Elina wanita terkuat di akhir zaman yang paling ditakuti baik manusia, zombie dan binatang mutan tiba-tiba kembali ke dunia tempat dia tinggal sebelum-nya!
Di kehidupan pertamanya, Elina hanyalah seorang gadis biasa yang hidupnya dihancurkan oleh obsesi cinta dan keputusan-keputusan keliru.
Sekarang, dengan kekuatan kayu legendaris dan ruang dimensi yang memberinya kendali atas kehidupan, Elina ingin memulai kembali hidupnya dengan membuat pertanian besar dan melakukan siaran langsung bersama bayinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimas
Di sebuah kedai kopi, Elina duduk bersama Dimas, teman masa kecilnya.
“Kamu apa kabar? Kemana saja kamu setahun terakhir ini?” Dimas bertanya, terlihat cemas.
“Aku baik. Bagaimana denganmu?” Elina berusaha mengalihkan perhatian Dimas.
“Bagaimana aku bisa baik? Kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Aku mencarimu ke mana-mana,” jawab Dimas dengan nada sedih.
Elina terdiam, bingung harus mulai dari mana untuk menjelaskan semuanya.
“Aku punya bayi,” ungkapnya, dan Dimas tertegun.
“Anaknya Andra?” tanya Dimas, lebih seperti pernyataan daripada pertanyaan.
Elina mengangguk. Dimas tampak frustrasi dan meminum kopinya dengan sekali teguk.
“Apakah Andra tahu?” tanya Dimas lagi.
Elina menggelengkan kepala. “belum" ujarnya singkat. Dimas menatapnya sejenak, lalu mengangguk.
“Baiklah. Lalu, apa rencanamu ke depannya?” tanyanya.
“Aku berencana menetap di desa dan bertani,” jawab Elina sambil tersenyum.
“Apakah kamu punya cukup uang? Kalau tidak, kamu bisa bilang padaku,” katanya dengan nada tulus, yang membuat hati Elina hangat.
“Dimas, maafkan aku,” Elina berkata pelan.
“Tak apa, semuanya tidak bisa dipaksakan. Tapi, bolehkah aku berkunjung ke rumahmu untuk melihat anakmu?”
“Tentu, rumahku selalu terbuka untukmu,” balas Elina sambil tersenyum.
Setelah itu, mereka berpisah. Dimas tinggal di kota, dan orang tua mereka adalah sahabat dekat. Dia adalah teman masa kecil Elina, yang dulu dianggapnya sebagai cinta pertama. Namun, saat bertemu Andra, Elina menyadari bahwa perasaannya kepada Dimas lebih seperti sayang seorang adik kepada kakaknya.
Setelah puas berkeliling kota, Elina kembali ke desa. Entah mengapa, dia sangat merindukan Alex. Setibanya di rumah, Elina langsung menuju rumah Bibi Ruan dan melihatnya bermain dengan Alex. Dia tersenyum dan membuka pagar halaman.
Mendengar suara pagar, Bibi Ruan menghampirinya. “Apakah semuanya sudah selesai?” tanya Bibi Ruan sambil menyerahkan Alex kepadanya.
“Ya, semuanya berjalan lancar. Terima kasih banyak, Bibi, atas kerja kerasnya,” kata Elina sambil mencubit pipi Alex. “Ini ada sedikit oleh-oleh untuk Bibi.”
Bibi Ruan menolak dan melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa. “Ah, tidak usah repot-repot.”
“Ini bukan apa-apa, Bibi. Anggap saja sebagai tanda terima kasih. Kalau Bibi tidak menerimanya, aku tidak akan menitipkan Alex lagi,” candanya dengan sedikit berpura-pura marah.
“Aduh, kamu nak,” kata Bibi Ruan menyerah sambil menerima bingkisan itu.
Elina pun membawa Alex pulang, sambil bercanda dengannya sepanjang jalan. Sesekali, dia menyapa warga desa yang berpapasan.
Sesampainya di rumah, Elina segera memandikan Alex dan memakaikan baju baru yang baru saja dibelinya. Matanya berbinar melihatnya.
