Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memancing kesal.
Di dalam kamarnya,Kay sudah bersiap menggenakan sheer dress hitam bermotif floral.Kali ini rambut panjangnya tidak dibiarkan terurai,tapi diikat biasa.
Kedua pengawalnya memuji kecantikannya yang alami dan tidak pernah membosankan untuk dipandang.
Pipi Kay merona merah mendengarnya.
"Nona Kay terlihat semakin cantik jika tersenyum"puji salah satu pengawalnya.
"Benarkah?Kurasa kalian berdua hanya menggoda ku"balas Kay tersenyum.
Kedua pengawalnya menggelengkan kepala bersamaan,"Tidak Nona…kami sungguh-sungguh mengatakannya".
Kay terdiam sejenak mengingat Ben yang tadi berada di kamarnya.Dia lalu bertanya pada kedua pengawalnya,apa yang dilakukan Ben di kamarnya.
Kedua pengawalnya memberitahu kepada Kay,jika Ben duduk memandangi dirinya yang sedang tertidur lalu mengobati lukanya.
Kay terkejut mendengarnya dan menjadi gugup.
"Kenapa dia melakukan itu?"tanya Kay cemas.
Kedua pengawalnya saling berpandangan dan tersenyum simpul.
"Mungkin Tuan Muda Ben mengkhawatirkan Nona".
"Tidak mungkin,bahkan dia akan sangat bahagia jika melihatku terluka atau sakit"sahut Kay ketus.
Kay beranjak dari duduknya dan lupa jika kakinya masih nyeri.
"AUW"rintih Kay sambil memegangi kakinya.
"Nona Kay…tidak apa-apa kan?"tanya kedua pengawalnya bersamaan dan membantunya untuk duduk kembali.
Kay melihat ke arah high heels hitam yang harus ia kenakan.
"Kenapa hidupku terasa sulit jika melihat benda itu?"keluh Kay.
Mendadak Ben masuk ke kamar sambil membawa kotak besar.
Kay kaget melihatnya dan kedua pengawalnya mundur sedikit menjauh.
"Kenapa kau lama sekali?meskipun kau berdandan sampai berjam-jam,itu tidak akan mengubah wajah jelekmu!"ucap Ben ketus.
"KAU!"ucap Kay geram.
Ben menghampiri Kay.
Kay yang kesal memalingkan wajahnya ke sisi lain.
Tiba-tiba Ben berlutut di hadapan Kay dan mengeluarkan flat shoes ballerina berwarna hitam dari dalam kotak yang ia bawa.
Kedua pengawal pribadi Kay syok melihatnya.
Ben memegangi kaki Kay.
"Apa yang kau lakukan?"tanya Kay gugup.
Ben tidak menghiraukan Kay dan memakaikan sepatu itu di kaki Kay.
"Apa yang kau lakukan?aku bisa memakainya sendiri"ucap Kay dengan terbata dan gugup.
Ben beranjak berdiri.
Kay melihat ke wajah Ben dan tak sengaja membuat keduanya saling bertatapan.
"Terima kasih"kata Kay pelan memalingkan wajahnya.
"Apa?bisa kau ulangi?aku tidak mendengarnya?"goda Ben.
Kay menghela nafas pendek sambil melirik tajam ke arah Ben.Dia tahu jika Ben berpura-pura tidak mendengar ucapannya.
"Terima kasih"ulang Kay lagi dengan nada sedikit lebih keras.
Ben tersenyum mendengarnya lalu mengulurkan tangan ke arah Kay.
"Aku bisa berdiri sendiri"tolak Kay beranjak berdiri.
"Aku berniat baik padamu.Jangan sampai semua orang berpikir aku mengabaikan mu.Anggap saja kau berhutang bantuan ku dan di lain kesempatan kau harus membayarnya".
Kay mendengus kasar sambil berdecak,"Sudah ku duga…setiap kali kau membantu,pasti ada niat terselubung di baliknya".
Kay beranjak pergi,tapi Ben dengan cepat menarik tangannya lalu menggenggamnya erat.
Tiba-tiba Kay merasa gugup,saat Ben berusaha mendekatkan wajahnya.
"Jangan menolak atau membantah!patuhi perintah,bukankah itu point pertama pada perjanjian kita"bisik Ben.
Kay terdiam.
Kedua pengawal yang melihat kedekatan Ben dan Kay terbawa suasana sambil tersenyum meringis.
"Mereka so sweet sekali"ucap keduanya bersamaan.
Kemudian Ben tersenyum sambil berjalan menggandeng tangan Kay menuju ruang makan di bangunan utama rumah keluarga Hartanto.
