Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Amar pun hanya tersenyum. Karna tidak ingin menganggu Mia dan Hans. Namun terlihat dari sorot mata Hans. Terlihat sangat tidak suka pada pria yang cukup terkenal di kampus mereka itu..Karna Amar merupakan mahasiswa terpintar dan punya nilai terbaik dalam setiap semester. Apalagi penyandang beasiswa itu. Sangat di kagumi para wanita di kampusnya termasuk Mia
Mia pun lalu menatap Hans. " Apa sudah selesai ayo kembali ," kata Mia.
" Kenapa apa kau takut dia cemburu. Atau kau hanya bertepuk sebelah tangan," kata Hans menatap dalam mata Mia. Karna ingin tahu sampai mana perasaan Mia pada Amar
" Tidak, aku ada urusan Hans," kata Mia. Mencari alasan lain. Karna sebenarnya Amar hanya menganggap Mia sekedar teman biasa Padahal Mia berharap lebih dari itu.
" Baiklah ayo pergi, tapi gue bayar dulu," kata Hans. Lalu beranjak menuju kasir. Sedangkan Mia duduk diam menunggu. Sambil melirik Amar yang ngobrol dengan Rama.
**************
Disisi lain Lisa sedang bicara cukup lama dengan Devan. Di samping perpustakaan. Yang di awasi oleh Sani dan Gita.
" Maaf Dev, aku tidak tahu jika surat itu untukku. Jadi aku berikan saja pada Tiara. Tapi aku dengar kalian bertengkar gara gara surat itu. Dan membuat Tiara sakit," kata Lisa.
" Alisa...aku menyukaimu. Tapi bukan berarti kau boleh mempermainkan ku seenaknya. Jika kau tidak suka, katakan saja. Kenapa tidak bicara langsung padaku. Kenapa harus memberikannya pada Tiara dan membuat ku berharap. Kau tega Al," kata Devan terlihat kecewa.
" Maafkan aku Dev ......" kata Lisa tertunduk merasa bersalah.
" Sudah urusan kita selesai. Aku sudah memaafkan mu. Dan aku juga akan minta maaf pada Tiara. Jadi tidak perlu di bahas lagi," kata Devan.
" Terimakasih Dev, sekali lagi maafkan aku. Aku tidak bermaksud begitu ," kata Lisa merasa sangat bersalah. Karna ulahnya orang lain celaka. Seharusnya ia tidak perlu menghindar dari Devan.
Devan pun lalu pergi. Membuat Lisa semakin merasa bersalah. Karna seharusnya ia menyimpan surat itu. Bukan memberikannya kepada orang lain. Dan mencari cari alasan untuk menghindari Devan.
Sani dan Gita yang melihat Lisa duduk diam melamun sepeninggalan Devan. Langsung menghampiri Lisa.
" Kenapa? di cuekin Devan loe beb. Makanya gue sudah bilangin kan. Jangan berikan ke Tiara. Devan marahkan. Apes deh jadinya," kata Sani
" Maaf ...." kata Lisa. Hanya itu yang keluar dari bibirnya.
" Huh...sudah ayo pulang. Semua sudah kelar kan. Ngak perlu di pikirkan terlalu dalam. Nanti juga Dev baik sendiri kok. Lain kali kasih saja jawaban yang pasti.. Agar pria yang suka sama kita ngak berharap banyak. Dan juga tidak sakit hati," kata Gita.
" Hmm..." dehem Lisa. Lalu berdiri.
" Ayo kita pulang, tidak perlu dibahas lagi Besok Devan sendiri yang akan minta maaf pada Tiara," kata Lisa.
" Baguslah, kita tidak perlu bermusuhan dengan sesama teman. Karna semuanya sudah selesai.Ayo..." kata Gita. Melangkah lebih dulu.
" Ayo Lis, loe ngak usah bingung lagi. Ingat besok besok jika ada surat cinta. Balas saja dengan cara yang baik. Agar tidak salah paham lagi.," kata Sani.
" Ya ," kata Lisa yang merasa tidak nyaman. Sudah membuat masalah bagi temannya. Padahal masalahnya sangat sederhana. Namun itu cukup fatal untuk Lisa. Sehingga Devan tidak suka lagi berteman dengan Lisa. Karna sikap Lisa yang seenaknya.
Lalu ketiganya pun berjalan menuju parkiran
Lisa hanya diam, saat Sani dan Gita ngobrol Hingga tanpa sadar, mereka sudah sampai di parkiran. Sedangkan Gita sudah pergi duluan.
" Ayo naik Lis, kita makan bakso dulu atau langsung mau ketempat les. Besok minggu tenang. Jadi ini terakhir kita masuk les sama kak Dean," kata Sani.
