Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Keesokan harinya, “blam...bang...blam,” Rio dan Jay berlatih tanding di tepi pantai dengan mengerahkan segenap kekuatan mereka, Sarah mencoba menembus pelindung Tania untuk memperkuat serangannya juga mengatur emosinya dan Alex mengajari Lina menggunakan kekuatannya secara maksimal. Mereka berlatih dari pagi sampai siang, setelah itu mereka masuk ke dalam villa untuk beristirahat. Ke enamnya duduk di sofa sambil menenggak air mineral dan menyeka keringat mereka.
“Wuiiih...seger,” ujar Rio.
“Enak ya kak...udah lama ga latihan,” tambah Jay menggunakan tablet.
“Hehe akhirnya gue bisa keluarin pedang tanpa harus marah, makasih kak Tania,” tambah Sarah.
“Sama sama, tapi maaf ya, gue ga bisa di garis depan kecuali bikin pelindung dan menyembuhkan luka,” balas Tania.
“Santai, paling depan ada Rio, belakangnya ada Jay dan Sarah, trus ada aku dan Lina, kamu paling belakang ga apa apa,” ujar Alex sambil merangkul Tania di sebelahnya.
“Hehe iya, urusan tembak menembak serahkan sama gue,” balas Lina.
“Tongkat itu bisa untuk serangan jarak dekat juga loh, mau latihan bela diri ?” tanya Rio kepada Lina.
“Boleh, ajarin gue dikit kak, cara berantem pakai dua tongkat ini,” jawab Lina.
“Sama kayak pedang kan, ntar gue ajarin Lin,” balas Sarah.
“Sip, thanks Sar,” balas Lina.
“Sparring lagi kak Rio ?” tanya Jay menggunakan tabletnya.
“Ok ayo, kita keluar lagi,” jawab Rio.
“Oi ntar dulu, ga mau makan dulu ?” tanya Alex.
“Tanggung, lo dan yang lain duluan aja, ayo Jay,” ajak Rio.
Rio dan Jay kembali berjalan keluar dari villa meninggalkan yang lain, Alex menggelengkan kepalanya,
“Dari tampangnya si Rio, udah ketahuan banget dia seneng, jadi inget waktu dia lawan gue,” ujar Alex.
“Iya, biarin aja, biar aja sampe puas, (menoleh ke Lina) lo ga khawatir Lin ?” balas Sarah.
“Khawatir, tapi biarin deh, gue sendiri ga tau kok gue ada perasaan aneh ke Jay ya, apa gara gara gue sering denger mba Ani cerita soal anak yang di asuhnya di asrama,” jawab Lina.
“Ya ga apa apa juga kale, ga usah di pikirin, gue aja pas ketemu Rio langsung penasaran ama dia,” balas Sarah.
“Kalau aku sih seneng denger kamu cerita macam macam Lex hehe,” ujar Tania sambil merebahkan kepalanya ke pundak Alex.
“Yah aku cuma cerita soal pengalaman ku di dunia yang lama,” balas Alex.
“Ngomong ngomong mba Ani, gue masih penasaran loh, dia ada nomer smartphone nya ga sih ?” tanya Sarah kepada Lina.
“Dia ga pake smartphone Sar,” balas Lina.
“Hari gini ga pake smartphone ? aneh banget sih,” balas Sarah.
“Ya gitu deh, walau gue di rumahnya, kadang dia ga pulang karena di rumah sakit, dia menelpon pakai telepon rumah sakit, sampe gue save di smartphone,” balas Lina.
“Tapi dia bilang pindah tugas keluar kota, trus kotanya Jakarta, bingung gue maksudnya,” ujar Alex.
“Mungkin jakarta tempat kita sekarang bukan jakarta sebenarnya kali atau sebaliknya,” balas Tania.