"Terkadang dia bersikap jahat dan cuek,tapi mendadak dia baik dan peduli.Apa dia memiliki kepribadian ganda?"batin Kay sambil melihat ke arah Ben.
Rupanya Ben menyadari jika Kay terus memandangnya.Ben kembali menggoda Kay.
"Jangan terlalu lama memandangku.Kau bisa jatuh cinta padaku".
Begitu mendengar ucapan Ben.
Kay langsung memalingkan wajahnya.
"Apakah kau baru menyadari,jika aku sangat tampan"ucap Ben tersenyum.
Kay menghentikan langkahnya,lalu memandang tajam wajah Ben.
"Kau ini pria jenis apa?tinggi sekali tingkat kepercayaan dirimu itu!".
"Itu fakta.Dan kau harusnya bersyukur dapat menikah denganku.Tapi mungkin aku pria yang tidak beruntung karena mendapatkan istri yang jelek dan galak sepertimu!"ejek Ben.
Kay menghela nafas.
"Sejujurnya aku katakan padamu.Kau itu bukan tipeku".
"Benarkah?Ku rasa di dunia ini tidak ada pria yang tertarik padamu.Kau harusnya bersyukur aku mau menikahimu dan mengangkat reputasi mu".
"Kau pria yang sangat menyebalkan!".Kay kesal dan melepaskan genggaman tangan Ben.
"Saat aku bertemu pria yang menjadi tipeku.Bersiaplah untuk menarik kata-katamu itu! Sebaliknya kau yang seharusnya bersyukur,karena aku mau menikah dengan pria arogan dan memiliki kepribadian minus sepertimu!Ckckck…pantas saja gadis itu menolak menikah denganmu.Kurasa dia tahu keburukanmu!"balas Kay.
"KAU!berani-beraninya kau berkata seperti itu setelah aku membantu mu".
Dengan tenang dan cuek Kay berkata,"Aku tidak meminta bantuanmu.Kau sendiri yang bersikap sok peduli padaku".
Ben mengepalkan tangannya karena kesal,"KAU!".
Kay mengabaikannya dan beranjak pergi dari hadapan Ben.
Ben menyusul Kay dan langsung menggandeng tangan Kay.
Meskipun Kay bersikeras menjauh dari Ben.Namun Ben tidak peduli dan terus memaksa Kay tetap mengikutinya.
***
Di ruang makan,Kay duduk bersebelahan dengan Ben.
Makanan yang tersaji semuanya menu western. Kay tidak terlalu selera untuk makan meskipun dia merasa lapar.
Semua sedang asyik menikmati potongan daging di dalam mulutnya.
Sementara Kay masih diam saja memandangi steak yang sudah terhidang
Sementara yang lain
Nenek Ben melihat ke arah Kay.
"Kay…kenapa tidak makan?apa kau tidak suka?"tanya Nenek sambil mengunyah makanan.
Kay langsung memegang garpu dan pisau sambil tersenyum tipis penuh sungkan pada Nenek Ben.
"Ini baru mau makan Nek"jawab Kay.
"Apa mau di buatkan menu yang lain?"tanya Nenek lagi.
Tapi belum sempat Kay menjawab.
Mamanya Ben lebih dulu berkata,"Tidak perlu Bu.Mulai sekarang Kay harus terbiasa dengan semua kebiasaan dan aturan di rumah ini.Termasuk juga dengan menu makanan kita."
Kay melihat ke arah Mama Ben lalu menundukkan sedikit kepalanya.
Ben diam-diam melirik ke arah Kay tapi tidak ikut berkomentar.
"Makanlah Kay!Jika kau tidak makan itu sama artinya kau tidak menghormati keluarga ini.Jadi biasakan dirimu dengan semua kebiasan keluarga ini"ujar Mama Ben lagi.
Papa Ben berkata pada Mama Ben untuk tidak terlalu keras pada Kay.
Dengan alasan Kay masih belum terbiasa dan baru di keluarga mereka.Namun Mama Ben tidak mau tahu.
Tiba-tiba Kay berkata,"Maaf mah..jika tidak keberatan bolehkah aku makan nasi dengan telur dadar saja.Jika tidak aku makan daging ini dengan nasi.Aku tidak biasa makan-makanan seperti ini".
Mama Ben terbelalak mendengar ucapan Kay.Dia tidak percaya jika Kay berani mengatakan hal itu.
Sebaliknya Nenek Ben dan Papanya Ben tersenyum.