" Kita makan dulu saja San," kata Lisa naik ke boncengan Sani. Sani pun menghidupkan motornya. Dan membawa motor maticnya meninggalkan parkiran sekolah.
Sedangkan dari jauh seorang pria memperhatikan Lisa dan Sani dari balik pohon. Sampai keduanya menghilang di pintu gerbang sekolah
" Kau tega Lis menolak diriku. Padahal aku sangat sayang sama kamu" guman pria itu terpaku. Lalu bersandar di batang pohon.
************
Malamnya Lisa belajar di kamarnya. Bunda yang melewati kamar Lisa. Hanya tersenyum melihat putrinya itu sangat serius belajar. Begitu juga dengan sang ayah.
Zain yang duduk di ruang tengah sedang sibuk melihat isi ponselnya. Apalagi ada pesan Amar yang terkirim padanya. Untuk menanyakan kabar Lisa.
" Amar...Amar kau tidak berubah..Aku hanya takut. Rasa sayangmu itu berubah jadi rasa cinta pada ade," kata Zain bicara sendiri
Karna tahu kedekatan Amar dan Lisa. Apalagi bundanya menceritakan semuanya. Saat Lisa dan Amar masih kecil. Lisa tidak pernah bisa jauh dari Amar abangnya. Bahkan ia selalu minta di gendong Amar jika ingin pergi kemana pun.
" Huh...semoga saja semuanya baik baik saja," harap Zain. Yang tidak ingin keluarganya punya masalah. Karna ia juga masih sayang pada mami dan papinya.
" Zain sedang apa?" tanya ayah yang duduk di sebelah Zain.
" Memeriksa email dan pesan masuk yah. Apa vitamin ayah sudah habis. Besok Zain belikan," kata Zain
" Tidak perlu nak, bundamu sudah membeli kan nya tadi siang buat ayah. Ayah mu ini sudah tua. Ini lah takdir yang tidak bisa di tolak. Karna tidak ada obat penawar tua" kata pak Farhan terkekeh.
" Ya yah, karna itulah takdir kita untuk menua," kata Zain.
" Kau benar nak, semoga Zain bisa menjaga bunda dan adik mu. Jika nanti ayah sudah tidak ada," kata ayah.
" Yah.... Zain belum lama bertemu ayah dan bunda juga ade. Kenapa berharap begitu?" kata Zain terlihat sedih.
" Zain ...dengar nak, kita tidak pernah tahu kapan maut itu datang. Tapi ayah ingin Zain menjadi pria yang baik dan bertanggung jawab. Lepas kita baru bertemu atau lama. Namun Zain anak lelaki ayah sekarang. Ayah hanya takut, umur ayah tidak panjang. Walau ayah sudah minta umur panjang. Tapi jika maut itu datang. Ayah tetap akan pulang nak. Ayah merasa firasat itu sangat dekat," kata ayah merangkul bahu Zain.
" Yah ...." kata Zain memeluk pak Farhan. Yang tahu ayahnya itu punya penyakit jantung akut.. Sehingga harus berobat selama dua tahun terakhir ini. Namun Lisa tidak pernah mereka beri tahu kecuali Amar.
" Sudah, ayah mau kekamar dulu. Jangan tidur malam malam. Bukannya besok Zain bilang ada rapat,"kata pak Farhan
" Ya yah, karna sepertinya papi akan meminta Amar, untuk bekerja di kantornya.," kata Zain
" Itu lebih baik, Karna bagaimana pun Amar anak kandungnya. Yang akan meneruskan semua usaha pak Zaki. Agar bisa membuat perusahaan kalian lebih besar nak," kata pak Farhan. Yang tahu Zain akan tetap bekerja di di perusahaan papi Amar.
" Ya yah," kata Zain.
Pak Farhan pun beranjak melangkah ke kamarnya. Zain yang melihat punggung ayahnya, menghilang di balik pintu. Hanya diam dan kembali memeriksa ponselnya. Karna siang tadi ia belum sempat membaca pesan dari beberapa kolega bisnis papinya. Yang menanyakan masalah kerjasama perusahaan papinya.
" Huh...aku harus bertemu papi besok untuk bicara masalah ini," kata Zain. Sembari berdiri menuju kamarnya.
" Bang Zain...." panggil Lisa menghampirinya
" Ya de, ada apa?" kata Zain.
" Kenapa kamar kak Amar jadi kosong ya bang. Kemana barang barang dan buku buku bang Amar?" tanya Lisa
Deg.....
" Aduh...gimana menjelaskannya ," batin Zain bingung. Harus menjelaskan apa pada adiknya. Kalo Amar sudah pindah, dan tinggal di rumah orang tua kandungnya.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar