Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Pak Dokter
Setelah mimisan sebelumnya, badan Chila jadi menggigil kedinginan. Anak itu butuh obatnya yang setiap hari dia minum secara rutin.
"Ck!" Prada berdecak sebal.
Perempuan itu mencoba menggedor pintu lagi supaya bisa berbicara dengan anak buah Pablo di luar sana.
"Anak ini akan mati, apa kalian dengar!?" teriak Prada seraya menggedor pintu.
Namun percuma saja, tidak ada yang membuka pintu.
Terpaksa Prada harus membantu Chila untuk menghangatkan diri.
"Aku bisa membobol pintu tapi tanganku jadi keram," ucap Chila.
"Apa Armon mengajarimu jadi kriminal?" tanggap Prada.
Dengan terpaksa Prada memegang tangan Chila dan mencoba menggenggamnya supaya hangat. Dia juga memeluk anak itu ke dadanya.
"Rasanya hangat sekali," ucap Chila yang merasakan pelukan Prada.
"Aku hanya meminjami tubuhku sebentar saja jadi kau harus membayarnya dengan membobol pintu," balas Prada yang masih dengan nada tidak bersahabat.
"Tidak masalah," Chila semakin mengeratkan pelukannya.
Tiba-tiba saja Prada merasakan perasaan aneh, naluri keibuannya mungkin muncul sudah sangat terlambat.
"Berjanjilah padaku kau akan sembuh," ucap Prada tidak terduga.
Chila menganggukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca, sebenarnya anak itu mulai sadar jika Prada adalah ibu kandungnya yang selama ini dia cari.
Anak itu tidak berani bertanya karena memang takut ditolak.
Terkadang ada sesuatu hal yang tidak perlu dijelaskan.
Beberapa menit berlalu, tubuh Chila mulai hangat dan anak itu bisa menggerakkan tangannya lagi.
Prada mencari apapun di kamar itu untuk bisa dijadikan alat membobol pintu. Kamar itu tampak tidak terawat jadi banyak barang-barang berserakan di mana-mana.
"Aku hanya membutuhkan sebuah kawat kecil," ucap Chila.
"Sebentar," Prada menarik sebuah kabel dan mengeluarkan isinya supaya bisa mengambil komponen kawat besi yang ada di dalamnya.
Hanya butuh waktu beberapa menit saja, Prada bisa mengambil komponen yang dibutuhkan Chila.
Sementara itu, Armon dan Roro juga mulai bergerak.
Mereka tidak datang ke tempat di mana Chila disekap tapi Armon membawanya ke sebuah rumah besar.
"Apa ini rumahnya?" tanya Roro ketika sampai.
"Kita pasti sudah ditunggu," balas Armon.
"Orang-orang kaya kenapa tidak pernah bersyukur, ya. Mereka terlalu serakah," komentar Roro tidak habis pikir.
Tidak mau membuang waktu, Armon segera masuk ke rumah besar yang notabene adalah rumah pamannya itu.
Pintu rumah itu terbuka secara otomatis karena memang kedatangan Armon sudah diawasi semenjak memasuki gerbang utama.
"Armondite, keponakanku!" seru lelaki yang bernama Elios itu.
Elios membawa dua wine di tangannya untuk menyambut kedatangan Roro dan Armon.
"Aku membawa minuman sendiri untuk kalian," ucapnya lagi.
Armon mengeratkan gigi gerahamnya karena sang paman tampak tidak merasa bersalah sama sekali.
"Jangan berbasa-basi lagi, cepat bebaskan Chila!" geram Armon.
"Chila? Siapa itu?" Elios pura-pura tidak tahu. Dia lalu menatap ke arah Roro. "Dan kau siapa?"
"Itu tidak penting lebih baik bebaskan nona Chila dan ayahku sekarang juga," balas Roro ikut-ikutan emosi.
Elios terkekeh mendengarnya. "Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?"
"Aku sama sekali tidak mengerti!"
Armon maju ke depan supaya bisa lebih dekat dengan pamannya. "Baiklah, akan aku buat kau mengerti!"
Lelaki itu mencengkram kerah baju Elios dengan tatapan membunuh.
"Aku tidak peduli dengan kode etikku sebagai dokter, jika kau berani menggores sedikit saja kulit putriku, maka aku akan membalasnya dengan memotong tanganmu!" ancam Armon.