Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Keineer benar-benar tidak suka dengan penolakan Eve. "Sudah basah begini masih mau menolak? Tidak ada pilihan lain selain mandi bersamaku!" ketus Keineer.
"Cepat buka pakaianmu dan jangan membuatku marah atau aku akan memperkaosmu di sini!"
Mendengar ancaman tuannya Eve hanya bisa pasrah dan perlahan mulai melepaskan gaun yang sudah basah dari tubuhnya. Eve sebisa mungkin mengubur rasa malunya karena Keineer terus memperhatikannya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
---
Kedua mata Keineer terbuka, manik hitamnya langsung disuguhi pemandangan wajah Eve yang sedang tertidur dengan damai. Dia menatap sekeliling dan menyadari bahwa malam telah tergantikan oleh siang, Keineer melirik jam yang menempel di dinding kamar yang ternyata sudah menunjukkan pukul 10.30 siang. Bangun siang bukanlah gaya seorang Keineer.
Keineer Revelton dengan segala kedisiplinannya selalu bangun pagi-pagi tapi karena kelelahan menggempur kekasihnya sampai membuatnya kesiangan. Tubuh Eve begitu nikmat hingga sangat sulit seincipun untuk melewatkan. Bahkan semalam Keineer terus menghujam dan menghentak tubuh Eve dengan mencoba berbagai gaya.
Tidak peduli jika gadisnnya semalam berkali-kali hampir pingsan karena lelah. Keineer mendudukan diri dan berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya. Keineer membenarkan letak selimut yang melorot untuk menutupi tubuh polos Eve.
Dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena pergerakan Keineer tidur Eve menjadi terusik kedua mata wanita itu terbuka secara perlahan memperlihatkan manik hazelnya yang begitu cantik.
Awwhh
Eve mengiris ketika berusaha menundukkan diri. Seluruh tubuh dan bagian intimnya terasa sakit. Evememegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut sakit kepingan-kepingan kegiatan panas semalam mulai melintas di kepalanya sampai membuat rona merah menjalar di kedua pipi Eve.
Eve menurunkan kakinya dari ranjang dan mencoba untuk berdiri karena dia harus ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Brukk
Eve terjatuh membuat dia terduduk di atas dinginnya lantai, kedua kakinya tidak bisa menopang bobot tubuhnya. Eve perlahan terisak ketika merasakan sekujur tubuhnya sakit terutama bagian intimnya.
"Ada apa?" Keineer keluar dari kamar mandi dengan tergesa setelah mendengar suara isak tangis Eve. Untungnya dia belum membersihkan diri jadi bisa bergerak cepat.
"Sakit.." Eve bersuara lirih membuat Keineer cepat-cepat membawa tubuh mungil Eve kembali ke atas ranjang.
Eve sudah tidak peduli lagi dengan tubuh telanjangnya. Karena rasa sakit yang sedang mendera. Keineer membawa kepala Eve pada dada bidangnya lalu memeluk tubuh polos Eve yang sedang menangis.
"Maaf.." ucap Keineer terdengar begitu lembut. Keineer juga mengecup kening Eve yang mana membuat Eve merasa sedikit lebih tenang hingga tidak terdengar lagi tangisannya. Eve dapat mencium bau musk dari jubah mandi yang dikenakan oleh Keineer sangat khas sekali wangi pria itu.
"Kau ingin ke kamar mandi?" Eve tampak mengangguk menanggapi ucapan Keineer, tanpa membuang waktu Keineer langsung menggendong tubuh Eve ala bridal style dan membawa tubuh gadisnya ke dalam kamar mandi.
Keineer menurunkan Eve di dalam bath up yang sudah terisi air. Keineer telah menyiapkannya tadi sengaja untuk Eve.
"Apa sangat sakit?" Keineer memperhatikan raut wajah Eve yang sesekali meringis karena bagian intimnya terasa begitu perih saat menyentuh air. Eve lagi-lagi hanya bisa menggangguk.
"Maaf, kau hanya belum terbiasa. Kedepannya kau harus bisa mengimbangi permainanku agar tidak kesakitan seperti ini lagi." lagi-lagi Eve hanya mengganggukan kepalanya sebagi jawaban.
Keineer menanggalkan jubah mandinya dan ikut bergabung bersama Eve. Dia akan memandikan gadis itu. Keineer membawa tubuh Eve duduk di atas pangkuannya, keduanya terlihat berhadapan.
Eve memalingkan wajahnya dan sesekali meringis ketika bagian bawahnya bersentuhan dengan pedang tumpul Keineer.
Keineer mengangkatdagu Ana sampai keduanya bertatapan, manik hitam Keineer menatap dalam manik hazel Eve yang terlihat sayu.
"Dengar Eve, kau bebas menikmati semua fasilitas yang aku berikan tapi jangan sekali-kali berani berdekatan dengan pria lain apalagi sampai memberikan tubuhmu pada pria lain selain aku. Mengerti?" Keineer menekan dagu runcing Eve.
"Saya mengerti." ucap Eve diiringi anggukan kepala.
"Berapa kali aku bilang jangan berbicara formal." Eve mulai bergerak tidak nyaman.
"Bisakah anda tidak mempermasalahkannya?" Eve memberanikan diri menatap Keineer yang sedang menatapnya dengan tajam.
Eve meraih tangan Keineer berusaha menyingkirkan tangan pria itu dari dagunya.
"Kau ingin membantah ucapanku?" tatapan Keineer menggelap. Dia paling tidak suka melihat Eve yang tidak menurut.
"Saya tidak mungkin berani, tapi berbicara dengan anda saya merasa nyaman seperti ini."
Alis Keineer terangkat sebelah dia sedang mencerna ucapan Eve.
"Maksudnya nyaman dengan posisi seperti ini?"
Keineer sengaja menekan pinggang Eve membuat bagian intim gadisnya menekan pedang tumpulnya yang sudah mengeras. Dia pria normal. Bersama Eve gairahnya selalu muncul ke permukaan dan hasratnya selalu memberontak.
Dia ingin memasuki Eve terus menerus. Gadis itu tampak menggigit bibir bawahnya menahan sakit. Keineer yang melihat itu menjadi semakin bernafsuu.
"Satu pelepasan lagi bagaimana?"
"Ti-tidak Tuan."
"Kau menolak? Ingin aku paksa?"
Eve menangis dalam diamnya tubuhnya benar-benar sakit semua terutama bagian intimnya tapi Keineer malah meminta satu pelepasan lagi, katakanlah bahwa pria itu sangat gila.