Roxana, sudah 8 kali dia mati dan ini adalah kehidupannya yang ke-9.
Setiap hidupnya dia pasti merasuki tubuh seorang wanita dengan berbagai posisi dan karakter. Tapi nahasnya setiap usianya mencapai 25 tahun pasti dia mati.
Pada kehidupannya kali ini pun sama, tapi kali ini dia hidup di tubuh seorang ibu yang sangat ditakuti. Bukan karena wajahnya tapi perangai dan sikapnya.
Akankan ia lagi-lagi harus mati saat usianya mencapai 25 tahun?
Atau dia akan menggunakan semua kemampuan yang pernah ia miliki untuk bisa bertahan hidup lama kali ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Duke Utara 03
Pernah hidup sebagai seorang jendral perang, Roxane pun memiliki keahlian berpedang. Hanya saja dia sudah lama tidak melakukannya. Kehidupan ke 8 nya ia adalah seorang koki san kehidupan ke 7 dia adalah seorang putri sebuah kerajaan. Tidak ada waktu baginya untuk memegang pedang. Maka dari itu di kehidupannya yang ke-9 ini Roxane ingin kembali mengayunkan pedangnya kembali. Atau dengan kata lain dia ingin melakukan semua hal yang ingin dilakukan sebelum mati.
Shaaah
Hiaaat
Sraaak
Sraaak
" Hosh hosh hosh, ternyata kumayan menguras tenaga. Sudah lama tidak melakukannya, jadi pedang kayu pun terasa lebih berat. Hiaat!"
Suara Roxane mengayunkan pedang kayu tidak menarik perhatian siapapun. Cuaca dingin membuat para penghuni kastel melakukan semua kegiatan di dalam ruangan. Kecuali memang mereka yang sedang bertugas di luar, contohnya para ksatria Albrus.
Namun tentu berbeda dengan Leoric, dia yang memiliki pendengaran tajam tentu bisa mendengar suara orang sedang berlatih.
" Siapa yang menggunakan tempat latihan? Karena Ini bukan jamnya para ksatria melakukan latihan."
Leoric awalnya hendak menuju ke ruang kerjanya, namun dia urung dan berbalik menuju ke tempat latihan. Saat itu juga ia terkejut melihat istrinya berada di sana. Tentu saja hal tersebut membuat Leoric kehabisan kata. Jangan keluar kastel, hanya keluar dari kamar saja Roxane sangat enggan. Dalam setahun bisa dihitung hanya beberapa kali dia menampakkan dirinya. Tapi ini wanita itu berada di tempat latihan dan mengayunkan pedang. Sungguh hal yang di luar nalar bagi Leoric.
" Sebenarnya apa yang jadi tujuanmu? Mengapa dari tadi pagi kau terlihat begitu aneh dan tidak seperti biasanya."
" Grand Duke Leoric Albrus Carrington, atau bolehkan saya panggil suamiku. Hmm, tidak ada. Saya tidak punya tujuan apapun. Saya hanya ingin melakukan apa yang saya inginkan sebelum mati saja."
Deg!
Leoric langsung menatap Roxane dengan tatapan yang tajam atas apa yang baru saja ia dengarkan. Memnag biasanya Roxane acuh, tapi dia tidak pernah membicarakan soal kematian.
" Apa maksudmu hah!"
" Wooaah, Paduka jangan menatap saya seperti itu. Saya sungguh bisa mati merasakan aura membunuh dari Paduka. Tidak ada maksud apa-apa. Bukankah setiap makhluk akan mati. Pun dengan manusia. Jadi saya akan melakukan apa yang saya suka sebelum mati. Tidak salah bukan!"
" Grand Duchess Roxane Albrus Carrington, ingat kau adalah istriku jadi kau tidak akan bisa mati tanpa seizin dari ku. Jadi jangan mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu.
Seet
Sraak sraak sraak
Setelah mengatakan hal tersebut Leoric langsung membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Roxane di tempat latihan. Sedangkan Roxane, dia sedikit bingung dengan ucapan Leoric. Dari ingatan yang ia miliki Leoric tidak pernah peduli dengan istrinya. Tentu sebagai orang yang sudah berkali-kali hidup ia merasakan ada sebuah kejanggalan.
" Ada apa ini? Apa Leoric dan wanita ini punya kesalahpahaman?" gumam Roxane pelan. Tapi untuk saat ini ia akan mengacukan itu. Ada hal lain yang harus ia lakukan lebih dulu yakni menyelidiki mengenai si ulat pengganggu yang bernama Melanie.
