Struggle Of Lingga Sari

“Apa kurang jelas ucapan ku, yang namanya pelindung pendamping ya ada yang melindungi dan mendampingi dia. Kalau pelindung saja yang aku sebut bisa kamu artikan payung.” Ucap Guru nya Ki Selo Marto sambil masih mengamati batu akik Ki Selo Marto yang retak.

“Pelindung pendamping kan bisa juga suami Guru..” ucap Ki Selo Marto.

“Bukan .. bukan suami. Tetapi makluk gaib yang tidak terlihat. Tingkatan dia sangat tinggi hingga tidak bisa aku lihat wujudnya di akik besarku. Aku hanya melihat ada cahaya putih menyelimuti di seluruh jin monyet putih kamu itu.” Ucap gurunya Ki Selo Marto lagi.

Sesaat kemudian, Guru nya Ki Selo Marto itu menyerahkan cincin batu akik yang telah retak pada Ki Selo Marto.

“Iya ini akik kamu sudah rusak, kesaktiannya sudah berkurang banyak.” Ucap Guru nya Ki Selo Marto.

“Guru, apa bisa saya minta akik lagi yang lebih sakti?” tanya Ki Selo Marto sambil menerima cincin batu akik nya yang telah retak dan sudah berkurang kesaktiannya.

“Bisa tapi kamu harus nglakoni topo broto dengan kumkum di kedung belakang rumahku sampai malam bulan purnama tiba.” Ucap laki laki tua renta Guru Ki Selo Marto dengan nada serius.

“Baik Guru, akan saya lakukan. Terima kasih Guru.” Ucap Ki Selo Marto dengan penuh semangat.

Ki Selo Marto lalu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari rumah kecil itu. Teman seperguruan nya yang tadi juga ikut duduk menyimak kini juga ikut bangkit berdiri dan mengikuti langkah kaki Ki Selo Marto.

“Kang kok kamu semangat banget mengejar lagi jin monyet putih itu Kang, dan tadi Guru bilang dia menjadi perempuan cantik dan sampeyan khilaf. Memang cantik sekali Kang.” Ucap teman seperguruannya Ki Selo Marto.

“Cantik sekali, tubuhnya sangat bagus, kulit nya mulus bersih benar benar macam bidadari itu, macam dewi nawang wulan. Aku akan berusaha keras untuk mendapatkannya. Kalau sudah kutangkap lagi aku suruh dia terus menjelma menjadi perempuan cantik saja tidak usah menjelma menjadi monyet.” Ucap Ki Selo Marto terus melangkah ke belakang rumah.

“Wah ya semoga sukses Kang, aku ngaku kalah sama kamu Kang, meski pun umur ku lebih muda dari sampeyan tapi aku sudah merasa tidak kuat kalau topo broto dengan cara kumkum apalagi sampai malam bulan purnama yang tidak tahu sampai malam bulan purnama ke berapa.... “ ucap teman seperguruannya Ki Selo Marto lalu dia kembali masuk ke dalam rumah. Sedang Ki Selo Marto terus melangkah menuju ke belakangan rumah.

Di belakang rumah itu ada semacam kolam air alami yang lumayan dalam dan luas. Di dekat kolam air murni yang disebut kedung oleh Guru Ki Selo Marto itu ada banyak rumpun tanaman bambu. Ada juga sebuah pohon beringin yang sangat besar. Menurut kepercayaan orang orang di desa itu ada banyak makluk halus tak kasat mata tinggal di beringin besar itu dan di rumpun rumpun bambu.

Di pinggir kedung ada batu besar yang permukaan atas nya datar. Di situ terletak anglo areng dan kemenyan yang selalu dibakar oleh Guru Ki Selo Marto atau murid murid nya. Di dekat nya juga ada banyak bunga tabur.

Ki Selo Marto duduk bersila di atas batu besar itu sambil menghadap anglo, tubuh Ki Selo Marto menghadap ke kedung dan pohon beringin besar. Dan setelah beberapa waktu Ki Selo Marto menaburkan bunga bunga tabur itu ke kedung dan selanjutnya dia menceburkan diri ke dalam kedung itu.

