Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Bertemu Mantan Gebetan
"Hari ini kekasihmu menikah dengan sepupumu kan? kenapa kamu malah minum di sini?" tanya salah seorang teman Nia yang sudah mulai mabuk sepertinya.
"Parah si Angel mah, jlebb banget itu kata-kata mutiara" celetuk Karin, teman Nia juga.
"Eh, sorry ya. Udah mantan. Barang bekas orang aku gak mau pakai lagi. Cuihhh!"
Agnia sambil sempoyongan mulai terlihat menunjukkan rasa tidak senangnya. Karena apa yang telah Vino dan Audrey lakukan padanya. Pengkhianatan itu, Nia akan terus mengingatnya. Enak saja, dia di tikam seperti itu oleh sepupunya yang sejak kecil makan bersamanya, tinggal satu atap dengannya. Akhirnya kekasihnya di rebut oleh Audrey juga.
Seharusnya Nia menyadari hal ini sejak dulu. Kalau di ingat-ingat lagi, sejak kecil Audrey memang selalu menginginkan apapun milik Nia. Nia saja belum menyadari nya. Sekarang dia baru mengerti. Kalau sebenarnya dua orang wanita parasit di rumahnya itu memang tidak tahu berterimakasih dan tidak tahu diri.
"Ha ha ha"
Teman-teman Nia tergelak.
Tak lama dari itu, mereka mendengar beberapa wanita yang tengah bicara soal siapa yang akan bermalam dengan pria penghibur paling tampan di klub ini malam ini.
"Apaan sih tuh?" tanya Nia yang merasa penasaran.
Agnia memang tidak tahu hal seperti itu. Dia bahkan baru pertama kali pergi ke klub malam seperti ini. Itu juga karena dia merasa sangat jengah, dia sudah minta ijin ibunya. Ibunya bahkan memberinya kartu tanpa limit untuk mengobati sakit hati putrinya. Padahal Nia juga punya uang sendiri sebenarnya. Kan dia sudah bekerja. Dan teman-teman yang pergi bersamanya ini, adalah teman-teman kerjanya.
"Dih, kamu gak tahu? kudet amat!" sindir Angel lagi.
"Aku cekik, jumping kamu ya Angel" celetuk Nia kesal.
"Ha ha ha" Angel malah terkekeh lagi.
"Ada orang di cekik jumping, terbang iya... terbang ke alam lain" sahut Karin.
"Serius nanya gaess, itu tante-tante pada ngapain, ngomongin apa sih?" tanya Nia.
"Itu mah arisan berondong" jawab Angel.
Mata Nia membelalak kaget.
"Gilaa, ada arisan kayak gitu? berondong? serius?" tanya Nia yang memang baru pertama kali mendengar hal itu.
Agnia di besarkan ayah dan ibunya dengan baik. Selalu di pastikan oleh ayah dan ibunya berada di lingkungan yang baik pula, bergaul dengan teman-teman yang baik. Dan ayah juga ibu Nia, memang selalu mengajarkan hal baik. Makanya ibunya mewanti-wanti Nia, jangan mau di sentuh sebelum menikah. Makanya dia menjaga dirinya dengan baik meskipun Vino beberapa kali meminta Nia dengan segala bujuk rayunya.
"Tuh, yang itu tuh... itu pasti berbondong-bondong nya. Pria penghibur klub malam ini. Yang menang nanti, dia bisa pilih berondongnya, terus ekhem ekhem deh!"
Mata Nia membulat, dia benar-benar baru tahu ada hal semacam ini.
"Emang tante-tante ini pada janda gitu?" tanya Nia lagi.
Dia sungguh penasaran. Ya, seperti orang yang pertama kali mendengar hal seperti itu, banyak hal yang ingin Nia ketahui malahan.
"Ya, gak semua janda sih. Ada yang punya suami, tapi pengen coba sensasi baru gitu"
Nia malah terkekeh geli.
"Ya ampun"
"Ganteng-ganteng banget, aku mau ikutan ah" Karin malah tertarik ikut serta setelah melihat pria yang duduk di sofa di seberang mereka itu.
