Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Duke Kedrick
Sejak sadarnya Abella, istana tampak sibuk. Para pelayan tampak bekerja ekstra kali ini, mereka tahu jika Abella sembuh, maka sifat kejamnya akan kembali. Ia tak akan membiarkan para pelayan melakukan kesalahan sedikit pun.
Sedang di kamarnya, Abella yang telah berangsur membaik tengah dijenguk oleh ayah dan putranya. Duke Kedrick dan Pangeran mahkota.
“Bagaimana kondisimu, semuanya stabilkan?”
“Ya, tabib istana sudah memeriksa dan semuanya baik-baik saja, Ayah.”
“Baguslah kalau begitu, sekarang istirahatlah sampai kau benar-benar sehat, Abella.”
“Baiklah, aku akan istirahat seperti yang kau perintahkan. Tapi kabulkan dulu permintaanku,” pinta Abella.
“Ya, apa yang kau inginkan putriku?”
“Berikan aku permen cokelat di sakumu Ayah, aku ingin cokelat itu?”
Mendengar kata-kata tersebut, membuat Duke Kedrick mengingat Abella kecil. Kata-kata itu persis sama seperti yang ia katakan dulu,
Duke Kedrick menghela nafas dalam, ia tersenyum simpul ke arah Abella, “Kau masih ingat semua itu? Ayah pikir kau sudah melupakan semuanya.” Mengambil beberapa cokelat dari kantong lalu memberikannya pada Abella dan Theodore.
Wajah Abella semeringah, ia mengunyah permen cokelat tersebut bersama putranya.
Setelah kunjungan dari sang Duke dan Pangeran Mahkota selesai, Abella kembali beristirahat, ia masih belum sanggup untuk memperkerjakan tubuhnya yang masih lemah.
...****************...
Seminggu berlalu dengan cepat, tak ada kabar tentang permaisuri yang akan kembali bertugas. Orang-orang istana pun mulai bingung, apa yang terjadi dengan perempuan jahat itu.
Begitu pula dengan kaisar, sudah beberapa hari ini ia selalu menatap ke arah pintu, seolah menunggu kedatangan seseorang yang tak pasti kapan akan datang.
“Bagaimana dengan permaisuri? Apa dia sudah kembali mengemban tugasnya?”
“Belum, Yang Mulia. Beliau masih dalam tahap penyembuhan, dan belum ada kabar kapan akan kembali bertugas,” jawab sang Asisten.
“Sampai kapan perempuan itu selalu sakit, tidakkah dia tahu bahwa ia harus kembali mengemban tugasnya,” gerutunya.
Beberapa saat Leonardo terdiam dan mulai kembali menulis, tetapi tak lama ia berhenti.
“Wil, apa pesta perjamuan istana sudah disiapkan?”
“Ya, Yang Mulia. Semua sudah siap, hanya tinggal menjalankannya saja lusa nanti.”
“Ya, baguslah. Dan Wil, pastikan juga semua anggota kerajaan harus hadir, aku tak ingin melihat ada anggota kerajaan yang tak hadir!” tegas sang Kaisar.
“Baik, Yang Mulia.”
...****************...
Di lorong istana, tampak Daisy mendorong troli dengan santai. Ia melihat banyak para pelayan yang berlalu lalang, tengah bergosip tentang Tuannya.
Ya, sudah seminggu ini permaisuri belum menunjukkan tanda-tanda ia akan kembali mengemban tugas kerajaannya. Hal itu menimbulkan perbincangan di istana, baik pelayan, kesatria, atau prajurit, begitu pula dengan para bangsawan, semua membicarakannya.
Daisy merasa kasihan pada Tuannya sendiri, mereka menuntut kesempurnaan dari seorang Callista Abriella tapi selalu mencerca setiap perbuatannya.
Troli itu pun sampai ke ruangan Abella, terlihat sosok tanpa ekspresi itu tengah duduk di sofa yang menghadap langsung ke jendela.
“Yang Mulia, saya membawa tehnya lagi, dan saya akan meletakannya di sini,” ucap Daisy sambil meletakkan teh dan peralatannya di atas meja.
Tak ada jawaban dari Abella, bahkan ekspresi wajahnya tak sedikit pun berubah, ia terus saja menatap pemandangan di luar jendela. Menyaksikan musim semi pagi ini.
