Fiandra tak menyangka jika dirinya akan berjodoh dengan seorang dosen yang selalu memarahinya bernama Ilham. Mereka di paksa menikah dan menjalani pernikahan, meskipun keduanya menolak. Keinginan kedua orang tua Fiandra dan Ilham begitu kuat untuk menikahkan mereka, hingga mereka melakukan satu cara, untuk menjebak keduanya agar bisa menikah... bagaimana kisah mereka? akankah cinta hadir di tengah permusuhan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Grogi
Setelah sarapan Fi dan Ilham pergi ke kampus. "Fi nanti pulang kamu tunggu saja saya di kantin karena saya masih ada urusan."
"Saya pulang duluan aja deh, ada perlu."
"Mau kemana?"
"Ya mau kerja."
"Kerja? kamu kerja dimana?" tanya Ilham.
"Kerja di bengkel."
Ilham menarik napas panjang. "Ya sudah, mulai hari ini kamu gak usah kerja lagi. Kamu fokus saja kuliah, ntar uang jajan kamu dan semua kebutuhan kamu akan saya penuhi."
"Kalo gak kerja, trus saya ngapain dirumah, Pak...?" tanya Fi dengan nada protes.
"Ya ngapain kek, masak kek, beres-beres kek," cicit Ilham.
Fiandra memutar bola matanya ke segala arah. "It's not my passion, Pak. Bisa stress saya kalo ngerjain begituan."
"Bukan nya kamu memang udah stres dari sananya, keles," celetuk Ilham dengan nada bercanda.
Fiandra langsung mendelik ke arah Ilham."Hey- Hey stress-stres gini, istri bapak loh!" ujarnya sambil menggoyang ibu jari ke udara. "Menghina saya, sama saja menghina diri bapak sendiri!"
Haha Ilham tertawa kecil, lalu mengusap kepala istrinya itu. "Sorry! saya lupa jika sekarang sudah punya istri."
Fiandra membuang wajahnya sambil melipat kedua tangan di dada. "Awas saja kalo ngatain saya stres atau bodoh, atau tolol, bahlol, dodol lagi di depan kelas nanti, tanggung sendiri akibatnya!"ancamannya dengan ekspresi ngambek.
"Haha!"Iya deh, kalau gak keceplosan, ya," goda Ilham sambil mencolok dagu Fi.
Hmm... Fi bergumam ragu.
****
Setelah menempuh perjalanan lima belas menit, mereka tiba di kampus. Ketika hendak melewati pintu gerbang tiba-tiba Fi melihat Ratu sahabatnya itu sedang berdiri di pintu gerbang kampus sambil celingak-celinguk.
"Aduh! mapus gue!" Dengan cepat dia menyusupkan tubuhnya di dasbor.
Ilham spontan kaget. "Fi kamu kenapa?" tanyanya.
Sementara Ratu senyam- senyum sambil menyapa Ilham yang melintas di hadapannya. "Selamat pagi, Pak," ujarnya dengan ramah.
Seperti biasanya Ilham memang tampak cuek, wajahnya yang dingin dan ngeselin itu acuh saja..
Ratu menoleh melihat mobil Ilham yang perlahan masuk ke lokasi parkir dosen. "Omegat! baru beberapa hari gak lihat pak Ilham, kegantengannya sudah di upgrade lagi. Hmm jadi gemes deh, untung aku punya alasan untuk ke kampus." Gadis itu bermonolog dengan wajah yang merona bahagia. Setelah mobil Ilham tak lagi nampak, ia kembali mengamati jalan raya sambil celingak-celinguk resah, lalu ia melihat penunjuk waktu yang melingkar di pergelangan tangannya."Mampus lo Pi, kalau begini lo bakalan diomelin lagi sama pak Ilham," cerutunya.
***
Setelah mobil terparkir rapi, baru Fi bergerak ke permukaan.
"Kamu kenapa bersembunyi seperti itu sih Fi?" tanya Ilham ketika melihat istrinya itu mencoba keluar dari persembunyiannya.
"Aku gak mau Ratu sampai tahu kalau kita sudah nikah."
"Loh kenapa?" tanya Ilham.
"Hehe anu, Pak," ujarnya sambil menoleh dan cengegesan.
Ilham menoleh ke arah anunya yang sedang berdiri. "Ada apa dengan anu saya?" tanyanya dengan heran.
"Ah bukan itu maksudnya, Pak!pagi-pagi dah negatif thingking aja," dengus Fi.
"Oh, saya kira kamu minta anu saya lagi, hehe."
Fiandra memutar bola matanya.
"Pokoknya untuk sementara kita sembunyikan dulu status kita. Jangan sampai mahasiswa disini tahu, apalagi temen satu angkatan saya pak, bisa malu saya!" ucapnya dengan tegas.
"Punya suami ganteng speak Timothée Chalamet masih malu," ceketuknya sambil mematikan mesin mobil.
"Ya malu, ntar di bilang jilat ludah sendiri. "
"Terserah kamu lah," ujar Ilham sambil mengulurkan tangannya ke Fi.
"Ih kenapa?" tanya Fi bingung.
"Cium tangan suami! biar Ilmu yang kamu pelajari bisa meresap di otakmu. "
"Iya,Pak suami." Fiandra langsung menyamar tangan suaminya itu lalu menciumnya. Setelah itu dia memalingkan wajahnya hendak membuka pintu.
Ilham menahan Fi yang hendak beranjak pergi dengan mengangkat tangannya. "Eh, tunggu dulu!" katanya.
"Ada apa lagi?"Kening Fi berkerut, pandangannya tertuju pada Ilham yang kini memuncongkan bibirnya sedikit dan matanya yang terpejam.
