Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
"Bi Wati darimana?" saat Tika hendak ke dapur berpapasan dengan bibi Wati.
"Dari belakang, kenapa? Apakah Naysa menangis?" tanya bibi Wati beruntun.
"Gak kok bi, tapi ada yang nyari bibi didepan, kayak isterinya pak Boy, guru di SD tempat Reni sekolah bi." ujarnya.
"Wah ada apa ya? Apa Reni melakukan kesalahan? Ayo ke depan kita temui yang nyari bibi. Terus kamu lihat Naysa gak? Dia sama siapa?"
"Dia sama mama bi, dia gak nangis kok."
"Syukurlah." ucapnya sambil berjalan beriringan menuju teras rumah.
"Permisi, ibu mencari saya? Saya Wati ibunya Reni." Duduk dikursi seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Saya Tasya bu, isterinya pak Boy, gurunya Reni di SD. Lebih tepatnya guru olah raga bu." Ucapnya ramah. "Begini bu, saya ingin ketemu ibu karena saya ingin bertanya ke hal pribadi. Maaf jika pertanyaan saya menyinggung ibu."
Deg... Hati ibu Wati sudah berdetak kencang.
"Tentang apa ya bu?" Tanya bu Wati penasaran. "Baiklah bu, sebaiknya kita bicara dikamar supaya lebih private." Lanjutnya.
"Begini bu, nama anak ibu Reni, nama lengkapnya siapa ya bu?"
"Namanya Anggraeni Munawarah bu, ada apa ya bu? Intinya saja bu, jangan buat saya makin bingung bu Tasya." Ujar ibu Wati.
"Baiklah. Apa Reni anak kandung ibu?" Tanya mama Tasya pada intinya. Ibu Wati hanya diam karena ingin mendengarkan kelanjutan ucapan mama Tasya. "Karena Reni sangat mirip dengan anak kandung saya yang hilang bu." Matanya sudah mulai berkaca² saat bercerita. "Dulu anak saya masih sekitar umur 3 tahun, rumah orang tua saya kebakaran bu, lalu karena panik kami berlari keluar hingga Reni tertinggal didalam. Saya sempat berpikir mungkin anak saya tidak selamat, tapi tidak ada jejaknya, bahkan saya sampai berpikir mungkin anak saya ada yang menculiknya. Makanya saya hanya ingin pastikan apakah Reni benar anak kandung ibu atau hanya anak angkat? Karena saya masih sangat berharap kalau anak saya masih hidup bu." Ucap mama Tasya dengan berurai air mata.
"Sabar ya bu, mungkin ibu terlalu rindu dengan putri ibu sehingga Reni ibu anggap mirip dengan anak ibu. Memang nama mereka sama tapi saya yakin bahwa, Reni adalah putri kandung saya bu. Yang kuat ya bu menghadapi ujian ini, ya Allah... saya tidak bisa berkata apa² bu, saya juga pasti sangat sedih jika itu terjadi pada putri saya. Tapi kalau ibu mau menganggap Reni sebagai putri ibu saya tidak keberatan bu, apalagi jika Reni berkenan." Ujar ibu Wati dengan bijak.
"Terima kasih banyak bu Wati, semoga ibu selalu bahagia bersama keluarga, saya akan anggap Reni seperti anak saya sendiri. Roni biasa bermimpi tentang Reni bu, mereka anak saya kembar, Roni kakak dan Reni adik. Biasa Reni datang ke mimpi Roni lalu mengatakan bahwa, kakak gak usah cari aku kak, aku dah tenang disini, kakak dan keluarga juga harus bahagia disana. Tolong jaga mama dan papa kak, jaga juga adik Rey. Saya jadi makin sedih dengar ceritanya bu." Makin menangis tersedu mama Tasya.
"Ya Allah bu, mungkin itu suatu pertanda bi kalau putri ibu Tasya sudah tenang dan bahagia disisi Allah, jadi ibu harus ikhlas, semoga Allah memberikan petunjuknya. Aamiin." Ujar ibu Wati tulus.
"Iya bu Wati. Nama anak saya itu Reni Syasa Boyman, dan kakaknya atau kembarannya itu bernama Roni Surya Boyman. Mereka kembar bu, lahir hanya beda satu jam saja." Jelas mama Tasya.
