Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11_Rebutan
Sampai di kediaman keluarga Anderson, baru saja masuk Maura bisa mencium bau yang begitu harum sekali, seperti sedang ada yang masak di dapur.
Rasa ingin tahu nya pun semakin tinggi, dia berjalan ke arah dapur namun langsung di cekal tangannya oleh Bara yang melihat istrinya malah mengambil jalur yang berbeda bukan ke kamar mereka.
"Mau kemana?" tanya nya tegas.
"Ma... Mau ke dapur, kayaknya ada yang masak harum sekali." ucapnya begitu antusias.
Harap di maklum karena Maura memang suka dengan masak, mungkin karena sudah kebiasaan dirinya sehingga Maura begitu ingin sekali masak dan tidak sabar jika melihat dapur.
"Kamu baru sampai, bersih-bersih dulu baru turun." ucap Bara kemudian naik ke atas dan di ikuti oleh Maura di belakang.
Sampai di kamar mereka Bara kembali fokus dengan laptop nya karena ada pekerjaan yang masih harus dia kerjakan, sedangkan Maura memilih untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa saat akhirnya Maura keluar dengan tubuh yang kembali segar.
"Mas aku boleh turun ke bawah untuk bantu-bantu?" izin Maura dengan hati-hati agar sang suami tidak marah marah.
"Nanti saja, temani saya dulu. Nanti waktunya makan malam siap saja kita turun," ucap Bara dengan datarnya sambil terus melihat laptopnya.
Akhirnya mau tidak mau Maura pun menurutinya dan menunggu di samping Bara yang sedang fokus itu.
"Ini." ucap Bara setelah cukup lama berfokus dengan layar di depan nya itu.
"Ini apa?" tanya Maura saat sang suami menyerahkan sebuah card dan di berikan kepadanya.
"Saya ini suami kamu, jadi sudah kewajiban saya untuk menafkahi kamu. Gunakan ini untuk keperluan kamu," ucap Bara menyerahkan black card kepada Maura.
Maura bukan anak yang bodoh tidak tahu apa itu, tapi muara tak habis fikir bagaimana bisa dia mendapatkan black card semudah itu, bahkan mahar yang di berikan untuk dirinya saja masih begitu banyak sekali.
"Tapi aku ada gaji sendiri kok mas, jadi aku rasa ini gak perlu deh." tolak Maura dengan begitu halus agar tidak menyakiti.
Penolakan Maura tadi membuat Bara kesal, hingga dia tiba-tiba menarik lengan sang istri untuk mendekat dan;
CUP
Satu ciuman mendarat di bibir Maura, awalnya ciuman singkat namun Bara tiba-tiba mencium lagi sang istri yang awalnya hanya kecupan menjadi ciuman yang begitu menuntut.
CUP
Maura bingung harus bagaimana, dia bukan orang yang profesional dalam hal ini, namun sungguh perlakuan sang suami membuat dia ikut terbuat.
"Manis." bisik Bara yang masih bisa di dengar oleh Maura, hal itu membuat pipi nya tiba-tiba memerah karena malu.
"Ambil lah, gunakan sesuka kamu. untuk gaji mu tabung saja," ucap Bara.
Akhirnya Maura pun menerima black card tersebut, tidak tahu untuk apa tapi akan Maura jaga karena ini pemberian dari suaminya.
Setelah itu Bara membersihkan tubuhnya sebentar karena tubuh dan pakaiannya begitu lengket sekali.
"Ayo turun, sekarang sudah waktu mau makan malam." ajak Bara setelah dia sudah rapi karena sudah membersihkan tubuhnya.
Mereka berdua pun turun berbarengan, di meja makan semua orang sudah hadir dan menunggu kedatangan mereka berdua.
"Cie pengantin baru nih, kak Maura sini dekat Bianca aja." seru Bianca yang begitu manja sekali dengan Maura.
"Ini istri kakak, jadi seharusnya duduk di samping kakak." seru Bara menarik tangan Maura agar duduk di sampingnya, sehingga sekarang Maura berhadapan dengan Bianca yang duduk di samping mama Wina.
Mama Wina dan papa Brian hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak-anak nya itu yang malah rebutan dengan menantu nya itu.
.
.
Bersambung.....