Siapa sangka takdir membawa Kevin harus terperangkap di pondok pesantren. Dirinya tidak bisa sebebas dulu, membuat Kevin frustasinya luar biasa. Namun siapa sangka, di sana ada sosok bidadari tak bersayap yang selalu membuat mata Kevin berseri-seri. Hari-harinya yang di pikir terasa suram di pondok pesantren, namun menjadi cerah. "Ustadzah, mau enggak jadi istri saya, nikah sama saya, kalau ustadzah nikah sama saya enggak bakalan nyesel deh. Saya ganteng, kaya lagi, saya anak tunggal loh... Keluarga Pradipta lagi." ucap Kevin dengan songong, matanya mengedip pada ustadzah galak yang mengajar di kelasnya. Nadzira -- sosok ustadzah itu mendelik pada santrinya itu. "Jangan ngimpi kamu. Type saya enggak modelan kayak kamu. Cepat kerjakan hukuman kamu, jangan banyak tingkah." Cetus Nadzira galak. Kevin tidak tersinggung, cowok itu malah tersenyum lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Kevin sudah dilema hebat , bahkan dua Minggu ini sudah berusaha keras untuk melupakan Nadzira namun hasil nya sama . Dirinya semakin terpaut oleh gadis cantik itu . Bahkan semakin Kevin menghindari Nadzira semakin tersiksa nya diri Kevin . Sakit dan sesak itu yang Kevin rasakan .
Selama dua Minggu ini juga , Kevin selalu dekat kepada sang pencipta . Kevin selalu melaksanakan shalat di sepertiga malam nya , memanjatkan doa nya agar bisa melupakan gadis yang akan menikah dengan orang lain itu .
Namun entah mengapa Kevin malah selalu terbayang-bayang wajah Nadzira , dan Kevin tidak sanggup untuk terus menerus seperti ini . Bisa gila Kevin lama-lama .
Dan akhirnya Kevin memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua nya. Dirinya akan melanjutkan pendidikan nya lagi di sekolah nya dulu .
"Vin , kamu seriusan ini mau pergi .? Kamu padahal udah banyak berubah loh . Kamu di sini aja ya ? Sebentar lagi juga kita bakalan ujian . " Ucap Rahul yang tidak rela Kevin pergi , bagaimana pun Kevin orang baik . Dia sahabat Rahul satu-satunya yang Rahul punya .
Kevin menggeleng kan kepala nya , keputusan nya sudah mantap , dan tidak bisa di ganggu gugat lagi . Hari ini juga dirinya akan berbicara pada kyai Mahmud dan meminta pria itu untuk menghubungi kedua orang tua nya . "Gue bener-bener mau pulang ajalah , gue enggak bisa jauh dari mama gue . " Sahut Kevin berbohong, jelas dirinya tidak mau berkata yang jujur , buat apa dirinya berkata jujur , karena sama saja , sesuatu itu tak akan pernah Kevin gapai .
Rahul menghela nafas nya dengan kasar , dirinya tau kenapa Kevin memutuskan untuk pergi . Itu pasti karena Ustadzah Nadzira. Sebab , selam dua Minggu ini, Rahul selalu memperhatikan tingkah laku Kevin yang sedikit menjauh dari Ustadzah Nadzira , bahkan sahabat nya itu sering uring-uringan. Dan bisa Rahul tebak , jika itu semua nya menyangkut Ustadzah galak itu .
Karena Ustadzah Nadzira akan menikah seminggu lagi dengan Abang nya .
"Vin, kamu mau kemana ?" Tanya Rahul saat melihat Kevin ingin keluar dari ruangan kelas .
"Gue mau ketemu kyai Mahmud , gue mau ngomongin tentang kepulangan gue . " Sahut Kevin.
Rahul mendesah , menjatuhkan kepala nya di meja , sungguh dirinya tidak rela jika Kevin pergi dari pondok pesantren ini . Itu berarti Rahul tidak punya teman lagi nanti nya . Karena hanya Kevin , teman satu-satunya yang tau bagaimana dirinya .
Sementara Kevin sudah berjalan ke arah ruangan tempat dimana keberadaan kyai Mahmud, namun sebelum sampai di ruangan pria itu, Kevin malah melihat siluet kyai Mahmud berdiri di samping gedung kantor .
Langsung saja Kevin menghampiri kyai Mahmud .
"Assalamualaikum kyai " ucap Kevin sopan .
Kyai Mahmud menoleh , lalu tersenyum kepada anak sahabat nya itu . "Wa'alaikum salam "
Kevin meraih tangan pria itu lalu mengecup punggung tangan nya.
"Ada apa nak Kevin ? Ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan ? Bicarakan saja pada saya . Apa kamu rindu dengan kedua orang tua kamu ? Kalau iya , ayo shya akan hubungi mereka . " Ucap kyai Mahmud .