"Cium dulu!" pinta Ilham.
Dengan senyum yang mengembang, Fi mendekat dan mendaratkan kecupan ringan di bibir Ilham. Suara cup terdengar lembut, dan keduanya saling berbagi senyum yang puas.
"Dah aku duluan!" ucap Fi sambil membuka pintu mobil. Setelah itu dia berlari menghampiri Ratu.
Ratu yang sedang mengamati jalan raya mendadadak kaget karena sebuah tepukan di bahunya. Sontak saja dia menoleh. "Astaga Fi!" serunya nya sambil memukul lengan Fi. "Lo kemana aja sih. Gue tungguin dari tadi. lo tau gak, gue khawatir banget lo terlambat, nanti di marahin pak Ilham lagi."
"Hehe, lo ngapain di sini? lo kan gak ada SP?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
Ratu nyengar nyengir. "Ngak ada sih, gue cuma mau bertemu pak Ilham aja."
Seketika raut wajahnya Fi berubah."Eh gue masuk dulu, ya." lalu dia berlalu karena tak sanggup menutupi rasa cemburunya.
"Eh tunggu, Fi. Main pergi saja!" Ratu dia berlari kecil menghampiri sahabatnya itu.
"Lo mau kemana?" tanyanya Fi sambil menatap sinis gadis yang menggandeng tangannya itu.
"Mau nganterin lo ke kelas, biar bisa lihat wajahnya pak Ilham secara langsung," kata Ratu dengan genit.
"Mending lo pulang saja gih, ngapain juga lihat pak Ilham," sungut Fiandra, wajahnya di tekuk puluhan lipatan.
"Ih lo, kok anehnya sih Fi?" tanya Ratu yang mulai menyadarinya. Matanya menatap Fiandra dari atas sampai bawah dengan tatapan heran.
"Aneh kenapa?" tanya Fi ketus.
"Ya aneh saja. Lo kayak lagi cemburu gitu. "
"Biasa saja!" sahut Fi ketus.
Tiba-tiba mereka berdua melihat Ilham yang datang berjalan dari kejauhan. Bagi Fiandra ini adalah kesempatan untuk menjauhi Ratu, karena tak ingin sahabatnya itu terus membicarakan suaminya.
"Eh gue duluan, ya! itu pak Ilham sebentar lagi masuk!" Fiandra menepuk pundak sahabatnya.
"Oke hati-hati ya Fi. Salam buat pak Ilham!" seru Ratu.
***
Saat jarak mereka semakin dekat, senyum terbit di wajah sepasang suami istri itu. Mereka berdua akan memasuki kelas yang sama, terjadi tarian kecil yang tak sengaja, Ilham mengambil langkah mundur, dan begitu pula Fi. Ilham berhenti dan mempersilakan istrinya, dengan gerakan tangan yang lembut, "Silakan, sayang."
Dengan senyum yang melebar, Fi mengangguk. "Makasih." Dia melangkah lebih dulu ke dalam lalu mengambil kursi depan yang kosong. Setelah itu Ilham mengikuti dari belakang. Seketika ruangan itu berasa horor karena wajah mahasiswa lainnya yang terlihat tegang.
Ilham berdiri di depan kelas, memegang Spidol. "Selamat pagi semuanya! kita langsung mulai pada materi kita kali ini!" Dia pun mulai mebjelaskan materi pembelajarannya dengan mencatat rumus-rumus turunan di papan tulis.
"Jadi Fungsi x.. terhadap y adalah... " Dengan serius dia menjelaskan materinya. Namun ketika dia sedang menjelaskan sambil memandang satu persatu mahasiswanya, tak sengaja pandangan tertuju pada Fi yang duduk di barisan depan yang menatapnya sambil tersenyum.
Ilham mulai merasa canggung, tapi berusaha ia tutupi. Namun setiap kali Ilham menoleh, senyum manis Fi menyambutnya, membuat jantung Ilham berdegup kencang dan jadi salah tingkah.
Mahasiswa lain mulai berbisik-bisik, heran melihat dosen yang biasanya tegas dan galak itu kini terlihat grogi.
"Baiklah, kita akan membahas tentang materi berikutnya," ucap Ilham mencoba mengalihkan perhatian dari Fi.
Namun, setiap kali pandangannya mencari titik fokus di papan tulis, matanya selalu kembali ke arah Fi. Fia, yang menyadari kegugupan Ilham, memberikan senyum yang lebih lebar.
Ilham mencoba fokus pada materi tapi tangannya terasa sedikit gemetar saat menulis di papan tulis. Mahasiswa di belakang mulai saling melempar pandang, bertanya-tanya ada apa dengan dosen mereka yang terkenal dengan galak itu.
Tak ingin kelemahannya terlihat.Ilham langsung mengambil tindakan."Saya berikan tugas, langsung di kumpulan hari ini juga," pungkasnta sambil menuliskan beberapa soal do papan tulis.
Setelah selesai ia lalu duduk di kursinya sementara mahasiswa yang lain mengerjakan tugas mereka.
Ilham meraih handphonenya lalu mengirim pesan.
Fi yang sibuk mengerjakan tugas itu langsung melirik ke benda pipih yang berbunyi itu. Dengan mencuri- curi dia membuka pesan dari Ilham itu.
[Jangan memandang ku seperti itu disini. Aku jadi grogi, Sayang.Nanti kita lanjutkan saat di rumah]
Fiandra menoleh Ilham kemudian keduanya saling melempar senyum manis sejuta makna.
apa kabar dengan duo enyak udah dapat belum berburu para duda 😍 semoga dapat ya nyak 😂😂😂😂