Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 31
Afika lalu berdiri dan perlahan melangkahkan kaki mencoba untuk keluar dari ruangan kerja Adrian. "Ada apa dengan ku? Kenapa semenjak hamil aku selalu memikirkan Adrian? Jangan-jangan, ingat Adrian sudah memiliki kekasih dan juga, dia telah berlaku kasar kepadaku." Batin Afika. Adrian yang melihat Afika berjalan dengan cara mengendap-endap langsung teriak kencang memanggil nama Afika.
"Afika..." Teriakan Adrian mampu membuat Afika menghentikan langkah kakinya, sedangkan Baby, dia menutup kedua kupingnya dengan tangan, karena sungguh suara Adrian mampu membuat gendang telinga berdering. "Siapa yang menyuruhmu untuk keluar dari ruangan ini?"
"Kak." Bukannya Afika yang menjawab, namun melainkan Baby. Ia tidak suka dengan Adrian yang melarang Afika untuk keluar dari ruangan kerja ini. "Biarkan Afika keluar, aku ingin berbicara dengan mu kak." Kata Baby.
"Jangan pernah berani bergeser sedikit pun. Jika berani maka aku akan..."
"Kak." Sentak Baby.
"Situasi macam apa ini? Kenapa aku harus berhadapan dengan adik kakak yang sedang bertengkar." Gumam Afika yang masih tetap setia berdiri di posisinya. Sedangkan Inggrid yang sangat penasaran dengan sosok Afika saat pertama kali datang, kini sedang berdiri di depan pintu menguping pembicaraan mereka di dalam sana.
Bagaimana Inggrid tidak penasaran, jika di lihat dari wajah dan postur tubuh. Inggrid dapat mengira jika umur Afika hampir sama dengan umur Baby. Dan tidak mungkin gadis cantik itu menjadi pembatu di mension Adrian. Mengingat juga, Adrian tidak akan mungkin memperkerjakan gadis yang masih mudah, dan juga tidak mungkim Baby memiliki seorang teman karena Inggrid sudah tahu pasti, jika Baby tidak pernah ingin berteman dengan siapa pun kecuali pada dirinya dulu. Dan untuk hubungan, Inggrid masih menerkah-nerkah hubungan apa yang terjalin antara Afika dan juga Adrian. Namun, Inggrid masih berupaya menepis, mengingat dirinya masih yakin jika Adrian hanya mencintai dirinya.
"Jika memang kak Adrian mencintai Inggrid. Maka nikahi dia. Jangan biarkan dia tinggal di mension ini jika tidak ada hubungan sama sekali." Kata Baby yang membuat Adrian cukup tercengang. Begitu pun dengan Afika, dia justru merasa sedih mendengar perkatan Baby. Afika justru bertanya pada dirinya sendiri kenapa harus ada rasa seperti ini. Padahal jelas sekali, Afika sangat membenci Adrian. Sungguh semenjak mengandung sifat Afika lebih sensitif.
Adrian menoleh ke arah Afika, keduanya saling menatap satu sama lainnya. "Baiklah." Kata Adrian dengan mantap saat melihat raut mata Afika menunjukkan kesedihan.
Di luar sana, Inggrid bersorak gembira karena mendengar jawaban yang di lontarkan oleh Adrian yang membuatnya seperti terbang melayang. Tidak di sangkah, kepulangannya membuat Adrian semakin yakin untuk menikahi dirinya.
Kecewa dengan jawaban sang kakak, Baby langsung menarik tangan Afika. "Jangan pernah sesali keputusanmu kak." Kata Baby langsung mengajak Afika keluar dari ruangan kerja Adrian.
Di depan pintu, Inggrid kaget karena Baby dan Afika keluar dan mata Baby langsung menatap tajam pada Inggrid. "Kau sudah dengar bukan? Tapi ingat, sampai kapan pun aku tidak akan pernah setuju." Ucap Baby, dan kembali melanjutkan langkahnya sambil menarik lengan Afika.
"Setuju atau tidak itu bukan urusanku Baby. Aku hanya ingin kakak mu bukan dirimu." Gumam Inggrid.
