Lin Lianwei, seorang perampok dan ketua bandit dari kota X, tiba-tiba mendapati dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis desa bernama Lin Yuelan, gadis yang lemah dan malang, yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria tak dikenal.
Dalam kesakitan dan keputusasaan yang mendalam, Yuelan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai. Namun, alih-alih kematian, justru jiwa Lin Lianwei yang masuk ke dalam tubuh Yuelan pada saat genting itu.
Selama tiga bulan pertama, Lianwei mencoba memahami kehidupan barunya sebagai Lin Yuelan. Ia berusaha untuk bangkit dari tragedi yang dialami dan menjalani kehidupan baru ini dengan penuh kehati-hatian. Tetapi, sesuatu mulai terasa aneh. Tubuh barunya menunjukkan gejala-gejala yang membuatnya khawatir. Setelah mencari tahu, Lianwei pun terkejut mengetahui bahwa dirinya hamil.
Dengan ketidakpastian tentang siapa ayah dari anak yang dikandungnya, Lianwei merasa sangat kebingungan. Mampukah dia melewati situasi yang rumit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NYONYA ZHANG MENGIRIMKAN BAHAN MAKANAN
Dua hari berlalu dengan sangat cepat, si kembar mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Akhirnya mereka mulai berbicara dan bersedia untuk bermain dengan kedua orang kakak angkatnya.
Lin Yuelan terlihat sangat lembut menghadapi kelima anak laki-lakinya, dia juga sering membuat camilan baru yang sangat asing di mata semua orang, namun memiliki rasa yang sangat unik dan juga lezat.
"Ibu, ini lezat, aku sangat menyukainya." ucap Lin Zhaoyang, dia menggigit manisan buah pir yang manis dan berair.
"Aku juga suka," Lin Zi Xin tidak mau kalah.
"Ah Rui paling menyukainya." ucap Lin Zi Rui, dalam segi mencari perhatian sang ibu, si kembar telah banyak belajar, mereka akan selalu memasang wajah polos dan berkata manis untuk menyenangkan hati Lin Yuelan.
Lin Bo Cheng tidak terlalu banyak bicara, namun wajahnya menunjukkan kepuasan. Dia juga sangat menyukai manisan yang dibuat oleh Lin Yuelan.
"Malam ini ibu akan membuat sup daging dengan acar sayuran, paman Jun membawa banyak sekali udang tadi, ibu akan menggorengnya untuk kalian." ucap Lin Yuelan sambil mengupas udang.
Sejak 1 bulan yang lalu, keluarga Lin kesulitan mendapatkan makanan, sehingga harus mencari di gunung ataupun di sungai, mengingat saat ini hanya keluarga itu saja yang hidup di sana. Orang lain telah lama berpindah dan mengungsi ke tempat yang jauh lebih aman.
Lin Yuelan tidak berani mengeluarkan lebih banyak makanan dari mansion modern, dia hanya bisa membawa beberapa karung beras dan biji-bijian kasar serta bumbu yang sangat dibutuhkan.
Orang-orang di keluarga itu tidak merasa heran dengan banyaknya bumbu yang muncul, lagi pula Lin Yuelan selama ini seringkali naik gunung untuk mengumpulkan rempah-rempah, dia akan selalu menjemur dan menumbuknya hingga halus.
Jun Hui dan kedua rekannya bertanggung jawab untuk mencari kayu bakar dan air, sedangkan Lin Yaoshan dan Lin Gong akan naik gunung untuk mengumpulkan buah-buahan liar ataupun hewan buruan, bahkan sesekali sayuran liar.
Lahan kosong milik Lin Yuelan juga telah ditanami berbagai macam sayur-sayuran, sehingga kedepannya mereka tidak perlu terlalu mengandalkan gunung untuk bisa hidup.
"Nona!" Jun Hui tiba-tiba saja memanggil, dia membawa sebuah gulungan kertas di tangannya.
"Paman Jun, apa yang terjadi?" tanya Lin Yuelan heran, tidak biasanya pria itu muncul sambil tersenyum riang.
Mata Jun Hui berkedip, "Nyonya mengirimkan surat untuk anda, ada juga beberapa karung bahan makanan dan bumbu yang di kirim dari ibu kota."
Lin Yuelan akhirnya mengerti, sepertinya Jun Hui dan yang lain mencemaskan kehidupan mereka yang mulai sedikit sulit, dalam mendapatkan bahan makanan.
"Baiklah paman, tolong turunkan semua barang dan simpan di gudang!" ucap Lin Yuelan, dia duduk dengan sangat tenang sambil membaca surat yang dikirimkan oleh nyonya Zhang.
'Ibu angkat sepertinya sangat mengkhawatirkan keadaanku, sampai-sampai mengirimkan begitu banyak bahan makanan dan uang. Padahal situasi di ibukota juga belum tentu lebih baik daripada di tempat ini.'