"Aku tidak bermaksud menentang kebiasaan di keluarga ini.Karena jujur dari kecil aku terbiasa dengan makanan lokal.Lagi pula makan menggunakan garpu dan pisau seperti ini tidak nyaman untukku.Kenapa untuk makan saja harus susah,jika bisa langsung makan menggunakan tangan.Itu lebih enak dan nyaman"kata Kay sambil tersenyum tipis.
Nenek Ben tertawa sambil berkata,"Kau memang gadis yang jujur dan polos…sayang".
Lalu Papa Ben meminta pelayan menyiapkan telur dadar sesuai permintaan Kay.
Mama Ben memicingkan matanya dan menatap Kay tajam penuh rasa kesal.
"Kau harus lebih banyak belajar tentang sopan santun.Aku akan menambah pelajaran etika mu,supaya kau tidak asal bersikap!".
Kay menelan kasar salivanya dan melihat ke arah Mama Ben.
"Maaf Mah…Aku hanya berusaha menjadi diriku sendiri dan tidak bermaksud untuk tidak sopan".
Mama diam dan memalingkan wajahnya.
Lalu Kay tersenyum tipis ke arah Nenek Ben dan mengucapkan terima kasih pada Papanya Ben.
"Kau sudah membuat mamaku kesal,bersiaplah menerima kemarahannya"bisik Ben pelan menakuti Kay.
"Aku akan mengatasinya.Aku harus berkata jujur,karena aku harus makan dan kuat,agar dapat menghadapi pria menyebalkan seperti mu yang akan banyak menguras energiku!"balas Kay dengan berbisik.
Ben menatap Kay dengan senyuman meremehkan.
"Apa kau tidak ingat?bagaimana Tuhan memberimu hukuman dengan jatuh di hadapan semua orang?ckckck…seharusnya kau malu dan tidak membuat masalah denganku".
Kay melirik marah.
Kemudian dia berkata dalam hati,"Sebenarnya Ben itu laki-laki seperti apa?Dia bisa bicara dengan tenang bahwa dia ingin bercerai di masa mendatang. Tapi dia juga bisa tersenyum dengan manis saat menjamu tamu di acara akad nikah.Namun dia juga bisa menjadi sosok yang serius,peduli lalu menyebalkan.Sepertinya dia seorang pria dengan kepribadian yang aneh".
Ben melirik ke arah Kay dengan tatapan sinis sambil sibuk berpikir,apa yang sedang dipikirkan Kay tentang dirinya.
"Gadis aneh ini sepertinya benar-benar penasaran dengan kepribadian ku"gumam Ben di dalam hati.
Ben mendengus pelan,"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.Tapi yang aku tahu sekarang.Gadis aneh ini berada dalam satu kapal yang sama denganku"lanjut Ben bergumam di dalam hatinya.
Kay menikmati makanan yang ia pesan dengan lahap.
Nenek Ben yang sudah selesai makan tersenyum memandangi Kay.
Sebaliknya Mama Ben yang merasa kesal dengan Kay memutuskan untuk beranjak menuju kamarnya.
Setelah itu Papa Ben pamit untuk menyusul istrinya di kamar.
Selesai makan Nenek Ben mengajak Ben dan Kay ke ruang keluarga untuk minum teh bersama.
Bu Warsi dan asisten pribadi Nenek Ben juga ikut serta.
Nenek Ben duduk terlebih dulu,lalu meminta Ben dan Kay duduk di sampingnya.
Kemudian menggenggam dengan lembut masing-masing tangan keduanya.
"Kalian sudah menjadi pasangan suami itu.Dan malam ini adalah awal malam pertama bagi suami istri.Tapi karena Kay masih sekolah dan di bawah umur,maka malam pertama kalian akan dilakukan saat Kay sudah beranjak dewasa.Dan kalian akan tidur di kamar yang terpisah".
Kay merasa risih dan gugup mendengarnya.Sebaliknya Ben memanfaatkan ucapan Neneknya untuk menggoda Kay.
Ben bertanya kepada neneknya kenapa malam pertama mereka harus diundur.
Sontak saja semua orang yang berada di ruang keluarga kaget mendengarnya,termasuk juga Kay.
“Apa kau sudah gila mengatakan hal itu?” celetuk Kay panik.
Ben meminta Kay untuk diam saja dan memanggilnya dengan sebutan bebek buruk rupa.
Tentu saja Kay kesal dan tak terima mendengarnya.Dia tidak dapat menahan rasa jengkelnya.
"Meskipun kau memohon padaku, aku takkan tertarik dengan malam pertama.Bukankah kau sudah berjanji padaku".
Ben tersenyum senang melihat Kay terpancing kemarahannya dan semakin menggodanya.
