Almayira seorang gadis yang sangat religius, dia tidak pernah melepaskan niqobnya.
Namun di suatu hari ketika dia mengantar temannya, untuk menemui seorang laki_laki justru dirinya yang malah direnggut kehormatannya secara paksa sehingga
menyebabkan dia hamil saat masih sekolah, demi menutupi kehamilannya dia selalu menggunakan jaket.
Bagaimana nasib mayira? Apakah pria itu akan bertanggung jawab?
Penasaran? makanya baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Bara
Sontak saja Bara kembali menutup matanya, dan untungnya mayira tadi tidak sadar bara membuka mata. Karena matanya terbuka sedikit, mayira mendekat kearah bara. Untuk memastikan, bahwa suaminya itu benar_benar sedang tidur.
Mayira mendekat kearah Bara dia mengibas_ngibaskan tangannya, di depan wajah bara dan sepertinya laki_laki itu sudah tidur. Bara mati_matian menahan agar matanya tidak bergerak, aroma kulit mayira tercium oleh bara.
Aroma vanilla Bara ingat waktu malam itu, karena aroma inilah dia hilang kendali. Memang harum, tapi bara tidak tahu kenapa dirinya seperti itu.
"Alhamdulillah" Ucap mayira mengusap dadanya ia bernafas lega, lalu kembali ke aktivitasnya tadi. Bara masih akting, berpura_pura tidur.
Setelah selsai memakai baju mayira meraih mukenah yang ada di raknya, menghamparkan sajadah pada lantai. Menghadap kiblat ini sudah masuk shalat isya, sebenarnya ia ingin membangunkan bara. Untuk sholat berjamaah, tapi urung ia lakukan karena takut bara marah.
Bara memperhatikan semua gerak gerik mayira, dalam sholatnya. Bara merasa ada yang aneh, dan sedikit menghangatkan hati.
"Baru juga beberapa kenal ama lo, kenapa rasanya begitu banyak yang merubah hidup gue. Seperti diputar 180%" Bara membatin benci sama mayira hanya karena dia terlalu baik, dan terbilang naif bagi bara. Itu cukup masuk akal menjadi alasannya, bara tidak tau bagaimana menjalani hidupnya kedepan.
"Audzubillahi iminasyaiton irojiim
Bismillahirrahmanirrahim
Alif laam miim."
Żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn
Allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
Replek bara menoleh kearah mayira, saat mendengar alunan ayat suci dilantunkan. Bulu roma bara seketika berdiri merinding mendengarnya, suaranya begitu halus dan lembut dengan indah masuk ke pendengaran bara.
Bara menikmati lantunan mayira, tidak terasa seolah dibelai angin. Membuat bara terhanyut dalam mimpi, saking merdunya suara mayira.
Mayira menyelesaikan bacaanya, dia menoleh kearah pria yang kini telah resmi jadi suaminya. Dan bara masih terlelap. Mayira bangun merapihkan mukenahnya dan meletakkan ditempatnya, ia meraih cadarnya dan memakainya siap_siap jika bara nanti kebangun.
Sebenarnya bisa saja mayira tidur diranjang juga, karena ranjangnya gede tapi dia memutuskan tidur disofa saja. Karena Mayira belum terbiasa tidur dengan laki_laki, meskipun bara sekarang sudah jadi suaminya.
Tidur disofa juga bukan pilihan bagus, pasti nanti pas bangun badanya pegel_pegel. Walaupun sofanya empuk, beberapa menit berlalu diluar dugaan mayira pun tertidur. Mungkin karena lelah menghadapi kenyataan hari ini, ia juga lelah menangis.
Kedua pengantin ini hanyut dalam mimpi, melupakan bahwa malam ini adalah malam pertama mereka.
Dddrrrrtt
Ponsel disamping bara bergetar, dengan tidak ikhlasnya ia membuka mata karena terganggu oleh deringan itu.
Bara menempelkan pada telinganya, ia belum sepenuhnya sadar.
[ "Bara lo kemana aja sih, gue telepon dari tadi gak lo angkat" ] Terdengar suara seseorang disebrang sana, orang itu mengucapkan kata dengan nada yang gak sabaran.
[ "Emang kenapa? ] tanya bara parau.
[ "Ini emergency" ]
[ "Iya apa? ]
[ "Markas diserang" ]
Bara tiba_tiba bangun dari tidurnya, dia membuka matanya [ "Ya udah gue kesana" ]
Bara melihat jam tangan yang tertera di layar ponselnya, ini sudah jam 1 dini hari pasti penghuni rumah ini sudah tidur nyenyak.
Mata bara tertuju pada gadis bercadar yang meringkuk diatas sofa, "Ini kenapa tidur disini sih kalau anak gue kenapa_kenapa gimana? dasar tuyul.