“Blaaaz,” terdengar suara kencang di laut, ke empatnya menoleh ke arah laut dan melihat ada sesuatu yang tercebur ke dalam laut, terlihat juga Rio berdiri di tepi pantai dari kejauhan. Ternyata yang tercebur ke dalam laut adalah Jay yang kemudian langsung maju seperti bayangan dan kembali bertarung dengan Rio,
“Bikin kaget aja, kirain ada monster lagi,” ujar Alex.
“Lah mereka itu monster kali haha,” balas Tania.
“Enak aja,” protes Sarah dan Lina bersamaan.
“Barusan kamu bilang apa Tan ?” tanya Alex.
“Um...mungkin jakarta tempat kita sekarang bukan jakarta yang asli,” jawab Tania.
“Hmm...mungkin,” balas Alex.
“Ah yang bener, masa sih, masa yang kita alami selama ini mimpi ?” tanya Sarah.
“Iya sih, ga mungkin ah, ga percaya gue,” tambah Lina.
“Heeeei,”
Alex, Tania, Sarah dan Lina menoleh melihat ke pantai, mereka melihat Rio dan Jay membopong seorang pria berpakaian tni dan sepertinya sedang terluka di bagian tangannya. Ke empatnya langsung berdiri menghampiri Rio dan Jay yang membaringkan pria itu di teras villa. “Uh,” Pria itu nampak demam tinggi akibat luka di lengannya yang terlihat cukup parah sampai hampir terputus. Tania jongkok di sebelah pria itu,
“Coba aku sembuhkan,”
Tania meletakkan kedua tapaknya di atas luka di tangan sang pria tanpa menyentuhnya. Cahaya hijau mulai menyelimuti lengan sang pria, luka menganga yang hampir memutuskan lengannya perlahan lahan mulai menutup, daging dan kulit yang hilang mulai terisi kembali, wajah pria itu mulai kembali tenang dan terlihat tidak kesakitan lagi walau tidak sadarkan diri. Setelah selesai, “brugh,” Tania jatuh ke belakang karena lelah,
“Kamu tidak apa apa ?” tanya Alex yang menangkap nya.
“Tidak apa apa,” jawab Tania.
“Jay, ayo kita pindahkan dia ke dalam,” ujar Rio.
“Baik kak,” balas Jay menggunakan tablet.
Rio dan Jay mengangkat pria itu dan membaringkannya di sofa panjang yang berada di dalam villa, Sarah dan Lina mengambilkan air minum dan baskom untuk mengompres sang pria agar demam nya turun. Setelah itu, mereka menunggu sang pria bangun dan duduk di sekitarnya,
“Hmm kok bisa ada tentara di sini ? rasanya kemarin pas kita datang ga ada,” gumam Alex.
“Itu dia, tadi kita menemukan dia terdampar di pantai,” ujar Rio.
“Benar benar,” tambah Jay menggunakan tablet.
“Lukanya jelas luka gigitan, apa dia melawan sesuatu seperti naga yang kita lawan kemarin ?” tanya Tania.
“Hmm bisa jadi, mungkin naga yang kita lawan kemarin bukan satu satunya,” ujar Alex.
“Tapi dimana ? dari tadi pagi kok rasanya anteng anteng aja, kita semua tadi di pantai kan ?” tanya Sarah.
“Iya, kita di pantai tidak lihat apa apa, kalau ada pertarungan pasti kedengeran dong, lagian kalau tentara bukannya nembak pakai pistol atau senapan gitu ya, masa ga kedengeran,” tambah Lina.
“Itu yang menjadi tanda tanya, waktu gue dan Jay di pantai juga ga liat apa apa dan satu lagi, gue ga tau pantai pribadi Alex ini sampe mana, tapi aneh ga sih, kok ga ada orang lain ya selain kita,” tambah Rio.
“Oh ya...bener, ga ada orang,” ujar Jay menggunakan tablet.
“Hmm kemarin kita ga jadi beli ikan sih ya, gara gara naga semalem enak,” ujar Sarah.