Melihat bunga bermekaran indah, membuat Abella mengingat masa lalunya. Ketika ia menerima lamaran kaisar, pernikahan mereka di adakan saat musim semi seperti ini.
Pernikahan yang begitu megah, dengan dekorasi dan hiasan gemerlap dan bercahaya juga makanan lezat yang berjejer rapi menunggu untuk di makan.
Pernikahannya begitu sempurna, namun sayang sikap Kaisar mengacaukan semuanya, baru saja pernikahan keduanya disahkan, Leonardo sudah pergi begitu saja. Ia sudah meninggalkan sendiri pengantin wanitanya di depan banyak orang.
Banyak para bangsawan berbisik, merasa iba juga malu untuk keadaan Abella, entah bagaimana ia harus menggambarkan perasaannya saat itu.
Perasaan kecewa dan hancurnya, terus ia dapatkan setelah menikah, tak peduli cara apa yang dilakukan Abella untuk menarik perhatian kaisar semuanya sia-sia, malah yang selalu ia dapatkan adalah cemoohan dan hinaan.
Bahkan cinta tulusnya itu, bisa dengan mudah dikalahkan oleh seorang budak, yang kini menjadi selir kesayangannya. Seolah cinta dan pengabdiannya hanya sesuatu yang tak berguna.
Abella menutup matanya dan menghela nafas panjang, mencoba mengatur nafasnya yang kembali terasa sesak.
“Yang Mulia, Anda tak papa?” tanya Alie
Abella melirik Alie, “Aku tak papa Alie, aku hanya teringat masa lalu.”
“Baiklah, Yang Mulia, kalau begitu saya akan undur diri.” Alie membungkuk dan berjalan mundur, ke tempat posisi awalnya berdiri bersama Daisy dan Elysa.
Abella menyesap tehnya dan kembali membuka buku yang diberikan Theodore untuknya kemarin.
“Alie, apakah putraku akan datang berkunjung hari ini?”
“Saya memeriksa jadwalnya, hari ini Pangeran Mahkota mengikuti banyak kelas, jadi tampaknya pangeran mahkota tak akan berkunjung, Yang Mulia.”
“Sangat disayangkan, aku tak bisa bertemu dengannya hari ini.”
Lalu Elysa yang sejak tadi diam, maju beberapa langkah dari tempatnya ke arah Abella, “Yang Mulia, saya punya kabar untuk Anda, maaf baru menyampaikannya hari ini,” ungkap Elysa sambil membungkuk.
Abella menoleh ke arah Elysa, meminta penjelasan.
“Yang Mulia, dua hari lagi acara perjamuan tahunan istana akan diadakan, dan semua a-anggota kerajaan harus hadir di sana. Maaf saya baru mengabarkannya yang mulia” ucap Elysa lagi sambil menunduk, takut melihat reaksi sang permaisuri yang akan marah.
Tapi Abella hanya diam, itu tak sesuai seperti yang ditakutkan Elysa. Wajah tanpa ekspresi itu seolah menegaskan jika kabar tersebut tak begitu penting. “Begitukah? Baiklah kita akan menghadirinya nanti,” balas Abella santai
Elysa tertegun “T-tapi, Yang Mulia, Anda tak marah pada saya? Saya terlambat memberi kabar, dan itu membuat Anda belum memesan gaun juga perhiasan!”
Abella tersenyum simpul, “Aku masih punya banyak gaun dan perhiasan untuk apa memesan yang baru?”
Elysa terdiam, mengingat dulu ketika di antara mereka terlambat memberi kabar atau melakukan sedikit kesalahan dengan gaun atau perhiasan, maka Permaisuri akan berteriak dan membentak mereka.
Tapi satu hal yang membuat ketiganya bertahan menjadi pelayan pribadi Permaisuri, adalah karena semarah apa pun Abella tak pernah memberikan hukuman fisik yang menyakiti mereka.
Dan kini Elysa merasa bingung akan perubahan sikap Abella, apa yang terjadi dengan Tuan pemarahnya ini? Seperti ada sihir yang mengubahnya dalam sekejap. Tapi di sisi lain, ada rasa senang di benak Elysa, bahwa Tuannya tak bersikap seperti dulu.
Kuharap Anda selalu baik, Yang Mulia. Sehingga rumor berlebihan tentang Anda itu menghilang. Elysa
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget