Kumpulan Cerita Pendek Kalo Kalian Suka Sama Cerpen/Short Silahkan di Baca.
kumpulan cerita pendek yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan manusia dari momen-momen kecil yang menyentuh hingga peristiwa besar yang mengguncang jiwa. Setiap cerita mengajak pembaca menyelami perasaan tokoh-tokohnya, mulai dari kebahagiaan yang sederhana, dilema moral, hingga pencarian makna dalam kesendirian. Dengan latar yang beragam, dari desa yang tenang hingga hiruk-pikuk kota besar, kumpulan ini menawarkan refleksi mendalam tentang cinta, kehilangan, harapan, dan kebebasan. Melalui narasi yang indah dan menyentuh, pembaca diajak untuk menemukan sisi-sisi baru dari kehidupan yang mungkin selama ini terlewatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfwondz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibully Karena Lemah.
Di sebuah dunia di mana kekuatan adalah segalanya, ada sebuah kota yang berdiri kokoh di bawah bayang-bayang kekuasaan para manusia berkekuatan super. Kota tersebut, bernama Gravidan, adalah tempat di mana setiap penduduk memiliki kekuatan khusus yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kekuatan ini bervariasi, mulai dari mengendalikan elemen alam hingga kemampuan membaca pikiran orang lain. Di kota itu, tidak ada yang lebih dihormati daripada kekuatan, dan mereka yang tidak memiliki kekuatan sama sekali seringkali dipandang rendah, dianggap lemah, bahkan dijauhi.
Di sinilah hidup seorang anak bernama Rayen. Pada usianya yang baru menginjak 15 tahun, Rayen tidak memiliki kekuatan apa pun. Sementara teman-temannya bisa menggerakkan air, api, dan tanah dengan jentikan jari, Rayen hanya bisa menonton dari kejauhan. Setiap hari di sekolah adalah siksaan baginya.
"Hei, lihat siapa yang datang!" teriak Arka, salah satu anak yang paling kuat di sekolah. Ia dikenal sebagai 'Penguasa Api'. Setiap kali Arka lewat, semua orang akan menyingkir, takut tersulut amarahnya yang bisa menyebabkan api berkobar-kobar. "Si Lemah, Rayen! Gimana? Sudah nemu kekuatanmu?"
Rayen merapatkan tas di punggungnya dan menunduk, berusaha mengabaikan ejekan itu. Tapi Arka dan gengnya tidak akan membiarkan hal itu berlalu begitu saja.
"Apa? Mau kabur lagi, ya?" Arka melangkah mendekat, matanya berkilat dengan niat jahat. "Ayo tunjukin kekuatanmu! Oh, aku lupa, kamu gak punya, ya?"
Tawa anak-anak lain terdengar memekakkan telinga Rayen. Ia merasakan dadanya sesak, kepalanya berdenyut-denyut karena malu dan marah yang bercampur aduk. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak punya kekuatan sama saja dengan tidak punya hak untuk melawan.
"Apa yang kamu lakukan kalau diserang? Melarikan diri? Atau mungkin menangis minta tolong?" Arka terus mendesak, sembari memainkan bola api di telapak tangannya.
Rayen mencoba melangkah mundur, tetapi seseorang dari geng Arka menariknya kembali ke tengah lingkaran. Sekelilingnya penuh dengan anak-anak yang siap menyaksikan pertunjukan itu.
"Ayo, Rayen, berikan kami pertunjukan!" ejek salah satu dari mereka.
Tiba-tiba, Arka melemparkan bola api kecil ke arah kaki Rayen, membuat tanah di bawahnya terbakar. Rayen melompat mundur ketakutan. Semua orang tertawa. Baginya, ini adalah hari lain yang penuh dengan penghinaan.
***
Sepulang sekolah, Rayen langsung menuju hutan kecil di luar kota. Di tempat itulah dia sering bersembunyi, menghindari orang-orang yang selalu mengejeknya. Dia duduk di bawah pohon besar, tangannya menggenggam tanah lembab di bawahnya, merasakan keputusasaan yang begitu dalam.
"Kenapa aku tidak punya kekuatan?" gumamnya dengan suara serak. "Apa aku memang ditakdirkan untuk menjadi seperti ini selamanya?"
Air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan lagi. Setiap hari adalah perjuangan baginya, tapi hari ini terasa lebih berat. Tidak ada seorang pun yang bisa diajak bicara. Bahkan keluarganya sendiri merasa malu karena anak mereka adalah satu-satunya yang tidak memiliki kekuatan.
Namun, di tengah sunyi hutan, ada suara lembut yang mengusik telinganya. "Kekuatan bukanlah satu-satunya yang membuatmu berarti."
Rayen tersentak. Ia berdiri dan berusaha mencari sumber suara itu, tetapi tak ada siapa pun di sekitarnya. Hanya pepohonan tua yang berdiri tegak dan angin yang berdesir pelan.
"Siapa di sana?" seru Rayen, merasa jantungnya berdegup lebih cepat.
Suara itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat. "Kekuatan sejati tidak selalu tampak. Terkadang, yang tidak terlihat adalah yang paling kuat."
Rayen berusaha menenangkan dirinya. Mungkin dia sudah terlalu lelah dan halusinasi karena tekanan yang terus menghantuinya setiap hari.
"Jika kamu ingin bertahan, temukan dirimu sendiri terlebih dahulu," suara itu berbisik lembut, sebelum menghilang begitu saja. Hanya keheningan yang tersisa, meninggalkan Rayen dengan kebingungan yang lebih besar.
Hari-hari berikutnya, Rayen berusaha menjalani hidupnya seperti biasa, walaupun siksaan mental dari teman-temannya semakin keras. Namun, sejak pertemuannya di hutan, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Seperti ada harapan kecil yang berusaha tumbuh di dalam kegelapan.
Suatu sore, saat Rayen sedang duduk di ruang perpustakaan sekolah yang sepi, dia menemukan sebuah buku tua yang terlihat sudah lama tak tersentuh. Judulnya "Rahasia Kekuatan yang Terpendam". Rayen membuka halaman pertama dengan hati-hati, melihat gambar-gambar misterius dan teks-teks kuno yang sulit dipahami.
Namun, di salah satu halaman, ia menemukan sesuatu yang menarik: ada sebuah legenda tentang seseorang yang lahir tanpa kekuatan, tetapi akhirnya menemukan kekuatan tersembunyi di dalam dirinya. Orang itu, menurut legenda, berhasil mengendalikan sesuatu yang lebih kuat daripada elemen alam—kekuatan dari dalam jiwa.
Rayen membaca dengan seksama, jantungnya berdebar kencang. Apakah mungkin dia juga memiliki kekuatan yang terpendam? Ia terus membaca hingga malam tiba, tidak menyadari bahwa perpustakaan sudah hampir tutup.
Beberapa minggu berlalu, dan Rayen mulai mengamati sesuatu yang aneh pada dirinya. Ketika dia berada di sekitar orang lain, dia mulai merasakan emosi mereka. Di suatu hari, saat Arka kembali mencoba mengganggunya, Rayen mendapati bahwa dia bisa merasakan amarah dan kebencian yang membara dalam diri Arka. Rasanya seperti melihat api yang lebih besar daripada apa yang bisa dikeluarkan oleh tangannya.
"Mundur, Arka," Rayen berkata, suaranya lebih tenang dari biasanya. Mata Arka menyipit.
"Berani-beraninya kamu bicara begitu padaku!" seru Arka, bola api di tangannya mulai membesar.
Tapi Rayen tetap tenang. Dia bisa merasakan ketakutan tersembunyi di balik kemarahan Arka. Ketakutan untuk kehilangan kontrol, ketakutan untuk terlihat lemah di hadapan orang lain. Rayen menyadari sesuatu: dia bisa mempengaruhi emosi Arka.
Saat Arka mencoba melemparkan bola api ke arah Rayen, tiba-tiba api itu padam. Arka terhuyung-huyung, matanya melebar karena terkejut. Rayen tidak melakukan gerakan apa pun, tapi dia bisa merasakan energi di sekitarnya berubah. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terdiam.
"Apa... apa yang kamu lakukan?" Arka mundur selangkah, matanya dipenuhi kebingungan.
Rayen menatapnya dengan tajam, tapi dalam hatinya, dia merasa ketenangan yang aneh. "Aku tidak lemah," gumamnya pelan, namun cukup keras untuk didengar oleh orang-orang di sekitarnya.
Kabar tentang kejadian itu menyebar dengan cepat di sekolah. Semua orang berbicara tentang bagaimana Rayen, anak yang selama ini dianggap tidak memiliki kekuatan, berhasil mengalahkan Arka tanpa menyentuhnya sama sekali. Namun, Rayen tahu bahwa kekuatannya baru saja bangkit, dan dia belum sepenuhnya memahami bagaimana cara mengendalikannya.
***
Malam itu, Rayen kembali ke hutan, ke tempat di mana dia pertama kali mendengar suara misterius. Dia duduk di bawah pohon yang sama, menutup matanya, dan berkonsentrasi. Ia berusaha merasakan kembali kekuatan yang sempat muncul ketika menghadapi Arka.
"Kekuatan itu bukan untuk menghancurkan," suara itu kembali terdengar. "Tetapi untuk melindungi."
Rayen membuka matanya, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa benar-benar kuat. Kekuatan yang ada dalam dirinya bukanlah kekuatan fisik, bukan kemampuan untuk mengendalikan elemen atau memindahkan benda dengan pikiran. Tetapi sesuatu yang lebih dalam—kemampuan untuk mengendalikan energi yang ada di dalam dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
Dia menyadari bahwa selama ini dia dianggap lemah bukan karena dia tidak memiliki kekuatan, tetapi karena kekuatannya adalah sesuatu yang berbeda. Kekuatan yang lebih halus, lebih mendalam, tetapi sama kuatnya dengan yang lain.
Dan dengan kekuatan barunya itu, Rayen bersumpah untuk tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang yang selama ini lemah sepertinya.