Kevin tersenyum . "Saya berniat bertemu dengan kyai ingin menyampaikan sesuatu kyai . "
"Ya , katakan lah nak . Saya akan mendengarkan nya . Apakah kamu mengalami kesulitan selama di sini ? Kalau kamu kesulitan tidak perlu sungkan , saya akan membantu kamu ." Ujar kyai Mahmud .
Kevin lagi tersenyum , baik sekali pria itu , tapi sangat berbeda dengan sikap ustadz Malik .
"Saya ingin mengatakan jika saya ingin keluar dari pondok pasantren ini. Saya minta pada kyai untuk menghubungi kedua orang tua saya . "
Deg
Kyai Mahmud terkejut mendengar nya . "Kenapa nak ? Apakah kamu tidak betah berada di sini ? " Tanya Kyai Mahmud , sungguh dirinya tidak menyangka jika Kevin akan mengatakan hal itu .
"Atau ini ada sangkut pautnya dengan anak saya Malik ? Saya sering melihat kamu di hukum oleh nya. Bahkan terkesan berlebihan , kalau hal itu , saya akan meminta nya untuk menghentikan tindakan nya yang semena-mena itu. " Bukannya kyai Mahmud tidak sering menegur Malik ketika memberikan hukuman pada Kevin , tapi mau bagaimana lagi ,Malik itu keras kepala , kyai Mahmud selalu kalah dengan perkataan Malik.
Kevin ya , pemuda itu sudah banyak berubah, tapi tetap saja , ustadz Malik selalu saja mencari celah agar bisa menghukum Kevin . Dan kyai Mahmud selalu takut jika Kevin akan mengadu pada kedua orang tua nya . Maka kalau kedua orang tua Kevin menghubungi nya , kyai Mahmud selalu saja beralasan , dan tidak memberitahu kan kepada Kevin.
Kevin menggeleng kan kepala nya. Kalau masalah hukuman dari ustadz Malik itu, dirinya mana ambil pusing, tapi ini masalah hati . Hati Kevin sudah hancur , dan dirinya tidak bisa bertahan lama di sana. "Enggak kyai. Saya hanya ingin tinggal bersama dengan kedua orang tua saya saja. Saya ingin hidup seperti dulu . Saya seperti nya tidak bisa jauh dari kedua orang tua saya. " Alasan Kevin .
Kyai Mahmud menghela nafas nya kasar, ingin membujuk Kevin lagi tapi kalau alasan nya sudah seperti itu dirinya harus berkata apa lagi ? Sebab dirinya tau kalau Kevin itu anak satu-satunya , Kevin selalu di manja , jadi tak ayal jika Kevin tidak bisa berjauhan dengan kedua orang tua nya.
Kyai Mahmud mengangguk kan kepala nya . "Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan kamu,. Tapi saya hanya bisa kasih saran bertahan lah di sini dulu , karena sebentar lagi juga kamu akan lulus . Saya lihat kamu juga banyak perubahan Kevin. Tapi jika kamu sudah memutuskan seperti itu , saya hanya bisa bilang , semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya , selepas dari pondok pesantren ini . " Ucap kyai Mahmud .
Kevin mengangguk kan kepala nya . "Terimakasih kyai , saya mohon maaf jika selama saya di sini sudah banyak tingkah laku saya yang kurang berkenan , dan saya minta maaf sebesar-besarnya kepada kyai. "
"Saya juga ya Kevin, manusia tempat nya khilaf, dan saya tidak bisa menamlik hal itu , kalau saya juga punya salah . Saya minta maaf . " Ucap kyai Mahmud .
Kevin mengangguk kan kepala nya . "Kalau gitu hubungi orang tua saya ya kyai ."
"Iya , mari kita hubungi , ponsel saya kebetulan ada di dalam ruangan saya. "
Setelah itu kyai Mahmud pergi mengajak Kevin ke ruangan nya .
Dan tanpa kedua nya sadari , sosok Nadzira meneteskan air mata nya tidak jauh dari sana .
•
"Kamu kenapa harus datang ke Indonesia ? Saya sudah tegaskan sama kamu ! Tetap di sana , dan saya akan selesaikan semua nya . Dan kita akan berakhir secepat nya . " Ucap seorang pria , mata nya menelisik ke sana kemari takut ada seseorang yang melihat nya .
Wanita yang ada di hadapannya langsung saja berdecak tak suka mendengar nya. "Saya datang karena ingin pertanggungjawaban dari kamu ! Jangan menyangkal nya lagi Malik ! Ini anak kamu , darah daging kamu "
Deg
Kevin langsung terkejut mendengar suara seseorang itu . Langsung saja dirinya mencari sumber suara perdebatan itu .