Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pergi
Arya memasuki ruang bawah tanah dan memberi isyarat kepada kedua orangtuanya agar mereka segera pergi. Ia menggendong Rayan yang masih tertidur pulas, lalu membantu ibunya mendorong kursi roda yang menjadi alat untuk mempermudah papanya bergerak.
Mereka menyusuri hutan untuk tiba dimobil yang ia parkir. Setelah mereka semuanya masuk, Arya meminta kepada keluarganya menunggu sebentar, sebab akan membereskan para jasad yang bertebaran.
Ia mengumpulkannya menjadi satu, lalu memandikannya dengan deterjen dan menggunakan cairan khusus untuk menghilangkan jejak, dan memasukkannya ke dalam rawa, sebab ia yakin jika tidak ada siapapun yang akan pergi kesana, tak lupa ia memasukkan ketiga sepeda motor itu bersama kedalamnya, dan berharap para predator seperti buaya dan sanca memangsa mereka.
Setelah semuanya beres dan tidak ada jejak kejahatan disana, Ia bergegas kembali menemui keluarganya, lalu melanjutkan perjalanannya dan mengantarkan kedua orangtuanya ke Bandara untuk pergi ke luar negeri dan melakukan perobatan sang papa agar kembali berjalan setelah lama duduk dikursi roda.
Rayan terbangun dari tidurnya. Ia melihat dirinya didalam sebuah mobil, bukan kamar bawah tanah tempat ia tidur semula.
"Ayah, kita mau kemana, ini mobil siapa?" tanya bocah itu bingung. Seumur-umur ia hanya pernah menaiki motor gede yang baru dibeli ayahnya, tetapi itu juga sebentar, karena harus dijual kembali sebab perpisahan kedua orangtuanya, dan selama ini ia hanya menaiki motor butut yang dipakai berdagang bakso pentol.
"Ini mobil kamu, Sayang, kita akan membawa nenek untuk berobat keluar negeri, dan sementara ini kamu ikut bersama dan menempuh pendidikan disana," jawab Arya. Ia tak ingin keselamatan puteranya terancam, maka ia akan membawanya pergi jauh.
Rayan masih bingung, namun ia tak dapat memberontak. "Apakah itu tandanya aku akan jauh dari ibu dan tidak melihatnya lagi?" tanyanya dengan lirih.
Deeeeeegh...
Jantung Arya seolah berhenti berdetak saat mendengar pertanyaan sang bocah. Ia masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orangtuanya. Ia juga tahu, bagaimanapun buruknya sang ibu, tetaplah wanita yang melahirkannya.
"Kamu bersekolah yang bener, jika sudah saatnya kamu bertemu, itu akan ada masanya, tidak untuk sekarang, dan kamu harus menuruti kata-kata ayah!" Arya menegaskan ucapannya dan ia terlihat tak begitu baik saat Rayan menyebutkan perihal wanita itu.
Hubungan Rayan dengan ibunya adalah hubungan yang utuh, tapi tidak baginya, pria itu takkan pernah memungut sesuatu yang telah ia buang.
Rayan hanya terdiam, dan lagi-lagi ia harus patuh. Lalu Arya menyetir dengan kecepqtan laju yang cukup tinggi untuk menghindari ketertinggalan keberangkatan.
*****
Arya memberikan dokumen dan paspor pada kedua orangtuanya serta dokumen Rayan yang sudah ia persiapkan sejak lama. Ia mengiringi keberangkatan ketiganya dengan lambaian tangannya. Ia tahu puteranya bersedih karena berjauhan dengannya dan juga tidak melihat ibunya, tetapi semua harus terjadi, demi keselamatan sang bocah.
Pria itu menghela nafasnya dengan berat. Ia terngiang akan wajah Tafasya. Ia pernah meminta waktu sedikit saja untuk menyelesaikan masalahnya dan berjanji membuat wanita itu bahagia, tetapi mantan istrinya tak memberikannya kesempatan, dan memilih untuk mengkhianati cintanya, maka meninggalkannya adalah keputusan yang tepat.
Arya melirik lengan pakaiannya. Ia baru menyadari ada noda darah disana, maka dengan buru-buru ia meninggalkan bandara dan menuju kediamannya yang selama ini telah dirampas oleh seseorang dan ia telah mengambilnya kembali.
Pria itu tiba disebuah mansion yang cukup megah dan fasilitas yang cukup lengkap.
Ia disambut oleh beberapa bodyguardnya yang sudah menunggu dan menantikannya. Ia bergegas menuju kamarnya, lalu mengganti pakaiannya dan menghancurkan jejak pembantaian yang terjadi sebelumnya.
Pria itu membersihkan dirinya diakmar mandi. Ia merendamkan tubuhnya dengan air hangat, berupaya menghilangkan rasa lelah dan penat yang ia alami seharian.
Setelah selesai, lalu ia berpakaian rapih, dan malam ini ia akan pergi ke Mall terbesar yang ada dikota itu, dan tersebar diberbagai kota lainnya, yang mana merupakan miliknya dan telah ia kuasai kembali setelah sekian lamanya dirampas oleh seseorang yang rakus.
