🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥
———
"Mendesah, Ruka!"
"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.
"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"
"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.
"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"
———
El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.
Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.
Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Ruka???"
Ruka terpaku di tempat, terkejut melihat sosok Diego berdiri hanya beberapa langkah di depannya. Mata pria itu menatap tajam, seakan ingin memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar Ruka.
"Lo sama dia?" Diego akhirnya membuka suara, nadanya penuh ketidakpercayaan. Tatapannya kini berpindah ke El, yang balas menatap dengan senyum tengil tanpa sedikit pun terganggu oleh aura menantang Diego.
El menyelipkan tangan ke saku celananya, terlihat santai, meski jelas dia memerhatikan dengan seksama. "Kenapa? Ada yang salah?" tanyanya, dengan nada tenang tapi penuh provokasi.
Ruka merasa dadanya mulai sesak. Otaknya berputar cepat, mencari jawaban yang bisa meredakan situasi tanpa menimbulkan drama tambahan. Namun, semakin dia mencoba berpikir, semakin buntu dia jadinya.
"Diego... ini, um..." Ruka mencoba berbicara, tapi suaranya terdengar lemah.
El, yang sudah muak dengan ketegangan tanpa alasan, akhirnya membuka suara. "Gue El Zio. Su—"
Namun sebelum kata-kata itu sempat keluar dari mulutnya, Ruka buru-buru memotong. "Dia anaknya teman nyokap gue," katanya cepat, wajahnya sedikit memerah. "Kebetulan nyokap El lagi main ke rumah gue, jadi beliau nyuruh gue beli kue sama dia."
Diego tampak sedikit terkejut mendengar penjelasan itu, tapi akhirnya mengangguk, meski masih terlihat sedikit ragu. "Oh, gue kira lo lagi ngedate sama dia."
"Enggak mungkin!" sergah Ruka cepat, suaranya nyaring, terlalu nyaring. "Kita cuma korban orang tua yang berteman. Kalau bukan karena mereka, kita juga gak mungkin jalan bareng. Ya kan, El?"
El memutar bola matanya sambil menatap Ruka dengan ekspresi malas. "Iya, iya, korban banget," gumamnya, tapi kemudian dia menunduk sedikit, mendekatkan wajahnya ke telinga Ruka, dan berbisik, "Ingat, hubungan kita lebih dari itu, Sayang."
Ruka, yang merasakan panas di pipinya semakin menjadi, langsung menginjak kaki El dengan sekuat tenaga. "Diam, El!" desisnya sambil memasang senyum palsu di depan Diego.
El menahan erangan sambil menarik napas dalam, berusaha tidak memperlihatkan rasa sakitnya. Namun, senyum tengilnya kembali muncul seketika. "Gue ngerti, kok," katanya pelan, cukup rendah untuk hanya didengar oleh Ruka. "Lo malu ngakuin gue di depan dia."
"Astaga, El, lo mau gue tonjok di sini juga?" balas Ruka dengan suara rendah, tapi matanya berkilat penuh peringatan.
Diego, yang masih berdiri di sana, tampak bingung dengan interaksi aneh antara keduanya. "Hmm... ya udah deh, kalau gitu pulang sama gue aja yuk?" tawarnya.
"Apa-apaan, lo gak denger tadi dia kesini sama gue?" El langsung menyela dengan suara yang meninggi, tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Matanya menatap Diego dengan tatapan tajam yang memancarkan rasa tidak suka.
Ruka yang merasa canggung, dengan cepat berusaha menenangkan suasana. "Sorry, Di. Gue tadi kesini sama El, apa kata nyokap gue kalau gue balik sama lo." Dia berusaha tersenyum, walaupun hatinya terasa berat melihat raut kekecewaan di wajah Diego.
Diego terdiam sejenak, matanya menyiratkan kekecewaan yang sulit disembunyikan. Namun, dalam sekejap, ekspresinya berubah lebih ringan, berusaha untuk tidak membuat situasi menjadi canggung. "Oh, ya udah kalau gitu," katanya sambil mengangguk pelan.
"Di, gue pamit ya. Salam buat nyokap lo," kata Ruka, berharap bisa mengakhiri pembicaraan ini dengan lebih lancar.
"Iya, hati-hati, ya," jawab Diego, suaranya masih terdengar lembut, meskipun ada sedikit rasa kecewa yang mengintip dari dalam matanya. Sebelum pergi, dia menatap El untuk terakhir kalinya, memberi peringatan kecil yang hanya dimengerti oleh mereka berdua. "Lo jagain Ruka!" ujar Diego dengan nada sedikit serius, menekankan kata "jagain".
"Tenang aja, dia aman di tangan gue," jawab El santai, meskipun sebenarnya dia merasa sedikit tersinggung dengan peringatan itu.
***
Sesampainya di rumah, Ruka langsung melotot tajam pada El, wajahnya penuh amarah yang sulit disembunyikan. "Lo tadi sengaja ya mau bilang ke Diego kalau lo suami gue?" tanyanya, suaranya bergetar, mencoba menahan emosi yang semakin membesar.
El yang baru saja meletakkan kotak-kotak brownies di meja, menoleh dengan santai. Senyum sinis terukir di bibirnya, seolah tak terpengaruh oleh tatapan tajam Ruka. "Kenapa? Lo nggak suka? Gue kira lo juga nggak masalah." El melepaskan jaketnya dan melemparkan pandangan penuh arti ke arah Ruka.
Ruka merasa darahnya mendidih. "Lo ngerti nggak sih, gue nggak mau masalah pribadi gue jadi bahan omongan orang lain?" mata Ruka membara, "Bukannya lo juga mau nutupin pernikahan kita? Kenapa lo tiba-tiba mau jujur sama Diego?"
El terdiam sejenak, mendengar pertanyaan tajam yang keluar begitu saja dari Ruka. Wajahnya yang semula tenang, kini sedikit berubah, ada kerutan di keningnya saat dia mencoba mencari jawaban.
"Lo mau publish pernikahan kita?" tanya Ruka lagi, suaranya semakin meninggi, penuh emosi yang tak terbendung. "JAWAB EL!"
Bersambung....