"Sekali lagi terima kasih banyak waktunya bu, saya sudah lebih lega, karena saya dengar dari Roni jika Reni akan kembali sekolah dikampungnya. Untung masih ada kesempatan buat ketemu ibu. Jadi ibu tinggal dimana?" Tanya mama Tasya penasaran.
"Jadi saya ini kan adiknya Mas Joy, dan ada enam saudara saya disini semua, saya nikah dan ikut suami ke Tenggara bu karena transmigrasi kesana. Rencana setelah lebaran kami pulang sekalian saya bawa Reni kembali pulang ke rumah." Jelasnya.
"Oh, jadi begitu bu!" Tiba² ada Tika masuk kamar.
"Maaf bi, kirain gak ada orang!" Ujar Tika ramah.
"Iya, kamu mau ke masjid tarawih?" Tanya bibi Wati. Dijawab anggukan kepala oleh Mb Tika. "Tolong panggilkan dulu Reni, ibu mau bicara dengannya." Ucap bi Wati.
"Iya bi." Seraya keluar kamar lalu mencari Reni. "Ren, dipanggil ibumu di kamar." Reni bangkit dari duduknya lalu ke kamar.
"Bu, ada apa bu? Kirain ibu sendirian!" Sambil menunduk hormat karena dikira ibu hanya sendirian.
"Salim dulu nak,, kenalin ini ibu Tasya." Lalu Reni mengulurkan tangannya.
"Reni." Sambil tersenyum.
"Mama Tasya, boleh peluk?" Reni menengok kepada ibunya seraya minta persetujuan. Ibu Wati hanya mengangguk saja. "Terima kasih sudah mau dipeluk, salam kenal ya dari mama Tasya." Ucapnya sambil tersenyum ramah. Reni hanya tersenyum mengangguk, dia bingung dengan situasinya dan hendak berucap pun tidak tau apa yang akan dia ucapkan.
"Reni, anggap mama Tasya ini sebagai ibumu juga, sayangi beliau seperti kamu menyayangi mama. Kamu tau kenapa nak?" Reni hanya menggelengkan kepala. "Kamu sangat mirip dengan putri mama Tasya, jadi mama Tasya mau menganggapmu seperti putirnya. Apakah kamu setuju?" Reni hanya mengangguk.
"Alhamdulillah." Ucap mama Tasya penuh rasa syukur. "Saya ingin lagi memiliki anak perempuan Mb, tapi gak mungkin karena rahim saya sudah diangkat saat melahirkan Rey. Mb masih punya anak kecil ya?" Tanya mama Tasya penasaran. Mama Tasya merubah panggilannya ke ibu Wati menjadi Mb supaya lebih akrab.
"Ya Allah... sabar Mb, setiap orang hidup ada saja ujiannya. Saya malah gak punya anak laki² Mb, anak saya perempuan semua tiga." Ujarnya sambil tersenyum. "Ya sudah, saya duluan keluar ya Mb, kalau masih mau cerita sama Reni juga gak apa², saya mau cari Naysa dulu mungkin dia sudah nyariin saya." Lanjutnya.
"Iya Mb, saya disini dulu sama Reni. Gak apa² kan Ren?" Reni hanya mengangguk menurut.
Hening...
"Kamu satu kelas ya dengan Roni?"
"Iya tante, eh Mama. Maaf belum terbiasa." Ucapnya sambi tersenyum kikuk.
"Gak apa² nak, mama mengerti. Kamu memang mirip putri mama." ucap mama Tasya. Lalu menceritakan kisah hidupnya bersama keluarganya yang kehilangan Reni.
"Bolehkan kalau mama menganggapmu anak mama?"
"Iya, boleh kok ma."
"Terima kasih nak. Kamu sudah shalat?" tanya mama Tasya.
"Sudah ma. Tadi Reni shalat maghrib tapi belum shalat isya karena gak ke masjid jadi lambat."
"Oh begitu." jawab mama Tasya singkat sambil tersenyum. "Lucu anak ini, sangat jujur. Mungkin kalau Reniku masih ada sudah sebesar dia." gumamnya dalam hati. " Ya udah keluar yuk? Kamu sudah makan?" tanyanya.
"Sudah ma, aku sudah kenyang." Reni merasa bahagia karena ada yang menyayanginya selain keluarganya.
"Ayo makan dulu Mb, sana Ren temani mama Tasya."
"Iya Mb."
"Iya Bu." ucap mereka bersamaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading ☆☆☆