Arya kembali mengendarai mobilnya menuju tempat pusat perbelanjaan. Disana ada satu toko perhiasan yang menjual berbagai berlian dan pria itu terlihat sangat sumringah.
Ia masih mengenakan topi dan juga kacamata hitam untuk menyamarkan identitasnya, bahkan tak lupa masker yang menutupi setengah hidungnya.
Ia masih bersedih akan perpisahannya dengan Rayan, namun hidup terus berjalan, dan puteranya harus mendapatkan perlindungan dan pendidikan yang baik.
Ia memasuki toko berlian dan seorang wanita juga berada disana sedang melihat berlian yang dipamerkan dietalase.
Sesat aroma parfum itu tercium olehnya, dan ia sangat mengenalnya. Ketika ia meliriknya, benar saja dugaannya, jika pemiliknya tak lain adalah Tafasya, wanita yang pernah bertahta dihatinya, tetapi tidak untuk sekarang.
Rasa cinta yang dulu pernah tumbuh, kini mati begitu saja. Benar kata seeorang, jika perasaan seseorang dapat berubah seiring waktu dan semua itu tergantung dari sikap orang tersebut yang memperlakukan dengan baik atau buruk pada hidupnya.
"Mbak, saya mau yang itu!" tunjuknya pada sebuah kalung yang mana terdapat blue diamond sebagai pengikatnya.
Penjaga toko perhiasan itu sedikit ragu akan permintaan Tafasya, sebab itu sangat mahal. "Mbak, itu harganya sangat mahal," karyawan itu menjelaskan.
Seketika wajah Tafasya memerah ia tak ingin diremehkan. "Eh, mbak... Kamu itu cuma karyawan saja sok belagu banget. Saya ini yang punya Mall, suami saya pemiliknya, kamu tau Pak Bondan-kan? Kamu bisa saya pecat kalau coba-coba menghina saya!" ancamnya dengan wajah penuh amarah.
Karyawan itu seketika terdiam, dan akhirnya mengambilkan perhiasan yang dipinta oleh Tafasya. Namun saat wanita itu akan mengambilnya, Arya terlebih dahulu mendapatkannya.
Seketika Tafasya merasa semakin kesal, dan ia menatap pria dihadapannya dengan rasa jengkel. Tetapi ia sedikit gentar, sebab pria itu terlalu tampan untuk ia amarahkan.
"Mas, itu saya yang dulu memilihnya, tolong berikan pada saya," Tafasya merendahkan ucapannya, jujur ia terpesona pada pandangan pertamanya saat melihat pria dihadapannya.
Arya membuka maskernya, tetapi tidak dengan kacamatanya, dan seketika Tafasya merasa dejavu pada dirinya, ia pernah melihat pria itu, tapi dimana.
Seketika ia mengingat Arya. "Kamu mirip mantan suamiku, tapi kamu lebih bersih dan cakep. Jika mantan suamiku dekil, dengan rambut panjangnya, dan...," Tafasya tidak melanjutkan ucapannya, sebab pria itu membuka kacamatanya dan manik mata itu berwarna biru.
"Oh, maaf, aku salah orang, mantanku tidak tidak bermanik biru," ralatnya cepat, dan ia merampas perhiasan ditangan Arya lalu menyerahkan kartu kredit milik Bondan kepada karyawan toko.
Jujur hatinya saat ini tak tenang, ia merasa itu seperti Arya, tetapi semua berbeda, ia hanya berharap jika itu salah.
Pemilik toko mengambil kembali kotak perhiasan itu dan berusaha mengamankan dari tindak pencurian. kemudian ia mengecek limit dari credit card tersebut. "Maaf, Mbak, limitnya kosong dan kartu ini sudah diblokir sekitar 12 jam yang lalu, dan limitnya dibekukan," ucap karyawan toko menjelaskan.
Seketika Tafasya terbeliak, ia merasa jika itu hanya lelucon semata. "Kamu jangan ngeledek saya. Suami saya pemilik Mall ini!" wanita itu menekankan ucapannya.
"Maaf, Mbak. Kepemilikan Mall ini sudah kembali kepada pemilik aslinya, yaitu Pak Wijaya," sahut penjaga toko menegaskan.
Tafasya mengerutkan keningnya, ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh penjaga toko tersebut. Sebab baru beberapa saat ia menikmati kemewahan milik Bondan dan mengapa sekarang harus berakhir tidak menyenangkan?
G MALU APA BILANG PERNAH.
KALAU PERNAH KAN SEKARANG UDAH GAK LAGI🤣🤣🤣🤣
dah g usah ditanggepin ar, tinggal pergi aja🏃♂️🏃♂️🏃♂️
DISINILAH LETAK DIMNA AKU GAK BEGITU SUKA DENGAN CERITA DRAMA KELUARGA.
KOMEN KU BERASA KAYAK EMAK EMAK KOMPLEK BLOK 69🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
SAYANG...
seribu kali SAYANG🤣
ni mulut tasya enaknya dikasih sambal bakso semangkok🏃♂️