Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAJA AMPAT 3
Hidangan lezat tersusun. Anak-anak diminta membersihkan diri. Exel mendekati Dewi, pemuda itu benar-benar ingin Dewi menjadi miliknya.
"Nona baby," Tiana menyela Exel.
"Maaf kak! Nona adalah tanggung jawabku!" tekannya posesif.
Tiana memperlakukan Dewi seperti adik perempuannya yang bungsu. Jadi kemanapun Dewi berada, Tiana berusaha melindungi gadis itu.
"Tinti," kekeh Dewi, ia meledek Exel.
"Papa Pecel!" pekik Faza.
Bayi cantik itu berjalan tertatih di pasir. Exel berjongkok dan merentangkan tangannya.
"Ayo baby ... kamu bisa!" ujar pemuda itu memberi semangat.
Gelak tawa terdengar dari mulut Faza. Bayi itu memakai bikini bayi warna oranye. Sangat lucu dan montok.
Exel langsung mengangkat bayi itu tinggi-tinggi ketika sampai. Exel terpekik dan tergelak.
Tiana sedikit melamun, ia melihat semua anak yang bermain. Pikirannya pada tiga adik yang masih berusia balita di rumah.
"Suatu saat kita akan jalan-jalan ya dik!" gumamnya.
Usai makan, mereka kembali ke hotel. Kulit mereka terbakar matahari hingga kemerahan.
Demian Starlight.
Demian yang tengah menikmati sinar matahari dengan bertelanjang dada. Segera memakai kaosnya.
"Papa ih!" Lidya cemberut.
"Ah sayang ... maaf," ujar pria itu lalu memeluk tubuh mungil istrinya.
Semua sampai hotel. Anak-anak diminta beristirahat. Santo mengikuti tiga anak kembarnya walau triple eL tak menggubrisnya sama sekali.
"Babies," peringat Layla pada tiga bocah itu.
"Ada apa Umi?" tanya Lana.
"Ayahmu dari tadi ngikutin kalian loh," ujar wanita itu lembut.
"Kami nggak minta diikutin," sahut Leno lirih.
"Baby," peringat Layla.
Santo menunduk, ia sangat paham. Kesalahannya sangat fatal. Ia masih bersyukur tiga anak kembarnya ini tak langsung mengusirnya atau tak memperbolehkannya ikut serta.
"Ata'!" Arsyad mendekati tiga eL.
"Baby," sahut Lana tersenyum.
Arsyad memandang tajam Santo. Hampir semua bayi enggan berdekatan dengan pria itu. Padahal Santo juga berusaha sebaik mungkin merubah semua sifatnya.
"Baby, nggak boleh ya," ujar Layla.
Sepertinya wanita itu harus memberi peringatan pada semua anak-anak agar baik pada ayah dari triple eL. Layla takut jika Santo berubah pikiran jadi jahat karena sudah nyaris dua tahun ia tinggal bersama. Tetapi tak ada satu pun yang mau dekat dengannya.
"Pak Santo boleh saya bicara sama anak-anak," pinta wanita itu.
Santo mengangguk, pria itu memang sedih. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak kembali gelap mata. Ia sangat menyesal dan ia tak mau mengulang kesalahan yang sama.
Layla membawa triple eL ke kamarnya bersama Arsyad. Jangan tanya Hasan dan Hafsah, dua bayi kembarnya sudah tidur di kamar bersama bayi lainnya.
"Babies, jangan seperti itu sama papa kalian," peringat Layla pada tiga anak.
Arsyad memilih duduk dipangkuan Layla. Bayi mau empat tahun itu memang tak bisa diam. Dua adik kembarnya bersama yang lain.
"Kami nggak ngapa-ngapain Papa kok Umi!" sanggah Lino.
"Baby, perlakuan kalian membuat papa kalian kecewa. Beliau kan sudah minta maaf," terang Layla.
Triple eL diam, memang ayah mereka sudah baik bahkan perhatian pada mereka.
"Apa kami bisa bilang usahanya itu sangat terlambat Umi," sahut Lana.
"Jujur, kami sudah banyak dapat kasih sayang dari semua ayah dan ibu di sini. Kasih sayang ayah sama sekali tak kami pedulikan," lanjutnya.
"Kami butuh ketika ibu kami sakit, kami butuh ketika setiap malam kami kedinginan dan ibu terbatuk-batuk. Kami butuh ketika setiap hari harus menahan lapar. Kak Lana memasak sebisanya. Padahal Kak Lana baru berusia satu tahun waktu itu!" Lino bercerita dengan titik bening berlinang dari sudut matanya.
"Kemana papa waktu itu Umi?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Dia menikah lagi untuk perutnya sendiri. Ia memilih memeluk wanita lain dan menghangatkan tubuhnya di mana kami berempat kedinginan. Dia memilih hidup dengan gelimang harta dan tak peduli pada kami ... hiks!"
"Baby," Layla ikut sedih.