Lin Yuelan berjalan ke arah kamarnya, dia menyimpan gulungan surat itu ke dalam kotak kayu kemudian mulai membuat surat balasan, dia juga mengemasi berbagai macam makanan kering, gula dan manisan untuk di coba oleh nyonya Zhang.
Setelah semuanya siap, dia menyerahkannya pada Jun Hui untuk di berikan pada bawahan nyonya Zhang. Dia juga menyiapkan roti dengan berbagai macam isian untuk di konsumsi oleh orang-orang itu saat berada di perjalanan, karena menyadari betapa sulitnya mendapatkan makanan.
Bawahan nyonya Zhang berterima kasih, meskipun mereka menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk mengirimkan barang-barang dari ibukota, namun makanan yang dibuat oleh Lin Yuelan selalu menjadi favorit mereka.
Apalagi wanita itu tidak pernah pelit dalam membagi makanan, selalu dalam jumlah yang besar, sehingga cukup untuk mereka hingga kembali di ibukota.
Setelah semua perbekalan di simpan rapi, orang-orang itu segera berpamitan, mereka harus kembali melapor dan menghindari kecurigaan dari beberapa keluarga besar di ibu kota, apa lagi nyonya Zhang sudah mulai kembali memegang kendali tetua di keluarga almarhum suaminya.
Lin Yuelan melepas kepergian mereka dengan senyuman tipis, dia bergegas mengambil keranjang bambu dan mulai mendaki gunung. Lin Nuwa sudah tidak bisa berkeliaran lagi, saat ini dia menjadi pengasuh dari lima orang bocah laki-laki yang sedang dalam usia aktif-aktifnya.
Lin Hao Yu sudah mulai merangkak, dia seringkali menjatuhkan beberapa barang kecil di atas meja. Lin Nuwa harus mengemas rumah dengan sangat teliti, agar tidak ada benda yang akan melukai bayi berharga itu.
Si kembar senang bermain tanah, keduanya bermain dengan ceria sambil sesekali mencuri manisan yang di simpan di dapur. Sedangkan Lin Bo Cheng akan selalu menghabiskan waktunya di dalam kamar, untuk membaca buku ataupun belajar kaligrafi. Dia sangat jarang berinteraksi dengan yang lain dan selalu menjadi seorang penyendiri dan paling tenang di antara saudara-saudaranya.
Lin Zhaoyang selalu belajar bela diri, sejak satu tahun yang lalu, dia mempelajari berbagai macam jurus baru yang diajarkan oleh Jun Hui. Awalnya dia senang menggunakan tombak, namun akhir-akhir ini anak laki-laki berusia 6 tahun itu menjadi sangat lincah dan pandai dalam menggunakan pedang kayu.
"Nak, beristirahatlah. Cuaca sangat panas hari ini, paman akan pergi ke sungai untuk mencari ikan." ucap Jun Hui, Lin Zhaoyang menghentikan gerakannya, kemudian berjalan ke arah pria itu.
"Paman, aku akan pergi denganmu!" ucapnya, dia segera berlari untuk mengambil tombak dan tong kayu.
Jun Hui menggelengkan kepala, di antara kelima orang anak laki-laki itu, Lin Zhaoyang yang paling tidak bisa duduk diam, dia senang berkeliaran dan memamerkan kemampuannya.
"Baiklah, ayo pergi!" ucap Jun Hui, dia juga membawa tongkat dan tong kayu yang cukup besar.
Beberapa waktu yang lalu, Lin Yuelan mengajari mereka trik untuk mencari belut, sehingga Jun Hui mempelajari cara membuat anyaman bambu yang akan ditenggelamkan di sungai untuk jebakan.
.
.
.
Buk!
Seorang pemuda bertopeng meninju pohon besar, hingga membuat tangannya berdarah. Dia terluka dan terlambat menjemput kedua orang keponakannya, namun saat dia kembali, goa tempatnya menyembunyikan kedua anak itu tiba-tiba saja menjadi sangat sepi, mereka tidak ditemukan di manapun.
"Bos!" Gong Fai dan Guang Lin mendekat, mereka berniat untuk menenangkan hati Sima Yang, namun pemuda itu tiba-tiba saja terbatuk dan memuntahkan beberapa teguk darah segar. Dia ambruk di atas tanah sambil memegangi dadanya yang sangat sakit.
"Bos! Bagaimana keadaanmu?" Gong Fai dan Guang Lin buru-buru menopang tubuh pemuda itu, mereka mencoba untuk membuatnya tetap sadar.
Sima Yang menggelengkan kepala, "Cari si kembar secepatnya! Hanya mereka yang tersisa dari generasi keluarga Xuanyuan."
"Bos, tapi kami tidak bisa meninggalkanmu. Kau terluka parah!'' ucap Guang Lin.
Sima Yang menjawab dengan wajah pahit, "Jika terjadi sesuatu denganku, kalian harus melindungi kedua anak itu dengan baik. Mereka harus kembali ke keluarga Xuanyuan!"
"Bos!"
👍💪