“Anak siapa ini ganteng banget, baunya wangi lagi,” Elina mengendusnya sambil mencium berkali-kali, membuat Alex terkikik bahagia.
Setelah itu, Elina meletakkan Alex di kereta dorong yang tak sengaja dibelinya tadi. Selama seminggu ini, dia memberinya minum air spiritual dari ruang, dan hasilnya sangat luar biasa—Alex tumbuh lebih sehat dan berat badannya meningkat pesat dibandingkan bayi seusianya.
Elina duduk dan membuka ponsel, mencari-cari peluang usaha yang bisa dilakukannya tanpa harus meninggalkan Alex. Namun, setelah berjam-jam mencari, dia hanya bisa menghela napas. Kebanyakan pekerjaan mengharuskannya keluar rumah, dan menunggu tanaman berbuah pun masih lama.
“Mungkin aku bisa menjual sayuran yang sudah kutanam di ruang?” gumamnya.
Dengan semangat, Elina masuk ke dalam ruang. Untung saja waktu di dalam ruang itu berjalan lebih lambat—satu hari di dalam setara satu bulan di luar. Jadi, tanaman tumbuh dengan sangat cepat.
Elina mulai memanen tomat. Tomat-tomat itu terlihat sangat besar dibandingkan yang biasa, dengan bentuk bulat sempurna, kulitnya mengkilap dengan warna merah pekat yang menyala, memberikan kesan segar dan matang. Saat disentuh, kulitnya halus namun cukup kokoh. Dagingnya terasa manis dengan sedikit asam, memberi sensasi juicy saat digigit.
Selain tomat, ada seikat selada hijau yang renyah, daunnya besar dan lembut, berwarna hijau cerah dengan tepi yang sedikit bergelombang. Di sampingnya, ada wortel panjang yang ramping dengan warna oranye terang, kulitnya halus dan batang hijaunya masih segar.
Beberapa mentimun hijau gelap yang tebal dengan kulit sedikit bergaris memberikan sensasi dingin dan segar saat dipegang. Tak lupa ada brokoli dengan kuntum hijau tebal yang padat, tampak kokoh dan menggugah selera.
Semua sayuran itu terlihat hidup, segar dari tanah, tanpa jejak pestisida atau pupuk buatan, mengeluarkan aroma alami yang menyegarkan.
Elina mengemas sayuran-sayuran itu, siap dijual besok. Tapi ada satu masalah besar—dia membutuhkan mobil pickup untuk mengangkutnya ke pasar.
Elina mengeluarkan ponsel dan menelepon Dimas. Tidak lama, telepon tersambung.
“Halo Lin, apakah kamu ada masalah?” tanyanya cemas. Elina tersenyum.
“Semuanya baik-baik saja.”
“Baiklah, tumben sekali kau menelponku. Apakah kamu merindukanku?” tanyanya bercanda.
“Ayolah, kita baru bertemu sejam yang lalu. Oh ya, Dimas, aku meneleponmu karena aku membutuhkan bantuanmu.”
“Ada apa?”
“Aku ingin membeli mobil pickup, yang second tapi kualitasnya bagus.”
“Mau yang berapa?”
“Ada tidak yang di bawah 10 juta?”
“Oke, kirimkan alamatmu. Nanti aku akan langsung membawanya.”
“Terima kasih, Dim. Nanti aku transfer uangnya.”
“Selow.”
“Oke, aku matiin dulu. Selamat tinggal.”
“Selamat tinggal.”
Elina tersenyum dan menutup telepon. Huh, sekarang uangnya tinggal 10 juta. Rasanya ingin menangis. Tapi dia tetap harus berusaha.
Sambil scrolling Instagram, Elina tak sengaja melihat seorang wanita menyiram tanaman, dan tiba-tiba sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya.
Namun, sebelum dia bisa memikirkannya lebih Lanjut, tangisan Alex memanggilnya kembali ke dunia nyata.
---
Elina sm andra cptn nkah dong,biar halal...scra mreka msh sling cnta...