~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"Tuan Muda sepertinya tidak bisa pulang malam ini Nyonya, ehhmm itu....," Mang Surya sedikit bingung dengan alasannya. Tidak mungkin ia mengatakan jika sore tadi Bara datang ke kamar hotel seorang wanita cantik.
Pagi pagi tadi ia sendiri yang mengantar wanita itu ke hotel XXX karena Baratha pergi bersama Anom untuk menghadiri meeting.
"Nggak apa apa kok Mang, dia kan sibuk banget," sahut Dinar. Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Mang Surya tapi apapun itu dia hanyalah istri di atas kertas saja. Salah satu poin perjanjian pernikahan kontrak mereka adalah jika dia tidak diperkenankan mencampuri urusan suaminya dalam hal apapun.
"Nyonya Muda mau di anter ke warung dulu? Ini nanti kita ngelewatin."
"Iya Mang, untung di ingetin," ujar Dinar yang hampir lupa jika sore ini dia harus mengambil kue kue yang ia titipkan di warung.
Tak lama mereka sampai didepan warung makan cukup besar. Walau hari sudah sore warung itu terlihat masih sangat ramai pembeli.
"Nyonya disini saja biar Mamang yang ambilin kotak wadah kuenya!"
"Nggak bakal dikasih Mang, mana mereka kenal sama Mang Surya. Ntar malah dikira mau ngerampok warungnya."
Dinar segera masuk ke warung dan langsung menemui sang pemilik warung untuk meminta uang dagangannya, seperti biasa.
"Dinar...Dinar...Ya Tuhan akhirnya kau dengar doaku!"
Dinar menoleh ke arah suara, dia melihat seorang pemuda dengan perut sedikit buncit sedang tersenyum padanya.
"Dinar...kau benar Dinar bukan?" tanya pria buncit itu lagi, kaki ini dia memperlihatkan foto dirinya di dalam ponselnya.
"Ya, saya Dinar...apa saya mengenal anda?"
"Allahuakbar...akhirnya ketemu juga. Pantes temen gue kaya orang mabok nyari elo, cantik banget gini!"
Dinar hanya tersenyum sekilas, buru buru ia mengambil kotak makanan dan melangkah pergi dari warung. Ada rasa takut ketika semua pandangan pemuda yang sedang makan ditempat itu tertuju padanya.
"Ehh Din, jangan pergi dulu! Please temen gue sebentar lagi kesini!"
Dinar terus berjalan keluar warung, tak menggubris beberapa seruan pemuda yang ikut memintanya untuk tetap tinggal di tempat itu. Karena tidak terlalu fokus tanpa sengaja ia menabrak sesuatu hingga dua kotak yang dibawanya terlempar ke lantai.
"Ehhh maaf... maaf! Saya tidak sengaja," cicit Dinar dengan menundukkan wajahnya. Baru ia sadari jika sesuatu yang ia tabrak adalah tubuh seorang pria, mungkin pelanggan yang baru saja datang.
"Dinar... Alhamdulillah akhirnya aku bisa menemukan kamu!"
"Mas Akbar?"
Dinar mundur satu langkah ketika pria didepannya ingin memeluknya, wajahnya semakin tertunduk ketika melihat raut kecewa di wajah pria yang pernah nyaris menjadi suaminya.
"Boleh kita duduk sebentar Din? Mas ingin bicara sebentar," ujar Akbar dengan suara bergetar, hatinya membuncah karena rasa bahagia dan kecewa yang bercampur menjadi satu.
Bahagia karena akhirnya bisa bertemu...tapi kecewa karena takdir yang tak bisa menyatukannya dengan gadis yang semakin hari ia rasa malah menjadi semakin cantik itu.
Walau ragu tapi akhirnya Dinar duduk di salah satu bangku yang ada di warung. Dia mengambil ponsel dan mengetikkan sesuatu disana. Dia sedang meminta Mang Surya untuk masuk dan menemaninya karena rasanya tidak pantas ia bicara empat mata dengan Akbar seperti ini.
"Bagaimana kabarmu Din? Kenapa kamu enggak kasih kabar apapun padaku? Mas khawatir banget."
"Dinar baik Mas, maaf jika sudah membuat Mas khawatir. Hape Dinar waktu itu ketinggalan jadi nggak bisa hubungi siapapun. Bapak enggak cerita apa apa ke Mas Akbar?"
"Sudah, dan semua orang memintaku ikhlas melepasmu...," kata katanya terjeda ketika melihat pria parubaya datang mendekat dan duduk di antara dia dan Dinar.
"Apa dia pria tua berengsek itu!?" seru Akbar langsung berdiri dan meraih kerah baju Mang Surya yang baru saja duduk.
"Lepaskan dia!" teriak dua pria berseragam hitam masuk ke dalam warung, salah satu dari mereka menepis tangan Akbar di baju Mang Surya.
Dan yang lebih membuat Dinar panik adalah semua pemuda yang sedang makan di warung itu tiba tiba berdiri dengan teriakan yang mengancam pada dua penjaga Wirabumi.
"Lepaskan teman kami!"
Belum hilang rasa paniknya, ia malah melihat Ririn masuk dan memeluk Akbar dengan erat.
"Kuping elo budeg y Din? Gue bilang jauhin Kak Akbar, dia milik gue!"
Ririn sengaja mengikuti mobil yang ditumpangi Dinar karena rasa penasarannya. Gadis itu penasaran untuk mengetahui kehidupan seperti apa yang di jalani Dinar.
Tadi dia sempat shock ketika melihat betapa mewahnya mobil yang menjemput mantan sahabatnya. Padahal ia sangat berharap jika suami baru Dinar adalah pria yang miskin dan tak punya apa apa.
"Rin, kami tidak sengaja bertemu tadi," ujar Dinar ingin menjelaskan. Tapi sepertinya apapun yang ia katakan akan di salah artikan oleh Ririn.
"Kak Akbar sudah jadi milik gue...gue udah serahin semua padanya! Semuanya!"
Akbar berusaha melepaskan pelukan Ririn, ia panik karna melihat dua pria berseragam hitam malah menggiring Dinar dan pria parubaya yang ia kira suami baru Dinar keluar dari warung.
"Lepas Rin!"
"Enggak...kalau Ririn nggak bisa memiliki Kak Akbar maka p*lacur itu juga nggak bisa memiliki kamu!" pekik Ririn semakin semakin mengeratkan pelukannya.
Tapi sesaat kemudian tubuh Ririn terhempas dengan keras di lantai karena Akbar menepisnya kasar. Akbar mengejar Dinar yang sudah masuk ke dalam mobil.
"Dinar...sayang! Kita belum selesai bicara!"
Tapi semua sia sia karena mobil yang membawa gadis yang ia cintai sudah melaju jauh.
"Gue pasti akan kejar elo Din, gue pasti bisa dapetin elo lagi....takdir elo sama gue."
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