Sementara itu di lain tempat di salah satu hutan nan sangat lebat, di bawah pohon yang besar, Lingga Sari yang masih bertapa atau semedi dengan khusyuk dan tenang.. kedua mata Lingga Sari terpejam.. Otak Lingga Sari berada pada gelombang alfa dan gelombang theta.

Akan tetapi tempat yang tadi terasa sejuk segar udara nya.. tiba tiba dirasa oleh Lingga Sari menjadi sangat panas benar benar sangat panas.. hingga muncul butir butir keringat di dahi Lingga Sari. Lingga Sari terus melanjutkan semedi nya tidak menghiraukan udara yang dirasa panas dengan tiba tiba hingga menyebabkan kerongkongannya terasa kering.

Waktu pun terus berlalu malam hari pun telah tiba.. dan hujan pun turun dengan sangat lebat, ditambah angin bertiup kencang dan petir menyambar nyambar.

Tubuh Lingga Sari basah kuyup, rambut selendang sutra kain batik yang membalut tubuhnya basah kuyup hingga lapisan terdalam.

Lingga Sari tidak menghiraukan dan terus melanjutkan semedi nya.

Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam dan hujan pun telah reda..

Dan kini tiba tiba telinga nya mendengar suara anak kecil yang begitu dia rindu.

“Ibu... ibu... ibu... kenapa Ibu ada di sini.. ayo pulang Ibu.. kita ambil tubuh Ayah dan segera kita bawa ke Kerajaan Sang Ratu. “ suara imut Windy terdengar di telinga Lingga Sari. Lingga Sari masih terus melanjutkan semedinya kedua matanya terpejam. Dia berusaha keras untuk menyelesaikan semedinya seperti perintah laki laki yang ditemuinya tadi. Sampai ada buah dari pohon itu jatuh di pangkuan nya.

“Ibu kenapa diam saja.. ayo Ibu... aku mencari cari Ibu ke mana mana tak tahunya Ibu berada di sini.. ayo Ibu.. cepat kita pergi dari sini.. kita ambil Ayah.. Ibu...” suara imut Windy lagi..

“Ayo Ibu....”

“Ibu.... apa Ibu sudah tidak sayang lagi pada aku.. tidak sayang lagi pada Ayah.. hiks hiks.. hiks .. aku sudah capek capek mencari Ibu, tapi setelah aku menemukan Ibu, Ibu diam saja tidak peduli pada aku.. hiks... hiks... hiks...“ suara imut Windy sambil terisak isak menangis dan nada suara nya pun sangat sedih. Membuat Lingga Sari yang mendengar tidak tega hatinya,

Di saat Lingga Sari akan membuka kedua matanya kini telinga Lingga Sari mendengar suara berwibawa seorang laki laki yang menyuruhnya bersemedi untuk meningkatkan kemampuan nya.

“Jangan hiraukan dia Lingga Sari, dia bukan Windy anak kamu, tidak ada Windy anak kamu di dekat kamu, hanya iblis yang menirukan suara anak kamu, dia berusaha untuk membatalkan semedi kamu. Ingat pesan ku bersemedi lah sampai ada buah dari pohon besar itu yang jatuh di pangkuan kamu.”

Lingga Sari tidak jadi membuka kan kedua matanya.. dan kini telinga nya mendengar suara tawa seorang Nenek Nenek..

“He..... he.... he.... he.... he... he.....”

“He..... he.... he....he....”

“He... he.... he.... he....he...”

Dan suara itu lama lama menghilang.

Beberapa menit kemudian telinga Lingga Sari berganti mendengar suara auman harimau..

Dan tidak lama kemudian muncul seekor harimau yang sangat besar berjalan pelan pelan mendekati Lingga Sari, suara auman nya pun semakin terdengar jelas di telinga Lingga Sari..

Lingga Sari masih terus memejamkan kedua matanya tidak melihat harimau besar yang berjalan mendekati dirinya. Lingga Sari tidak menghiraukan suara auman harimau itu, dia kira itu hanya iblis yang menjelma menjadi harimau untuk menggoda dirinya.

Ggggrrrrr aaarrrrhhhhhgggg... aaaauuuuhmmmm

Aaaaauuuuuuuggmmmm

Harimau itu terus mendekat, suara nya mengaum keras dan mulut nya terbuka lebar siap untuk menyantap Lingga Sari. .