Nia pun mengikuti Karin, Angel juga. Tapi saat Nia memperhatikan satu persatu pria yang tengah duduk dengan pakaian sedikit terbuka, memperlihatkan ya ampun, roti sobek yang terlihat mengkilap dan keras itu. Ada seorang pria yang menatap ke arahnya dan membuat Nia menatap ke arah pria itu juga dengan mata melebar.
'Hah, itukan...' batin Nia terjeda.
Nia mengenal pria itu, pria itu adalah seseorang yang sempat dia kagumi di SMA dulu. Itu artinya sudah sekitar 8 tahun yang lalu.
Dan pria itu juga terus menatap ke arahnya. Pria yang sudah sering ke klub itu, lantas berdiri dan menghampiri Nia.
Nia terkejut bukan main, pria itu mengenakan kemeja dan celana panjang. Kemejanya juga tidak terkancing dengan rapi.
'Ya ampun, kok bisa. Crush se SMA dulu jadi berondong, pria penghibur di klub malam seperti ini?' batin Nia.
"Agnia?" tanya pria itu.
"Ka.. kamu Richard kan?" tanya Nia.
Takutnya karena dia sudah lumayan banyak minum tadi, dia salah. Makanya dia bertanya, apa benar pria yang ada di depannya itu adalah pria yang di kenal.
Pria itu mengangguk.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya pria itu lagi.
Tapi bukannya menjawab pertanyaan Richard. Nia malah penasaran dengan apa yang membuat Richard bisa berada di tempat seperti ini. Dan duduk di dekat para pria penghibur itu.
"Kamu tampan Richard, kamu tinggi, bukannya kamu juga salah satu murid paling pintar dulu? kenapa malah menjadi pria penghibur di tempat seperti ini?" tanya Nia merasa tidak adil saja kalau pria dengan spek nyaris sempurna seperti Richard bekerja sebagai pemuas hasrat tante-tante kesepian seperti itu.
Tapi mendengar apa yang dikatakan Nia, sebenarnya Richard malah tampak terkejut.
"Aku, pria penghibur?" tanya Richard sambil menunjuk wajahnya sendiri.
Setengah mabuk, setengah tidak terima juga mantan gebetannya saat di SMA dulu menjadi pria penghibur. Nia mengeluarkan kartu tanpa limit yang di berikan oleh ibunya dan memperlihatkannya pada Richard.
"Dengar Richard! ini adalah kartu tanpa batas. Berhenti dari pekerjaan ini, aku akan menafkahi mu. Sayang sekali kalau kamu harus menjadi penghibur mereka. Tiap malam, ihhh aku tak bisa bayangkan itu"
Mata Richard melebar. Sepertinya Nia salah paham padanya. Tapi juga sepertinya tak rela melepaskannya menjadi penghibur.
"Tapi aku butuh pelampiasan..." ucap Richard seolah dia bukan hanya butuh uang. Tapi butuh seseorang yang bisa menghangatkan malamnya.
Nia sungguh terkejut mendengar hal itu.
"Kamu..."
"Aku akan berhenti, kalau kamu mau menikah denganku!"
Mata Nia terbelalak lebar. Bukan hanya matanya, tapi mulutnya juga.
"Menikah?"
"Iya Nia, aku bukan hanya butuh uang. Aku juga butuh... "
Richard meraih pinggang Nia, membuatnya nyaris tak berjarak sama sekali dengan Richard.
"Tubuhmu" bisik Richard membuat Nia merinding.
Nia mendorong Richard.
"Mana bisa begitu?" tanya Nia.
"Ya sudah, simpan kartumu. Mungkin aku memang harus jadi mainan mereka malam ini!" kata Richard yang memberikan lagi kartu hitam itu ke tangan Nia.
Nia sampai melongo, ketika Richard akan berjalan ke arah Angel dan Karin yang sedang bersama tante-tante itu berada. Nia merasa tidak rela.
Nia menarik tangan Richard.
"Tunggu..."
'Apa yang aku pikirkan? tapi aku tidak rela, dia orang yang sangat aku suka saat SMA. Rasanya tidak rela membiarkannya menjadi mainan wanita-wanita kesepian itu' batin Nia.
***
Bersambung...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw