Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Dijodohkan
Keluarga Ayuna pagi itu telah berkumpul di ruang makan. Suasana Di ruang makan juga nampak ramai karena Nilam dan Juga Devan, kakak Ayuna juga nampak berkumpul. Mereka yang memang jarang berkumpul bertanya tanya mengenai kehidupan adiknya yang memiliki kesibukan tersendiri mengurus pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung.
"Yuna, gimana dengan kerjamu, apa ada kendala?" tanya Nilam, kakak Ayuna yang berprofesi sebagai dokter spesialis syaraf.
"Alhamdulillah baik kak, aku semalem habis operasi pencangkokan jantung. Dia sudah tua lagi, aku takut gagal, karena difaktor usianya yang renta, agak ketar ketir gitu," jawab Ayuna.
"Kamu kalau kerja harus hati-hati, jangan ceroboh," tutur Nilam.
Gadis itu mengangguk. Selama ini masih bisa mengendalikan dirinya dengan begitu baik, ia berharap akan selalu begitu, tak memiliki banyak kendala yang akan membuatnya kebingungan mengatasinya.
"Iya, aku juga tahu itu," jawab Ayuna.
Di Mansion keluarga Ayuna juga ada Oma dan Opanya, yang tidak lain pemilik dari rumah sakit Bhakti Husada tempat Ayuna dan Nilam bekerja. Secara mereka berdua bekerja di rumah sakit keluarga.
"Yuna, Oma mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Marta, omanya Ayuna.
Ayuna seketika menoleh pada Omanya yang duduk di sebelah Opanya Alexander.
"Oma mau ngomong apa?" tanya Ayuna dengan mengoles selain di rotinya.
"Kamu sudah Oma jodohkan dengan cucu dari sahabat Oma."
Deg
Seketika Ayuna menghentikan tangannya yang sedang mengoleskan selai dan meletakkan rotinya di piring.
"Apa Oma bilang? Aku mau dijodohkan? Oma aku nggak mau, aku masih mau sendiri. Aku mau menitih karirku sebagai dokter. Aku masih belum lama menjadi dokter, kenapa Oma secara tiba-tiba mau menjodohkan aku, pokoknya aku nggak mau," tolak Ayuna mengoceh kecewa dengan ucapan dari Omanya.
"Kamu itu sudah gede Yuna, jangan seperti ini. Semua keturunan Alexander, tidak ada yang bebas memilih pasangan sendiri, termasuk kamu," seru Marta.
"Tapi kenapa harus aku Oma," jawab Ayuna.
"Karena di sini yang belum menikah itu kamu. Nilam sudah menikah dan sudah memiliki anak. Devan juga sudah menikah dan memiliki dua anak. Tinggal kamu saja kan, yang belum menikah di sini," celetuknya lagi.
Ayuna menggeleng kecewa, memang di Mansion itu hanya Ayuna yang belum menikah, tapi masih ada sepupunya yang juga masih lajang dan masih berada di luar Negeri.
"Memang di sini cuma ada aku yang belum menikah Oma. Tapi bukan berarti aku yang harus dijodohkan. Masih ada Kanaya dan juga kak Pungky yang juga belum menikah," jawab Ayuna tidak terima.
"Tapi mereka belum pulang Ayuna, yang Oma jodohkan itu kamu, bukan mereka. Mereka juga akan kami jodohkan setelah mereka pulang lagi ke sini. Jadi jangan banyak membantah, tolong menurut lah, jangan buat Oma dan Opamu kecewa," seru Marta.
Lidya dan Mahendra hanya diam, sebagai orang tuanya Ayuna, mereka tidak memiliki wewenang untuk memberikan keputusan pada anaknya sendiri, selagi Alexander dan Marta masih hidup, dan perjodohan keluarga itu tetap berjalan.
Leher Ayuna seperti tercekik, nafsu makan pun mulai sirna. Seperti ditimpuk palu, ucapan Marta sangat menyayat hatinya.
"Yuna, sebaiknya kamu menurut saja sama Oma dan juga Oppa. Ini sudah menjadi tradisi keluarga, jadi kamu tidak bisa mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan dari mereka," tutur Lidya.
"Tapi Ma... Mama nggak pernah mengerti perasaan Ayuna seperti apa saat ini. Ayuna punya masa depan sendiri Ma. Ayuna ingin menikah dan hidup bahagia dengan pilihan Ayuna sendiri. Tapi kenapa Ayuna malah dijodohin kayak gini. Mama, tolongin Ayuna."
Ayuna menangis dalam diam, badannya terguncang dengan isakan tangisnya.
Nilam yang ada di sebelahnya memberikan tepukan pelan di bahunya.
"Sudah! Sudah. Kamu jangan nangis kayak gini. Kamu jangan pancing kemarahan Oma sama oppa ok," tutur Nilam lirih agar tidak terdengar oleh Oma dan juga Oppanya.
Ayuna mengusap kasar air matanya. Kini dia hanya bisa diam saat mendapatkan tatapan datar dari kedua paruh baya yang tidak lain adalah Oma dan oppanya.
"Sekarang lanjutkan makanan kalian. Untukmu Ayuna, sebaiknya kamu nggak mempersulit keadaan. Mau sekarang, besok ataupun nanti, kamu akan tetap Oppa jodohkan. Jadi bersikaplah yang baik, layaknya kamu yang berprofesi sebagai dokter. Jangan banyak membantah apa yang sudah kami putuskan," ucap Alexander dengan menatap pada Ayuna.
Ayuna memalingkan mukanya kecewa. Namun dia tidak bisa berfikir dengan jernih, apa lagi di keluarganya tidak satupun orang yang mendukungnya.
"Yuna, habiskan sarapanmu," tutur Lidya.
"Aku nggak nafsu makan Ma. Aku berangkat aja sekarang," jawab Ayuna.
"Yuna! Jangan bikin masalah. Ayo habiskan sarapanmu," tegur Lidya berbisik lirih.
Dengan menekuk mukanya, Ayuna kembali mengambil roti selaynya yang sempat ditinggalkan dan mengunyahnya dengan kesal.
Lidya dan Mahendra saling bertatapan sambil menyuapkan makanan ke mulutnya masing-masing.
"Ini aku udah selesai sarapan. Aku mau berangkat sekarang."
Ayuna berdiri dari tempat duduknya dan menyalim semua orang yang ada di ruang makan.
"Ingat Ayuna, kamu jangan pulang terlambat. Oma akan mengenalkanmu dengan calon suamimu. Dia baru pulang dari Amerika, dia masih baru tinggal di sini. Jadi kamu harus taati peraturan yang sudah kami buat, jangan membantah, karena kami paling nggak suka dengan orang yang suka membantah," tegur Marta dengan menerima tangan Ayuna yang tengah menyalimnya.
"Iya, akan kuusahakan buat pulang cepat. Tapi nggak janji, soalnya aku lagi banyak pekerjaan. Ada beberapa kali operasi buat jadwal hari ini," jawab Ayuna.
"Pastikan saja. Hari ini kamu harus mempercepat waktu. Karena Oma akan menghubungi teman Oma buat pertemuan. Nanti kalau udah ada keputusan dari pihak sana, Oma akan mengabarimu," tutur Marta.
"Hemmmm."
Ayuna hanya bergumam menjawab penuturan dari Omanya.
"Yuna! Kamu nggak mau bareng sama kakak?" tanya Nilam.
"Aku bawa mobil sendiri kak," jawab Ayuna.
"Yaudah, tapi kamu harus hati-hati ya, jangan ngebut," tutur Nilam.
"Jangan ngebut Yuna," tambah Lidya.
Sebagai seorang ibu, Lidya sangat mengkhawatirkan putrinya. Apa lagi Ayuna terlihat tampak murung, tidak baik-baik saja.
"Pa, coba Papa ikuti Ayuna dong Pa. Mama khawatir kalau sampai Ayuna menyetir mobilnya dalam keadaan marah, ataupun gelisah," ucap Lidya.
"Iya Ma, Papa akan berangkat sekarang," jawab Mahendra.
Mahendra yang sudah menjabat sebagai profesor, dia sangat percaya akan kesungguhan anak-anaknya dalam bekerja. Namun karena Ayuna sendiri pikirannya tengah kacau, dia juga ikut gelisah, takut ada keteledoran Ayuna dalam perjalanannya, ataupun saat memberikan perawatan pada pasiennya.
"Yaudah, Papa berangkat dulu ya Ma. Takut Ayuna keburu jauh," ucap Mahendra.
"Iya Mas, kamu juga hati-hati," nasehat Lidya.
"Iya Ma," jawab Mahendra.
Di halaman depan rumahnya, Ayuna memasuki mobilnya dengan membanting pintunya dengan sangat keras.
Mobil yang tidak tahu permasalahannya, dijadikan tempat pelampiasan kemarahan Ayuna.
"Dasar orang tua egois. Mereka pikir dengan menikahkan aku dengan orang yang belum pernah kukenal, akan membuatku bahagia gitu? Kalian itu hanya menyerahkan neraka buat aku. Aku nggak bahagia Ma, Pa. Aku ingin hidup dengan orang yang sangat aku sayangi, itupun kalau aku udah dapat menemukan orang yang benar-benar tulus menyayangiku," cercah Ayuna.
Ayuna langsung mengendarai mobilnya keluar dari halaman Mansion menuju rumah sakit. Hatinya tak tenang mengingat ucapan Omanya. Kenapa harus dijodohkan? Apakah dirinya sudah tidak laku sehingga harus dijodoh-jodohkan?
seperti nya Martha ini operasi plastik niru wajah nya istri sah Alexander deh