"Aku hanya penasaran saja dengan hal itu. Bukankah ini lucu, membatasi kita karena usiamu yang belum cukup umur!" lanjut Ben.
"KAU!"sahut Kay geram.
Bu Warsi dan asisten pribadi Nenek Ben terdiam mendengar perdebatan Kay dan Ben.
Sebaliknya Nenek Ben justru tertawa terbahak-bahak.
Kay memandang heran dan bingung ke wajah Nenek Ben.
"Kenapa nenek tertawa?apakah ada yang lucu?apakah nenek menertawakan aku?"tanya Kay.
"Tentu saja Nenek menertawakanmu.Kau itu berpura-pura polos,tapi sebenarnya begitu diam-diam suka memikirkan aku bukan!"timpal Ben ketus.
"Diam kau musang jahat!".
Ben menoleh ke arah Kay,"Apa kau bilang?aku musang?berani-beraninya kau menyebutku musang?".
"Kenapa?apa kau marah?julukan itu pantas untuk mu!"sahut Kay sinis.
Kemudian Nenek Ben menghentikan perdebatan mereka.
"Sudah….Nenek tidak menyangka jika kalian begitu akrab dan mempunyai panggilan tersendiri."
Ben membantah ucapan Neneknya dan mengatakan jika dia tidak akrab dengan Kay.Begitu pula Kay juga mengatakan hal serupa dengan apa yang dikatakan Ben.
"Nenek rasa kalian berdua memang sudah ditakdirkan untuk bersama".
Kay dan Ben saling melotot.
"Tapi alangkah lebih baik jika kalian berdua memanggil dengan panggilan yang baik dan enak untuk didengar.Misalnya sayang atau Kay bisa memanggil Ben dengan panggilan Mas Ben,itu jauh lebih baik"imbuh Nenek Ben.
Ben tersenyum senang mendengar perkataan neneknya dan kembali meledek Kay.
"Hei bebek buruk rupa!dengarkan apa yang nenek katakan.Mulai sekarang panggil aku dengan panggilan Mas Ben".
"Tidak akan"sahut Kay.
"Oh…berarti kau memilih memanggilku dengan panggilan sayang! Sayang ku Ben!."Ben memainkan kedua alisnya naik turun sambil tersenyum tipis menggoda Kay.
Kay ingin membalas ucapan Ben.
Tapi Nenek Ben memintanya untuk memanggil Ben dengan panggilan Mas.
Dengan berat hati Kay melakukannya.
Kemudian Nenek Ben meminta keduanya untuk berjabat tangan dan tidak saling memanggil dengan panggilan yang tidak baik.
Kay dengan terpaksa mematuhi perintah Nenek Ben.Lalu mengulurkan tangannya ke arah Ben dan meminta maaf.
"Maafkan aku Ma…sss…Ben"ucap Kay terbata dan berat.
Ben tersenyum senang meraih uluran tangan Kay dan membalasnya.
"Aku memaafkanmu sayang.Dan Mas juga minta maaf padamu".
Wajah Kay kecut seketika mendengarnya.
Sementara Nenek Ben tersenyum senang sambil tertawa keras.
Ben memainkan alisnya saat Kay melihatnya.
Wajahnya terlihat senang karena sudah membuat Kay tidak dapat berkutik di hadapan neneknya.
Kemudian Kay bertanya pada Nenek Ben,"
Nenek benar kan yang dikatakan nenek kalau aku dan pria…,eh…maksudku…Aku dan Mas Ben akan tidur di ruangan yang terpisah".
Kay terlihat gugup dan cemas.
"Tentu saja sayang"jawab Nenek sambil mengusap lembut kepala Kay.
Kay menghela nafas dan tersenyum lega.
Ben terus memperhatikan dirinya dan membuat Kay merasa tidak nyaman.
Kemudian Kay memutuskan untuk lebih dulu kembali ke kamarnya sebelum Ben.
Kay buru-buru pamit kepada Nenek Ben lalu meminta Bu Warsi untuk mengantar menuju kamarnya,karena dia belum hafal jalan menuju kamarnya dan masih asing dengan lingkungan kediaman rumah keluarga Hartanto yang sangat luas.
Ben tersenyum melihat Kay yang ketakutan dan cemas.Dan merasa senang karena sudah berhasil mengerjainya.
Selepas kepergian Kay,neneknya langsung memarahinya untuk tidak membuat Kay kesal dan marah karena ulahnya.
Ben hanya tersenyum sambil mengingat ekspresi wajah ketakutan Kay karena ucapannya akan malam pertama.
"Dia sangat polos dan semakin menarik!"gumam Ben di dalam hati.