“Iya kalau ke pasar mungkin ketemu orang,” tambah Lina.
“Hmm kita tunggu dia bangun aja, nanti kita tanya,” ujar Rio sambil melihat pria di depannya.
“Coba deh, naga kemarin itu tiba tiba muncul kan ya, sama kayak orang ini ga sih ?” tanya Alex.
“Iya bener, tau tau muncul dari dalam laut di belakang kita, tiba tiba aja gitu,” jawab Sarah.
“Mungkin ga, teori Tania bener, entah kita yang di jakarta bukan sebenarnya atau orang ini,” balas Alex.
Rio, Sarah, Alex, Tania, Lina dan Jay terdiam, kemungkinan apa yang di ucapkan Tania itu benar walau maksudnya bercanda. “Ugh,” terdengar pria itu melenguh, pria itu membuka matanya, wajahnya nampak kaget dan langsung duduk, dia langsung melihat sekeliling dan melihat lengannya, dia meraba lengannya dengan wajah bingung,
“Pak ?” tanya Rio.
Pria itu menoleh dan melihat ada enam anak muda di depannya, dia langsung kaget dan terjengkang jatuh ke belakang berikut sofanya. Rio dan lainnya membantu dia berdiri,
“Si..siapa kalian ? mana naga nya ? kok rumah ini masih utuh ? seharusnya pantai ini sudah di kuasai naga,” ujar pria yang nampak bingung itu.
“Hmm ?” ke enamnya menjadi bingung dan saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian mereka menatap pria yang terlihat kebingungannya,
“Maksudnya naga, ular naga panjang berwarna merah yang menembakkan laser biru gitu ?” tanya Sarah.
“Iya benar, ada tiga ekor dan mereka menghancurkan pantai ini sampai bersih,” jawab sang pria.
“Hmmmm yang ini ?” tanya Jay menggunakan tablet.
Jay menununjukkan tabletnya ketika mereka berfoto di atas tubuh naga yang mereka kalahkan kemarin.
“Hah...naganya mati ? kok bisa ? kalian yang membunuhnya ? dari tiga ekor yang kita lawan, memang hilang satu, sekarang mana mayatnya ?” tanya sang pria.
“Oh...um...di makan, sisanya di buang ke laut,” jawab Tania.
“A...apa ? jadi kalian benar benar mengalahkan naga itu ? siapa kalian ?” ujar pria itu mulai ketakutan.
“Sebentar pak, sebelumnya ijinkan kami tanya, bapak bilang tiga naga kan, trus yang dua mana ?” tanya Alex.
“Saya tidak tahu, daerah ini seharusnya markas tni ad, kita bertahan mati matian di sini supaya naga naga itu tidak kedaratan, itu sebabnya aku heran, kenapa ada rumah disini, seharusnya di sini hanya ada tenda militer dan tenda pengungsian sementara,” ujar sang pria.
“Ctak,” tiba tiba tubuh sang pria terlihat mulai transparan, tapi tetap saja sang pria nampak kebingungan dan mencoba menghubungi seseorang menggunakan ht yang di bawanya. Akhirnya sang pria menghilang di depan ke enamnya,
“Hmm ?” tanya ke enamnya kaget sampai mereka saling menoleh satu sama lain.
“Maaf ya, orang tadi dan naga kemarin nyasar ke dimensi yang ku buat,”
Terdengar suara seorang wanita di belakang ke enamnya, langsung saja ke enamnya menoleh dan mata mereka langsung membulat,
“Halo anak anak,” sapa sang wanita yang mengenakan pakaian perawat itu.
“Mba Ani ?” tanya Lina.
“Mba Ani ?” tanya Jay menggunakan tablet.
“Mba Ani ?” tanya Alex, Tania, Rio dan Sarah sambil menoleh melihat Lina dan Jay di sebelah mereka.
“Hehe...kenalkan namaku Anissa Lestari, aku seorang perawat hehe,” ujar Anissa.