Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kissing yang tidak terduga
Bella kaget dengan tawaran dari Tuan Muda yang tiba-tiba ingin melunasi hutang dari suaminya yang sudah meninggal dunia itu. "Tuan Muda serius?" tanya Bella dengan ekspresi wajah heran.
Tuan Muda menatap langit gelap itu kembali. Seakan memberikan jawaban bahwa niatnya benar-benar serius.
"Iya saya serius." Tuan Muda berbicara setelah beberapa detik memutuskan untuk diam sejenak. Bella pada saat itu tersenyum tulus. Seakan ia mendapatkan secercah harapan dan cahaya yang diberikan oleh Tuan Muda. Entah apa yang mendasari gerangan tersenyum melakukan itu.
"Terimakasih Tuan Muda. Terimakasih banyak... " ucap Bella menggengam tangan Tuan Muda seraya menundukkan kepalanya. Bisa dibayangkan semenderita apa seorang Bella yang terbebani hutang 900 juta dari mendiang suaminya.
"Ada syarat yang harus kamu penuhi, Bella." Detik itu juga Bella tercekat. Ternyata bukan hanya sekedar bantuan melainkan ada imbalan yang diinginkan oleh Tuan Muda.
"Apa itu Tuan? Katakan."
"Berhenti bekerja sama dengan ayah saya, Tuan Besar." Tuan Muda hanya meminta persyaratan itu saja. Akan tetapi, pikiran Bella tidak sampai untuk menganalisis kenapa harus seperti itu?
"Maaf Tuan Muda, maksudnya apa ya? Tidak boleh bekerja sama gimana?" tanya Bella berusaha menggali maksud dari Tuan Muda itu.
"Kamu kesini untuk memantau kondisi saya serta dibayar oleh ayah saya, kan?" tanya Tuan Muda.
"Iya Tuan."
"Saya tidak mau diawasi oleh mereka terutama Tuan Besar, ayah saya sendiri. Saya akan kasih kamu uang bulanan untuk anak kamu sebesar 10 juta, cukup?" tanya Tuan Muda.
Bella membelalakkan matanya.
"Serius Tua ? Masih ada gaji untuk saya?"
"Serius."
"Saya akan pikirkan lagi, Tauke. Saya hanya takut Tuan Besar... "
"Terserah kamu, ini menyangkut anak kamu, kamu mau sengsara atau bahagia." Tuan Muda kemudian pergi ke dalam kamarnya. Ia akan menuju ke ranjangnya untuk tidur. Kebetulan ini juga sudah jam 9 malam.
Bella menghampiri dengan cepat dan membantu Tuan Muda pindah dari kursi roda ke ranjang. Tuan Muda seperti risih jika ada yang menyentuh dirinya.
"Jangan sentuh saya!"
"Astaga, galak banget Tauke. Hmmm saya hanya bantu Tuan buat pindah, itu saja."
"Mending kamu keluar, Bella. Saya muak lihat kamu terus-menerus."
"Biarin Tauke, anda nanti jatuh." Bella tetap kekeh membantu sampai akhirnya....
Brukkk!!!
Tubuh Sakiya dengan tidak sengaja justru menimpa tubuh Tuan Muda yang sangat bidang itu. Keduanya sekarang menjadi tumpang tindih.
"Aaaaaa!!!" seru Bella yang kaget karena posisinya makin ringsak ke dada Tuan Muda akibat kursi roda itu yang semakin mundur.
Terengah-engah, Bella berusaha bangkit dari posisi yang memalukan itu. Dalam kekacauan yang tak terduga, dia dan Tuan Muda telah terjebak dalam posisi yang sangat intim. Kepalanya terasa panas, pipinya memerah ketika dia menyadari bahwa bibir mereka sempat bertemu dalam kecelakaan yang tidak disengaja itu.
Tuan Muda, yang sudah kesal dan memahan amarah itu, hanya bisa melihat Bella dengan ekspresi terkejut dan sedikit bingung. Dia mencoba memejamkan matanya, mencoba meredakan kekakuan yang tercipta.
"BELLA!!!" seru Tua Muda tidak bisa menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya. Ia sudah cukup sabar menghadapi Bella.
"Saya minta maaf, Tuan," ucap Bella dengan suara yang bergetar, seraya dia berusaha mengatur napas dan merapikan pakaian yang sedikit kusut akibat insiden tersebut.
Bella segera berdiri dan mengulurkan tangan untuk membantu Tuan Muda kembali ke posisi duduk yang nyaman. Dalam hati, Bella berjanji untuk tidak lagi mencoba melakukan hal yang melebihi batas kemampuannya, meskipun itu berarti membantu orang yang ia hormati.