•••
Kini Nadi dan juga Afika sedang berada di taman samping rumah. Pohon yang menjulang tinggi yang berada di hadapan mereka membuat keduanya langsung tertawa. Mereka kembali mengingat masa lalu, saat Afika berusaha mencoba untuk meloloskan diri dari mension ini.
"Kau ingat Nadi. Aku memanjat pohon itu. Tanpa perduli semut merah menggigitku."
"Dulu aku sempat berfikir. Apakah wanita ini spidergirl, kenapa dia sangat hebat dalam hal memanjat." Perkataan Nadi kembali membuat Afika tertawa. Afika tidak menyangkah di balik wajah datar Nadi ternyata Nadi orang yang baik yang bisa di ajak komunikasi dan juga memiliki selerah humor yang tidak buruk. "Bagaimana kandunganmu? Baik-baik saja?" Tanya Nadi membuat tawa Afika berhenti. Kini Afika kembali mengusap perutnya.
"Iya dia baik-baik saja. Hanya saja sekarang aku lebih sering lapar."
"Itu hal yang wajar. Jika kau menginginkan sesuatu, katakan padaku. Jika aku ke kota maka aku akan membelikan semua kebutuhanmu."
"Terima kasih Nadi. Kau memang teman terbaikku."
Nadi lalu memberikan Afika bingkai foto yang terlihat sangat unik dan lucu.
"Apa ini Nadi?"
"Bingkai foto, ino hadiah untukmu."
"Untukku?"
"Kelak jika kau sudah melahirkan aku ingin kau memasang foto pertama mu dengan bayimu di sini."
"Nadi." Ucap Afika yang sangat tersentuh dengan ucapan Nadi. Kini Afika memengang bingkai foto itu dengan mata yang berseri namun juga berkaca-kaca. Dan tanpa mereka sadari sejak tadi Adrian melihat mereka dari layar ponselnya. Adrian yang merasa marah mengepalkan tangannya. Inilah yang membuat Adrian marah dahulu. Karena Adrian hanya meminta Nadi untuk membeli buah naga, tapi Nadi malah menyempatkan membeli hadiah untuk Afika.
"Afika, buah nya sudah siap." Panggil Sri yang tadi membuat jus buah naga untuk Afika. Entah kenapa Afika sangat ingin minum jus itu, untung saja saat Sri membereskan ruangan kerja Adrian, Sri menemukan buah naga yang berserakan di lantai.
Dengan penuh semangat Afika langsung berlari ke arah dapur. Ia sungguh tidak sabar ingin meminum jus buah naga.
Saat Afika hendak mengambil gelas yang terletak di atas meja makan. Tiba-tiba saja tangan Adrian lebih dahulu mengambil gelas tersebut. Sontak Afika langsung menoleh dan melihat Adrian yang kini berdiri tegap dengan tatapan mata yang sangat tajam.
"Jusku." Kata Afika sambil berusaha mengambil jus di tangan Adrian. Namun Adrian mengangkat tinggi tangannya sehingga sulit bagi Afika untuk meraih gelas tersebut. Afika berusaha meloncat bahkan tanpa sadar tangan Afika yang satu memengan kuat baju Adrian, dan tangan yang satunya berusaha untuk meraih gelas tersebut.
Nadi dan Sri hanya diam tidak berani berbicara.
Tubuh Afika dan Adrian sangat begitu dekat. Afika bagaikan anak kecil yang sedang ingin mengambil es cream.
"Murahan." Kata Adrian membuat Afika tersadar dan langsung berhenti meloncat. Kepala Afika mendongak ke atas dan kepala Adrian menunduk. Keduanya begitu sangat dekat. "Penggoda." Kata Adrian kembali membuat Afika menundukkan kepalanya dan langsung spontan memundurkan langkahnya. Namun Adrian langsung meraih pinggang Afika sehingga membuatnya kembali berdekatan.
"Lepaskan." Kata Afika yang merasa gugup.
"Kau ingin jus ini?" Afika tidak lagi menjawab, kini matanya hanya berkaca-kaca. Tubuh Afika bergetar, karena merasa takut. Adrian menautkan satu alisnya.
"Lepaskan." Lirih Afika. Kini air mata menetes membasahi pipinya. "Tolong lepaskan aku. Lepaskan." Afika memukul Adrian, dan mencoba untuk melepaskan dirinya.
salah tulis nama