Dengan telaten bara menggendong tubuh mungil istrinya ala bridal style, walaupun diawal ia sempet ragu. Pasti jika mayira dalam keadaan sadar, ia tidak mau digendong dan bersentuhan kulit dengannya. Bara ingat pada malam awal mereka masalah mereka, mayira memukulnya tanpa ampun. Bara akui itu memang sakit, bukan sakit lagi tapi sakit pake banget.
Hati_hati bara menurunkan mayira diatas ranjang, kan bahaya kalau sampe ia banting anaknya juga bisa bahaya.
"Masih juga pake cadar, gue udah lihat semua. Bahkan sampai ke inti\_intinya, ya walaupun malam itu lo gak mau buka cadar. Dan gue pun lagi gak sadar sepenuhnya, tapi gue masih ingat sedikit dan masih sakit nih bekas pukulan lo dasar tuyul.
******
Mau tidak mau hari ini mayira berangkat bersama bara, naik motor laki_laki itu padahal mayira sudah nolak. Dan mengatakan berangkat naik mobil diantar supir, bara tetap membiarkan istrinya naik mobil. Tapi mayira tidak menyangka, dengan cara pikir bara dan aksinya.
Dengan gesit bara menghentikan mobil yang dinaiki mayira, saat sudah hampir sampai disekolah.
Bara turun dari motor birunya, "Turun lo bareng gue aja" bara mengetuk_ngetuk kaca mobil di bagian penumpang.
Mayira dengan terpaksa membukanya, karena bara tidak berhenti mengetuknya. "Kak bara ada apa?
"Lo budeg, gue bilang turun"
"Ihh kak ini kan dikit lagi nyampe sekolah, nanggung" Ucap Mayira.
"Justru itu, cepetan turun" paksa bara.
"Kenapa emangnya? Mayira bingung.
"Banyak nanya lo" Bara membuka paksa, pintu mobil. Dengan mengulurkan tangannya, kedalam.
Bara menarik mayira keluar dari mobil, agar mengikutinya mayira hendak protes. Tapi apalah daya bara tidak bisa dilawan, untung saja bara tidak langsung nyentuh kulitnya. karena terhalang baju seragamnya..
"Pak, udah pulang aja.. Ucap Bara.
"Nih lo pake.. bara memberikan helm pada mayira.
Tidak membantah mayira menurut saja, "Beri alasan Kak kenapa kita harus berangkat bareng"
Bara menatap mayira, "Biasanya lo naik mobil dianter sampai mana? Tanya Bara.
"Sampai gerbang sekolah" Jawab Mayira.
"Setelah itu kekelasnya? Tanya Bara lagi.
"Jalan kaki lah kak" Jawab Mayira mencoba dengan nada yang lembut, meskipun hatinya udah gak karuan.
Bara manggut_manggut, "Capek kan jalan kaki? Kali ini Mayira hanya mengangguk. "Ntar anak gue kenapa_napa lagi".
Setelah nya bara memasang helmnya, "Lah emang boleh bawa motor sampe kelas? Tanya Mayira bingung.
"Setidaknya lo ngga perlu jalan sampai parkiran" Jawab Bara seakan perhatian.
Sampai disitu mayira gak nanya_nanya lagi, karena bara pasti punya jawaban. Cara berpikir bara kejauhan untuk dijangkau, bisa_bisanya dia berpikir sampai kesitu. Jujur sih mayira emang capek kalau jalan dari gerbang sampai kelas, apalagi saat ini dirinya sedang berbadan dua udah pasti akan mudah merasa letih.
Bara mengambil sesuatu dari dalam tasnya, lalu menyerahkan pada mayira. Ternyata itu jaket, bara tau aja kalau mayira emang butuh itu.. uluh_uluh to tweet. "Nih pake buat nutupin paha lo" buusshh demi apa pipi mayira merah bagai tomat, itupun andai bara bisa melihat ya.
Diam_diam mayira mulai mengagumi sikap bara, yang begitu perhatian dan peka banget. Padahal mayira ingin mengatakan itu, tapi ternyata emang si abang bara ini instingnya kuat ya. Ikatan batin kali ya..
Bara sudah berada diatas motornya, disusul mayira kali ini bara sudah siap menahan motornya agar tidak oleng.
Setelah dirasa cukup bara mulai melajukan motornya, jam masih menunjukan 6.30 jadi bara bisa membawa motornya dengan santai.
Suasana hening hanya deru motor, dan suara cicit ban mobil di jalan yang terdengar.
"Lo jangan geer, gue ngelakuin ini semua demi anak gue" Tuh kan bener si abang ganteng ini, tadi mayira beneran geer loh. Sekarang malah dijatuhin lagi, dasar cowok mh emang gitu nyebelin. Apa semua cowok gitu ya? Nah loh gegara bara nih, mayira nething kan jadinya ah elah dasar si bar bar.
"Siapa juga yang geer" Jawab mayira santai.
"Bagus deh" Jawab Bara lebih selow lagi.
____Tbc____