"Astaga! Malu banget!" seru Bella yang kini wajahnya seperti kepiting rebus.
Momen itu, meskipun singkat, telah mengajarkan kepada Bella pentingnya memahami dan menghormati batas-batas fisik, baik itu dirinya sendiri maupun orang lain.
"Jaga bahasa kamu, kamu mau modus, kan?" tanya Tuan Muda pada Bella dengan menatap tajam wanita usia 27 tahun itu.
"Ekhmmm siapa juga yang mau modus sama Anda, Tuan. S-saya.... "
"Udah kamu keluar!!" seru Tuan Muda dengan nada meninggi. Ia paling tidak suka dengan orang yang menyentuh fisiknya terlalu berlebihan kecuali Verni, kekasihnya yang sudah meninggal.
Bella menghela nafas panjang. Ia pun pergi, sembari pergi ia pun ngedumel mulu. "Hmm emang sulit banget punya kakak ipar yang bikin gedeg," gumam lirih Bella yang didengar oleh Tuan Muda.
"Kamu nyindir saya, Bella!!"
"E-enggak Tuan, ampun." Bella segera berlari keluar dari kamar keramat itu hahaha. Ia menutup pintu itu dengan deguban jantung yang iramanya tidak menentu.
"Astaga! Tadi itu ngapain?" tanya Bella sembari memegang bibirnya yang kian menempel dengan Tuan Muda tadi.
Bella menggelengkan kepalanya, "Gak! Gak Bella!! Itu hanya kecelakaan aja. Astaga, malu banget!" seru Bella pergi ke kamarnya.
*********
Keesokan harinya, saat fajar mulai menyingsing. Ternyata pemandangan pantai dengan sunrise yang indah dapat menyegarkan mata Bella. Entah sudah berapa lama ia tidak mengunjungi tempat semenyenangkan dan senyaman ini.
Semilir angin yang menerpa Bella tidak membuatnya merasa kedinginan. Ia pun segera menuju ke pasar untuk membeli sayur mayur dan aneka lauk pauk disana. "Lauren, kamu di rumah aja ya, ibu mau ke pasar dulu."
"Yah!! Lolen dak boyeh itut, Bu?"
"Nanti Lauren mual, katanya Syifa gak suka di pasar. Dulu aja di kost ibu ajak ke pasar Lauren mual mual mencium aroma ikan dan daging mentah."
Anak kecil itu pun menurut apa kata ibunya. "Ya udah, Lolen main sama cus Tayi aja."
"Iya, bentar ibu bilangin ya." Bella kemudian menuju ke dapur kotor dan langsung memanggil maid yang bernama Tari itu.
"Bik Asih, lihat Mbak Tari gak?" tanya Bella melihat sekeliling dapur tidak ada Tari disitu.
"Oh Tari di taman belakang sih tadi. Coba deh kesana. Mau nitipin Non Lauren?"
"Iya Bi."
**********
Setelah dititipin ke Mbak Tari, akhirnya Bella membawa tas belanja dan jalan kaki menuju pasar. Langkah kakinya terasa ringan diiringi dengan semilir angin dan pemandangan sunrise yang indah.
"Enak juga ya tinggal disini. Bisa lihat pantai setiap hari," ucap Bella sembari terus berjalan.
Beberapa langkah kemudian, ia harus menyapa orang sekitar yang kini akan berangkat ke lelangan ikan.
"Mari Bu.... " ucap Bella mencoba ramah dengan orang sekitar. Ibu yang mengenakan 'copil' itu pun mengangguk. "Mari Mbak, orang baru ya?" tanya ibu tersebut.
"Iya, saya pengasuhnya Tua Muda. Nama saya Bella," ucap Bella jabat tangan Ibu itu.
Langsung ibu itu teringat akan nama 'Bella' yang familiar di telinganya.
"Oh Mbak Bella, yang istrinya alm. Tuan Muda Agash ya?" tanya ibu itu teringat akan Agash. Bella tersenyum, "Iya, ibu. Saya istrinya," ucap Bella.
Ibu itu tidak segera mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Sakiya. Hal itu membuat Sakiya jadi overthinking seketika. Apa yang salah dengannya.
"Ya ampun gak nyangka ya bisa bertemu dengan Nona Bella. Saya rasanya tidak pantas menjabat Anda, Nona. Anda kan dari keluarga konglomerat... " ucap Ibu itu insecure.