He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.
Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.
Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 27
Empat tahun telah berlalu, dan Zhang Xiang Li dan He Ma Li sangat bangga dengan putra mereka, Zhang Tian Qi, yang selalu menjaga dan melindungi adiknya, Zhang Yue, dengan penuh perhatian. Tian Qi kini berusia 11 tahun dan telah duduk di kelas 5 sekolah dasar, menjadi kakak yang sangat penyayang dan bertanggung jawab.
Sementara itu, Zhang Yue tumbuh menjadi gadis kecil yang pintar dan lucu. Di usianya yang baru 4 tahun, Zhang Yue sudah menunjukkan banyak bakat dan keingintahuan yang besar. Kepribadiannya yang ceria dan kecerdasannya membuat keluarga mereka semakin bahagia. Zhang Xiang Li dan He Ma Li merasa sangat bersyukur melihat anak-anak mereka tumbuh dengan baik dan saling menyayangi.
Zhang Tian Qi, yang sekarang sudah kelas 5 SD, sering meluangkan waktu untuk mengajari adiknya, Zhang Yue, beberapa pelajaran sederhana yang ia pelajari di sekolah. Tian Qi dengan sabar mengajarkan Yue cara menulis huruf dan angka, serta mengenalkan nama-nama benda di sekitar mereka.
Saat sore hari, mereka duduk di ruang keluarga dengan buku gambar dan pensil warna di tangan Yue. Tian Qi membimbing adiknya dengan penuh kasih, sambil menjelaskan dengan kata-kata sederhana agar Yue bisa memahami. Zhang Yue, dengan penuh antusias, mendengarkan dan meniru apa yang diajarkan kakaknya. Setiap kali berhasil menghafal sesuatu atau menulis dengan benar, Tian Qi akan memberi pujian, membuat Yue semakin bersemangat.
Melalui kebersamaan ini, hubungan mereka semakin erat. Tian Qi tak hanya menjadi kakak, tetapi juga mentor kecil bagi Yue, yang selalu melihatnya sebagai sosok panutan dan pahlawan di rumah.
Semakin sering Tian Qi mengajarkan Yue, semakin terlihat perkembangan yang mengagumkan pada gadis kecil itu. Yue mulai bisa mengeja beberapa kata sederhana dan mengenali angka. Tian Qi bahkan sesekali mengajak Yue bermain permainan tebak kata dan menghitung benda-benda di rumah, membuat belajar jadi terasa seperti permainan yang menyenangkan.
Pada suatu hari, Tian Qi memutuskan untuk mengajari Yue sedikit ilmu pengetahuan dasar yang ia pelajari di sekolah, seperti tentang hewan dan tumbuhan. Mereka pergi ke taman dekat rumah, dan Tian Qi menunjukkan berbagai jenis bunga dan daun sambil menjelaskan nama-namanya. Yue dengan mata berbinar mendengarkan setiap kata yang Tian Qi sampaikan, sesekali mengajukan pertanyaan yang membuat Tian Qi tersenyum bangga karena Yue sangat antusias belajar.
He Ma Li dan Zhang Xiang Li yang mengamati dari kejauhan merasa sangat tersentuh. Mereka melihat betapa sabarnya Tian Qi dalam membimbing adiknya dan betapa Yue sangat menghormati serta menyayangi kakaknya. Bagi mereka, ikatan yang terjalin antara Tian Qi dan Yue bukan hanya sekadar hubungan kakak-adik biasa, tetapi adalah hubungan yang penuh kasih sayang dan pengertian.
Seiring berjalannya waktu, Tian Qi semakin senang berbagi ilmu dengan Yue. Di matanya, Yue bukan hanya sekadar adik, tapi teman kecil yang ia sayangi dan banggakan. Dan bagi Yue, Tian Qi adalah kakak yang menjadi sumber inspirasi, membuatnya tak sabar untuk terus belajar dan tumbuh di bawah bimbingan kakaknya yang ia kagumi.
Ketika malam tiba, setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, Tian Qi sering membawa Yue ke kamar mereka untuk membaca buku cerita sebelum tidur. Ia memilih cerita yang sederhana tapi penuh pelajaran, seperti kisah tentang persahabatan, kebaikan, dan kejujuran. Yue akan duduk manis di sebelahnya, mendengarkan dengan wajah penuh rasa ingin tahu, sesekali tersenyum atau tertawa kecil saat mendengar bagian cerita yang lucu.
Suatu malam, setelah Tian Qi selesai membaca, Yue bertanya dengan suara polos, "Kakak, aku mau jadi pintar seperti Kakak. Supaya nanti aku bisa bantu Kakak juga." Tian Qi tersenyum hangat dan mengusap kepala Yue dengan lembut, merasa terharu dengan perkataan adiknya.
"Nanti Yue pasti jadi lebih pintar dari Kakak," jawab Tian Qi sambil tersenyum. "Tapi yang paling penting, Yue harus selalu baik hati, ya."
Yue mengangguk bersemangat, lalu memeluk Tian Qi dengan penuh kasih sayang. Tian Qi tersenyum dan memeluknya kembali, merasa bahwa menjadi kakak bagi Yue adalah kebahagiaan yang tak ternilai. Di hati kecilnya, Tian Qi berjanji akan selalu ada untuk adiknya, menjadi pelindung dan pembimbing, tidak peduli seberapa besar mereka nanti.
Malam itu, ketika Zhang Xiang Li dan He Ma Li melihat kedua anak mereka sudah tertidur, mereka saling tersenyum, merasa bahagia dan bangga. Mereka tahu bahwa Tian Qi dan Yue akan tumbuh menjadi anak-anak yang saling mendukung, menghargai, dan menyayangi satu sama lain. Dalam hati mereka, mereka bersyukur memiliki keluarga yang begitu hangat dan penuh cinta, sebuah keluarga yang selalu mengutamakan kebersamaan dan saling peduli.