Ingatan yang ia miliki perih Melanie adalah dia wanita yang terlihat anggun ketika di depannya. Karena jarang keluar kamar, maka banyak hal yang tidak ia ketahui.
" Haaah, aku heran mengapa sih kamu mengurung diri di kamar. Ini kan jadi aneh. Bahkan putrimu sangat asing denganmu."
Roxane berdecak kesal. Ia bicara sendiri merutuki si pemilik tubuh asli.
Di tempat lain tepatnya di kamar Lilian, bocah itu sedang belajar table manner yakni tata cara makan bangsawan di meja makan. Bagaimana cara menggunakan sendok, garpu dan pisau? Bagaimana cara agar meletakkan cangkir tidak berbunyi, dan masih banyak lagi.
" Aduuh putri ibu, pasti lelah ya. Melba kau tidak seharusnya melatih anak sekecil ini dengan keras, bukannya kasian. Lili ku yang manis seharusnya banyak bermain."
Melba sungguh merasa kesal. Setiap sedang memberi pelajaran kepada Lili, wanita itu pasti mengganggu. Sepintas memang seperti seorang yang perhatian dan tidak tega, tapi entah mengapa Melba merasa bahwa wanita itu memiliki maksud lain.
" Maaf Selir Melanie, semua yang saya lakukan adalah perintah Paduka Grand Duke. Saya hany sekedar menjalankan tugas dari beliau untuk mengajari putri beliau. Dan apa yang diterima oleh Nona Lilian bukanlah hal yang menakutkan. Semua putri bangsawan memang harus memiliki dasar etiket yang baik agar bisa terjun di pergaulan sosial kelas atas. Hal itu bertujuan agar mereka dapat membawa nama keluarga dengan baik. Itulah yang terjadi di pergaulan kelas atas para bangsawan. Seharusnya Selir Melanie juga tahu itu."
Plok plok plok
Tupak tangan begitu keras terdengar. Melanie dan Melba juga Lilian langsung melihat ke arah pintu. Rupanya di sana ada Roxane yang berdiri. Ketiganya langsung membungkuk memberi hormat atas kedatangan Roxane.
" Aah putriku sangat menggemaskan dan tentunya pintar. Dan untuk mu Melba, terimakasih sudah mengajari Lilian. Haah tidak disangka bahwa putri dari keluarga Count lebih pintar dari putri keluarga Marquess."
Wajah Melani langsung merah padam saat Roxana mengatakan hak tersebut. Ia jelas kesal, secara tidak langsung Roxane mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang bodoh.
" Paduka!"
" Apa? Kau berani sekarang bernai membentak ku begitu! Kau sungguh tidak sadar atas posisimu ya. Selama ini aku sudah cukup diam dengan perbuatan mu yang seenaknya sendiri, tapi sekarang tidak lagi. Aku akan menunjukkan siapa di sini yang berkuasa sesungguhnya."
Gluph!
Melani menelan saliva nya sendiri dengan susah. Ia juga memundurkan langkahnya saat Roxane maju mendekatinya. Tatapan mata Roxane yang tajam ditambah nada bicaranya yang dingin, mampu membuat tubuh Melanie bergidik ngeri. Ekspresi itu belum pernah ditampilkan selama 4 tahun ia tinggal di kastel. Maka dari itu Melanie tentu sangat terkejut.
" A-apa maksud Anda Grand Duchess?"
" Tck, dasar bodoh!"
Roxane enggan berbicara banyak saat ini. Ia membuat kode mata kepada Melba untuk segera keluar membawa Melani. Melba paham dan melangkahkan kakinya keluar kamar dengan memapah Melanie yang masih syok.
" Apa kamu takut hmm? Maaf ya kalau ibu membuatmu takut."
" Ti-tidyak, Lili tidyak takut. Tapi biasanya Gland Duchess eh maksyud saya Ibu memang terlkadang menyakutkan. Makanya Ibu Melani bilang kalau Lili tidyak boleh memanggil Ibu dengan sebutan Ibu kalena pasti akan membuat ibu malah."
Roxane mengepalkan tangannya dengan erat. Rupanya Melanie juga berencana menghasut Lili. Tapi sebenarnya si pemilik tubuh asli ini ikut andil juga karena dia membiarkan anaknya dan tidak mengurusnya. Ini membuat Lili mudah dihasut.
" Banyak sekali pekerjaan rumah ku ini. Padahal tadinya aku ingin menikmati hidup hingga ajalku datang, tapi sepertinya tetap tidak bisa. Haah."
TBC
.