NovelToon NovelToon
Akan Ku Balas Hinaan Kalian Dengan Caraku

Akan Ku Balas Hinaan Kalian Dengan Caraku

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: LaQuin

Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.

Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.

Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.

Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Berkelit

Bab 34. Berkelit

POV Author

"Mas bagaimana ini? Aku harus jawab apa pada Ibu?!" Tanya Nilam setengah berbisik.

Wajahnya tampak cemas dan ia begitu gelisah jika nanti Ibunya menanyakan kembali siapa ayah dari janin yang sempat ia kandung.

"Kamu tenang saja, jangan gugup dan memperlihatkan ketakutanmu. Katakan saja teman kampusmu yang menghamili mu dan di tinggal pergi kerja keluar negeri. Bereskan?!"

"Jadi kamu tidak mau tanggung jawab Mas?"

"Nilam, kita kan hanya bersenang-senang. Kamu butuh , dan aku ingin. Tidak ada paksaan saat kita melakukannya. Lagi pula kamu tahu sendiri bagaimana Kakak mu itu jika sampai tahu hubungan kita ini."

Wawan menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Jika saja aku masih sendiri, kamu tentu aku nikahi. Kamu itu cantik, kalau nanti ketemu sama lelaki yang mapan, kamu bisa menikah dengannya." Lanjut Wawan.

"Jadi kamu hanya mempermainkan aku selama ini Mas?"

"Nilam, dari pada kamu tidur dengan banyak lelaki untuk uang jajanmu, bukannya lebih baik tidur dengan satu laki-laki dan itu adalah aku? Toh bisa dapat uang jajan juga dan lebih aman tentunya untuk kesehatanmu."

"Mas, Om Wisnu lebih banyak ngasi aku jajan dari pada kamu! Dan dia juga pernah meminta ku walau jadi isteri keduanya. Tapi gara-gara kamu sering mengancamku, aku jadi terpaksa meninggalkannya. Tapi nyatanya kamu pun tidak serius terhadapku."

"Jadi mau mu apa Nilam?"

"Nikahi aku, atau aku bongkar saat ini juga tentang hubungan kita, juga hubungan mu dengan wanita-wanita di luar sana sebelum aku."

"Kamu mengancamku?!"

"Bukan Mas. Tapi kalau kamu merasa begitu pun lebih baik."

Wawan mengusap wajahnya dengan kasar juga membuang napas berat sembari menatap tajam mata Nilam yang juga menatapnya dengan tatapan yang sama.

Dalam hati Wawan sebenarnya lebih memilih Nilam dari pada Tatik sang isteri. Tapi karena mereka sudah memiliki si kembar, Wawan jadi susah untuk memilih.

Sebaliknya, Nilam sendiri lebih berat untuk memilih Wawan dari pada lelaki matang yang di panggilnya Om Wisnu. Memang dari segi materi Wisnu lebih menjanjikan. Namun untuk penampilan, Nilam lebih menyukai Wawan yang lebih menarik hatinya.

Memang sakit bagi Nilam menjalani hubungan tanpa status seperti ini bersama Wawan. Tapi Nilam terlanjur menyukai Wawan. Walau awalnya dia merasa terancam, namun lambat laun perasaannya tumbuh seiring perhatian dan sikap manis Wawan padanya.

Keduanya sama-sama terdiam dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Sampai saat Bu Ida datang ke kamar Nilam.

"Wan, kamu tidak makan? Nilam kamu mau makan lagi tidak?"

"Tidak Bu." Jawab Wawan.

"Nilam masih kenyang Bu." Jawab Nilam.

Sebenarnya Nilam tergiur bau aroma ikan bakar. Namun karena hatinya sedang kesal, selera makannya pun hilang.

"Ya sudah. Wan, biar Ibu yang gantikan jaga Nilam." Ujar Bu Ida.

"Iya Bu."

Wawan pun beranjak dari duduknya. Namun sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, ia kembali menoleh ke arah Nilam dan memberikan kode agar Nilam tidak mengatakan apa-apa tentangnya kepada Bu Ida.

Dengan perasaan sedikit cemas Nilam menghadapi ibunya.

"Jadi Nilam, bisa kamu katakan pada Ibu siapa laki-laki itu?"

Nilam menunduk sambil memainkan jari-jarinya.

"Nilam!" Panggil Bu Ida sedikit membentak.

"Eh, iya Bu itu temen kampus aku." Jawab Nilam gugup dan terkejut atas bentakan sang Ibu.

Mau tidak mau ia mengikuti saran Wawan karena tidak tahu alasan apa lagi yang harus ia katakan kepada ibunya.

"Kamu hubungi laki-laki itu, katakan Ibu mau ketemu!"

"Tidak bisa Bu."

"Kenapa tidak bisa?"

"Dia tidak disini."

"Ibu tahu dia tidak disini. Makanya Ibu suruh kamu hubungi dia biar kesini."

"Maksudnya, dia tidak ada di negara ini Bu, dia keluar negeri jadi TKI." Ujar Nilam, berbohong.

Bu Ida tersentak.

"Terus kamu gimana?"

"Ya gimana? Ya gini lah Bu. Lagian bayinya juga sudah tidak ada. Jadi Ibu tidak perlu pusing mikirin aku. Toh di luar sana banyak kok yang sama kayak aku."

"Sama apanya? Kelakuan buruknya maksud mu?!"

"Bu, nanti aku sering-sering minum jamu juga rapet lagi."

"Kamu ini ya, kelakuan semakin dibiarkan semakin menjadi! Mulai sekarang kamu hanya boleh pergi kuliah, setelah itu pulang. Ibu akan carikan laki-laki yang baik buat kamu."

