Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar menemb4k
Sesampai dirumah, Albert mengantar Bella lebih dulu untuk masuk ke kamarnya. Setelah itu, ia memasuki ruangannya yang ternyata disana sudah ada Frans, Joe dan juga Mark.
"Mark, aku mau kau mencari tau siapa orang yang sudah mencelakai Bella! Dan pastikan orang itu mendapat hukuman!" perintah Albert berjalan menuju jendela besar yang ada diruang nya.
"Baik." Mark pun pergi dari sana setelah mendapat tugas dari ketuanya.
Frans dan juga Joe yang ada disana langsung mendaratkan bokongnya di sofa lalu menuang wine kedalam beberapa gelas kecil yang berukuran ibu jari.
"Minumlah!" ucap Joe menyodorkan segelas wine kepada Albert, setelah itu Joe juga menyodorkan gelas ke Frans.
"Thanks!"
Mereka meneguk minuman itu dengan satu kali tegukan lalu kembali meletakkannya keatas nakas.
"Joe," panggil Albert menatap luar jendela.
"Ya. Ada apa?" jawab Joe di akhiri pertanyaan.
"Aku mau kau mengajari Bella menembak!"
"Apa? Buat apa?" pekik Joe bertanya.
"Agar dia bisa menjaga diri. Kalian taukan kalau gadis itu sudah berada disini. Dan juga kejadian baru-baru ini yang membuat dia celaka," ujar Albert yang dijawab anggukan keduanya.
"Bisa jadi, ini musuh kita," cerca Frans.
"Kau benar. Jadi, kau mau kan mengajar dia menembak?" tanya Albert.
"Kenapa bukan kau saja, atau Frans?" tolak Joe secara halus.
"Frans?" tanya Albert mengerutkan kening, ia sontak berbalik menatap kedua pria itu. "Nggak! Biar aku saja kalau kau tak ingin," lanjutnya.
Mendengar itu, Frans melotot bersama Joe lalu terkekeh. Joe tau, apabila Frans yang mengajar Bella akan membuat Albert terbakar api cemburu. Maka dari itu, Albert sendirilah yang mengambil alih.
****
Ketua mafia Albert Smirt bersama dua pria tampan yang bernama Frans dan Joe, baru saja memasuki gudang tua yang berada di tengah hutan yang terbengkalai.
Saat mereka masuk, mereka melihat Mark dan beberapa bodyguard-bodyguardnya.
Albert yang baru saja di persilahkan duduk oleh Mark langsung menyilangkan kakinya ke depan. Jangan lupa tatapan elangnya menatap ke arah pria yang bersimpuh itu. Dan terlihat Mark sedang memberitahukan sesuatu pada Albert dengan suara kecil (berbisik).
Albert tersenyum licik, "Ternyata kau anak buah dari Klan Joseph?" ucap Albert tenang.
Pria itu berdecih.
Sementara Pablo yang sedang berada di markasnya sedang menemb4k seseorang dengan pist0l yang ia genggam tapi tidak sampai m4ti. Ia hanya menemb4k kaki pria itu. Pablo berjongkok lalu menangkup wajah pria yang ia temb4k lalu mencekiknya.
"Si**an lo! Gue kan sudah bilang gue mau dengar berita bagus. Kenapa lo malah bawa berita buruk hah?"
"Uhukk uhukk! Ma maafkan saya Tuan Pablo, tapi anda tau sendiri kan bagaimana klan Smirt," jawab pria itu menahan cekikan pablo.
"Kenapa, lo nggak ngabisin gadis itu hah?"Ia kembali berdiri lalu berbalik membelakangi pria itu.
"GUE BAKAL H4BISIN LO ALBERT!" umpat Pablo keras setelah meninju dinding dengan sangat keras hingga bunyinya merambat ke seluruh penjuru ruangan.
"Gue nggak bakal nge-biarin lo bahagia. Gue bakal ngebuat lo sakit hati," gumamnya menyeringai.
***
Keesokan harinya, Bella yang baru saja masuk kedalam kelasnya. Ia melihat Raya yang sudah memanggilnya untuk segera duduk bersamanya. Tapi sebelum Bella masuk, ia menatap William dan Boy yang berada di belakangnya.
"William, Boy, kalian pantau aku saja di luar kelas yah!" pinta Bella.
"Tapi Nona," cerca William.
Bella menghela nafas. "Aku mohon!" sambil memohon dengan kedua tangan yang diulur ke depan. "Aku tidak enak sama dosen dan teman-teman sekelas aku kalau kalian ada disini. Kalian tau sendiri kan, saat kalian berada didalam kelas mereka hanya memperhatikan kalian bukan pelajaran dosen," lanjutnya memohon.
"Tapi Nona," cerca Boy
"Pliss!" mohon-nya sekali lagi dengan mata berkaca-kaca.
William dan Boy saling menatap lalu mengangguk. "Baik. Kami akan mengawasi Nona dari luar."
"Thanks!" Bella tersenyum lalu pergi dari sana. Sementara kedua pria yang melihat senyuman Bella hanya diam ditempat. Mengagumi gadis itu.
Cantik.
"Permisi!" Suara pria dari belakang dengan penampilan culun yang sedang membawa beberapa buku, menghentikan lamunan mereka. Hingga keduanya terpekik lalu keluar dari kelas dengan tegap.
Sementara pria culun yang menegur bodyguard Bella langsung tersenyum tipis menatap Bella dari kejauhan. Ia berjalan menghampiri Bella dan duduk tepat di samping Bella.
"Astaga Bella, kening lo kenapa?" tanya Raya sambil memegang kening Bella yang diperban pelaster.
"Ah.. ini, gue abis kecelakaan kecil kemarin," jawabnya.
"Kasian banget sahabat gue," kata Raya.
"Hehe gue nggak apa-apa kok Ray," ujar Bella.
"Siang anak-anak!" sapa dosen yang baru saja memasuki kelas.
"Siang Pak."
"Baik, kali ini Bapak tidak panjang lebar yah. Bapak beri kalian tugas! Dalam satu kelompok, kalian hanya bisa terdiri atas tiga orang! Kalian buat laporan dari pembahasan materi kemarin yah!"
"Baik Pak."
"Kalian kumpul laporannya tiga hari ini, dan yang tidak kumpul, akan bapak skor dimata pelajaran selama semester ini. Apa kalian mengerti?"
"Ngerti Pak."
"Ya sudah, Sekian dan terimakasih." Dosen itu pun pergi. Sementara siswa siswi termasuk Bella dan Raya, sudah mulai membincangkan tugas mereka.
"Bella, kita hanya berdua. Kira-kira kita ajak siapa yah?" tanya Raya. Bella mengerjapkan matanya mengelilingi siswa siswi yang ternyata sudah mendapatkan kelompok masing-masing. Hingga suara pria terdengar dari belakang Bella.
"Bella Raya," panggil seseorang itu.
Bella dan Raya spontan menoleh, "Eh, Pablo," kata Bella. Ya itu Pablo.
"Bel, Ray gue boleh ikut kelompok kalian nggak?" tanya Pablo menenteng buku dan laptopnya.
"Eh, si cupu. Lo mau gabung kelompok kita?" tanya Raya yang dijawab anggukan kepala oleh Pablo.
"Ya sudah deh, lo boleh ikut gabung kami," ujar Raya. "Bella, si kutu buku itu ikut aja yah, diakan pintar," bisik Raya ditelinga Bella.
Bella menatap Pablo lalu mengangguk, jangan lupa senyuman Bella yang sangat manis.
Cantik.
Pablo yang melihat senyuman Bella merasa terpana. Akan tetapi, dengan cepat ia menggeleng, agar tak terbuai dengan senyuman itu.
"Ya sudah, kira-kira kita kerjain tugasnya kapan?" tanya Pablo.
Bella dan Raya tanpa berpikir, "Kalau hari ini gimana?" usul Raya.
"Boleh."
"Hm, tapi gue nggak bisa hari ini, gue lagi sibuk." ucap Bella mengerucutkan bibir. Ia sibuk, sebab Albert membuatkan ia jadwal menembak sore ini. Ia diberi tahu oleh Mika pagi tadi. Walau ia takut, tapi dia harus mengikuti apa kata pria itu, agar dirinya tidak dihukum. Ia takut, apabila Albert sudah mengatakan hukuman buatnya.
"Ya sudah, kalau begitu kita buat besok! Harus titik!" ucap Raya memutuskan.
Bella dan Pablo mengangguk setuju.
***
Sore ini di mansion, Bella dan Albert dan juga beberapa bodyguard sudah berada di halaman belakang mansion. Albert sudah memberi contoh menembak yang baik pada Bella.
"Sekarang giliran kamu!" perintah Albert menyodorkan pistol dihadapan Bella.
Bella menelan salivanya susah, ia mengangkat tangannya yang sudah gemetar sedari tadi. Sebenarnya, bukan hanya tangan sih, melainkan tubuh Bella juga ikut gemetar.
"Ayo!" kata Albert menaikkan senjatanya sekali. Bella menutup mata dan itu membuat Albert gemas terhadap gadis yang selama ini membuat hatinya berdegup kencang.
"Ambil!" tekan Albert menaruh senjat4 itu kasar di atas telapak tangan Bella.
"Buka matamu!" perintah Albert.
Perlahan Bella membuka matanya, "A aku ta takut Tuan," cicitnya gemetar.
"Sini!" Albert menarik tangan Bella hingga menabrak bidang dada pria yang ada dihadapannya.
Deg
Jantung Bella dan Albert kembali berdegup, dengan menelan salivanya susah payah. Bella yang menyadari itu, sontak memundurkan dirinya, lalu membungkuk, "Maaf Tuan."
Albert berdehem, "Kalau begitu mendekatlah!"
Bella mengangguk, dan kembali melangkah mendekati Albert.
"Sekarang angkat tanganmu ke depan mengarah papan yang ada disana. Kau harus memperhatikan titik sasaran yang akan kau tembak," jelas Albert dijawab anggukan.
Dengan gemetar Bella mengikuti instruksi Albert, akan tetapi, Albert mengambil kesempatan, ia mendekatkan dirinya, memegang tangan gadis itu. Dan saat itu pula Bella menegang dan mulai menembak.
Duorr
Satu tembakan terdengar membuat Bella melemas. Albert terkekeh melihat wajah pucat gadis itu yang sudah melemah didalam dekapan.
Dan itu yang membuat Albert menikmatinya.