"Lalu tiba-tiba dia datang berlaga menjadi ayah dan hendak menyayangi kami setelah kami mendapatkan semua itu dari umi dan lainnya?" sahut Lino lagi.
"Ata' janan nayis ... hiks!" Arsyad ikut menangis.
"Babies,"
"Umi ... kami nggak mau papa ngambil kami jika kami baik sama papa Umi ... kami nggak mau kehilangan ayah dan semua saudara kami ... huuuu ... huuuu!" ujar Lino.
"Cinta papa nggak menghidupkan mama kami lagi ... huuuaaaa!"
Empat anak menangis tersedu, Layla ikutan menangis dan memeluk ke empatnya. Santo yang berdiri di pintu mematung.
"Bagaimana rasanya?" sebuah suara yang membuat seluruh tulangnya bergetar.
"Tu-tuan," cicitnya takut.
Herman juga mendengar keluhan dan protes dari tiga anak angkatnya itu. Memang kedatangan Santo tak berguna sama sekali. Karena triple eL sudah mendapat semuanya.
"Apa kau menyerah atau kau masih mau berusaha menampakkan cintamu pada anak-anak?" tanya Herman tegas.
Santo mengangguk, walau seumur hidup ia harus mengemis maaf pada tiga anak kembarnya.
"Walau sampai mati, saya masih mau berjuang Tuan," ujarnya bersimbah air mata.
Herman masuk, hatinya teriris sembilu mendengar tangisan manusia beda usia itu. Ia mendekat dan memeluk keempatnya.
"Ayah ... ayah ... kami nggak mau pisah sama ayah ... huuuu ... uuu ... kalau ayah pergi ... bawa kami ya yah ... hiks ... hiks!"
"Sayang ... ayah tidak bisa melakukan itu Nak. Kalian harus melanjutkan cinta ayah. Kalian harus buktikan jika ajaran ayah itu baik dan benar," ujar Herman dengan suara tercekat.
"Ayah ... Layla sangat merasakan kasih sayang ayah. Ayah sudah seperti ayah kandung Layla sendiri. Sehat terus ya yah. Kami masih butuh ayah!" Layla menangis memeluk Herman.
Pria itu tak menjawab apa-apa. Ia ingin hidup lama dan menyaksikan semua kehebatan anak-anaknya.
"Berdoalah pada Allah agar ayah umur panjang ya," ujar Herman tercekat.
Virgou yang mendengar tangisan di sebuah kamar langsung mendekat. Ia menyorong Santo hingga nyaris terjerembab.
"Kenapa kalian menangis?" tanyanya gusar.
"Daddy ... Daddy ... jangan biarkan Papa Santo mengambil kami dari sini. Kami nggak mau berpisah!" isak Leno.
"Baby ...."
Virgou berbalik, ia menatap Santo marah. Santo bersimpuh di depan monster keluarga paling kejam itu.
"Demi Tuhan saya tidak memiliki niat untuk mengambil mereka dari keluarga ini Tuan!" ujarnya bersumpah.
"Aku akan mencincang tubuhmu jika kau melakukan itu Santo!" ancam Virgou tak main-main.
"Aku dengar istrimu berhasil memenangkan proyek di salah satu perusahaanku," lanjut pria sejuta pesona itu.
Santo terdiam, setelah dua tahun meninggalkan begitu saja istrinya. Ia yakin jika Neima telah menceraikannya.
"Saya sudah bercerai tuan. Saya meninggalkannya selama dua tahun tanpa nafkah," ujarnya menunduk.
"Kau memang pria tak bertanggung jawab Santo. Kamu memang benar-benar berengsek!" maki Virgou.
"Pergi kau istirahat. Awasi anak-anak mu dari jauh saja!" perintah Virgou.
Layla, triple eL dan Arsyad sudah tenang. Bahkan Arsyad sudah terlelap di gendongan Herman. Bayi itu masih sesenggukan.
"Baby," Virgou mengambil alih salah satu perusuh paling berani itu.
Herman menatap Virgou lama. Pria beriris biru itu tak suka pandangan Herman.
"Jangan begitu ayah ... kau tau aku tak sanggup jika kau pergi dariku!" tekan pria itu.
"Bukan ... bukan karena itu," geleng Herman.
Keduanya berjalan menuju kamar mereka masing-masing. Layla memilih menenangkan triple eL.
"Apa?" tanya Virgou sampai mendengkus.
"Kita beruntung Terra menerima cinta kita setelah luka yang begitu banyak," jawab Herman.
Virgou terdiam, ia mengangguk setuju.
"Terra mengobati semua luka dengan cintanya menerima kita. Aku sangat berterima kasih untuk itu. Jika tidak ...."
"Kita tak akan sebesar ini sayang," sambung Herman.
Bersambung.
Tidak ada cinta yang terlambat.
Mungkin butuh waktu dan keberanian untuk menyembuhkan semua luka.
Next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...