"Hah?! Tidak mau ah Bu. Ini kan bukan jamannya lagi Siti Nurbaya?!"

"Pokoknya kamu harus di antar jemput mulai sekarang! Atau Ibu adukan ke Hendra biar kamu sama sekali tidak di kasih jatah bulanan!"

Nilam terdiam, dia tidak berani menjawab atau membantah jika sudah berhubungan dengan Hendra. Namun mulutnya cemberut dan wajahnya di tekuk seribu atas perintah sang ibu.

"Bu kami pulang ya?" Ujar Tatik setelah perutnya kenyang.

"Eh iya. Wan, kamu bisa tidak mulai besok antar jemput Nilam kuliah?"

"Kenapa Nilam di antar jemput Bu? Kan ngerepotin jadinya." Ujar Tatik.

"Biar adikmu tidak keluyuran tidak jelas kayak kemarin-kemarin."

"Halah, telat Bu. Sudah bolong juga."

Pokoknya mulai sekarang dia harus ikuti kata Ibu. Jika tidak, dia akan Ibu suruh tinggal di rumah kalian!"

" Loh, kok gitu Bu?!" Tatik protes tidak terima.

Sementara keluarga itu ribut masalah antar jemput Nilam, Lastri menggelengkan kepala melihat meja makan berantakan dan tidak ada lagi makanan yang tersisa. Dia bersyukur tadi sudah sempat menikmati makanannya.

Lastri mendengar perdebatan ibu dan anak itu tiada habisnya. Dan berakhir dengan Tatik bersungut mengajak Mas Wawan pulang ke rumah mereka.

Bertepatan dengan sepeda motor mereka yang hendak bergerak keluar halaman, Lastri melihat isteri muda Hendra di antar pulang dengan mobil berwarna putih. Meski kacanya tidak di turunkan, tetapi Lastri tahu itu mobil Hendra karena dia sudah menghafal nomor platnya.

Mobil itu langsung berlalu pergi begitu wanita yang disebut sebagai sepupu jauh itu turun. Isteri muda Hendra itu menatap sinis ke arah Lastri, dan memandang dengan tatapan merendahkan.

"Tinggal numpang dirumah orang saja belagu!"

Sengaja Lastri berkata kasar untuk memanasi isteri muda Hendra itu. Lastri ingin agar wanita itu keceplosan dan mengakui kalau mereka sudah menikah. Dengan begitu Lastri bisa melaporkan Hendra dan menjeratnya dengan hukum agar dia sekalian di penjara.

"Ini juga rumah ku tahu!" Jawab Rara tidak mau kalah.

"Rumah mu? Kamu itu cuma keluarga jauh yang entah masih ada hubungannya atau tidak. Kalau tinggal di rumah orang itu harusnya kamu tahu diri. Jangan tahu makan tidur dan pergi. Sudah kayak nyonya besar di rumah ini saja. " Sarkas Lastri.

"Kan aku juga memang....!"

Kalimat Rara menggantung. Ia nyaris saja keceplosan mengatakan kalau dirinya juga nyonya besar di rumah itu alias isteri Hendra. Namun ia terpaksa menutup mulutnya karena permintaan sang suami. Akibatnya, tangannya terkepal menahan emosi.

"Juga apa?!" Tanya Lastri kembali memancing.

"Ada apa Ini? Rara masuk ke kamar mu!"

Tiba-tiba saja Bu Ida keluar dari kamarnya, karena mungkin mendengar percakapan antara Lastri dan Rara. Begitu mendapat perintah, Rara segera menghindar dan masuk ke dalam kamar Nilam.

Lastri harus menahan kecewa, pancingannya gagal malam ini.

"Lastri, mau kemana kamu?"

"Aku mau tarawih Bu. Berusaha mengurangi sedikit dosa ku yang sudah menumpuk. Ibu tidak tarawih?" Tanya Lastri berbasa basi karena dia pun sudah tahu jawabannya.

"Ibu tidak sempat, sedang menjaga Nilam takut dia butuh apa-apa."

Lastri tersenyum getir.

"Aku pergi dulu Bu. Assalamualaikum..."

Bersambung...

Jangan lupa like dan komen ya, terimakasih 🙏😊

1
Giantini
enak betul hidup Nilam..dah ngrusak rumah tangga kakaknya hidupnya berkelimang harta...gk ada karma gitu untuk Nilam
eva Sekayu123
kenapa setiap ngmong dlam hati trus aja kmu berbohong mas terlalu lelamaan
Giantini
Hendra sudah insaf..ini gantian Tatik masih ngeyel
Charles Bawengan
Luar biasa
Giantini
sampai kpan Lastri akan jdi bodoh klo menyangkut harga diri /perasaan orang lain...dasar lembek
Sumintiari Widiastuti
Luar biasa
Diah Ratna
seru,lanjut lastri
Giantini
gimna cerita nya kenapa nyiksa batin istri pertama.. mana yg judulnya membalas hinaan kalian...gk nyambung sama ceritanya
Giantini
nego lestari
Mbak Rina
hidup dengan pelacur, sukanya nggak seberapa..dosa sama menderitanya seumur hidupnya..
tambah keluarga toxic,menjijikkan jadi lelaki..
Hamidah Nasar
Najis bgt pemeran Hendra ini
Hamidah Nasar
mulai tenang deh
Hamidah Nasar
Gedeg bgt
Widya Asyanti
baru tau,rasakan
Widya Asyanti
mantap
Widya Asyanti
sekarang pelakor lbh galak dr istri pertama
Widya Asyanti
hamil
Widya Asyanti
keluarga biadab, tinggalkan saja
Putri Asmaradiana
Luar biasa
Titin Maryati
iya Thor kasian Lastri 🙏🙏😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!