sama saga supaya daddy lebih tenang " ucap Kanaya menggenggam tangan daddy nya dan menatap Sagara minta persetujuanya

"Iya om, saya akan melatih Kanaya sampai dia bisa melindungi dirinya sendiri" ucap Sagara dengan yakin.

"Baiklah om percaya kamu"