Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1 SAVERO
❣️❣️❣️ Savero Abyan Lionel ❣️❣️❣️
Seorang pria berpostur tinggi dan bertubuh kekar menuruni tangga dengan mengenakan pakaian formal tersebut adalah Savero Abyan Lionel atau yang biasa dipanggil Tuan Vero, pria dengan paras tampan tersebut adalah Direktur Utama di perusahaan King Lionel yang saat ini tengah dia pimpin.
Pagi ini seperti biasa Vero akan pergi ke kantornya, namun sebelum dia berangkat Vero berniat untuk sarapan pagi bersama Oma Rebecca di meja makan dengan hidangan yang sudah disediakan oleh para pelayan dirumahnya.
"Vero, apakah kini kamu sudah memiliki seorang kekasih untuk menjadi pendamping hidupmu?" ucap Oma Rebecca di sela sarapan pagi mereka.
Pertanyaan yang selalu mengusik telinga Vero, membuatnya kini tidak lagi berselera untuk makan.
"Bisakah pagi ini kita tidak membahasnya dulu Oma? Lagi pula Vero belum ingin menikah." jawab Vero dengan malas.
"Bagaimana bisa Oma tidak membahasnya, kamu itu sudah dewasa bahkan sekarang umurmu sudah mencapai 29tahun. Sudah saatnya kamu menikah dan memiliki keturunan untuk meneruskan perusahaan keluarga kita."
"Ayolah Oma, menikah itu bisa kapanpun. Dan Vero belum tertarik untuk menikah."
"Kapanpun? Apa maksudmu Vero? Apa kamu mau menunggu Oma mati dulu baru kamu akan memikirkan tentang pernikahan!." ucap Oma Rebecca dengan kesal.
"Cukup Oma. Vero berangkat dulu kekantor." ucap Vero dengan menahan emosinya sambil beranjak dari tempat duduknya.
Oma Rebecca hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menatap kepergian Vero dengan tatapan heran.
"Anak itu selalu saja lari dari pembicaraan tentang pernikahan." gumam Oma Rebecca.
Savero memang pria yang sangat tampan, tidak heran jika banyak wanita menginginkannya. Terkadang dia juga bermain dengan perempuan-perempuan nakal diluar sana. Namun untuk menikah dan memiliki keturunan itu masih sangat jauh dari pandangannya.
Sesampainya mobil Vero didepan kantor King Lionel, Vero keluar dari dalam pintu mobil mewahnya yang telah dibukakan oleh asisten sekaligus supir pribadinya.
Kini Vero berdiri di depan bangunan yang terdiri dari lima puluh lantai. Perusahaan tersebut adalah perusahaan pusat. Sedangkan cabangnya berdiri diberbagai penjuru kota.
Dengan langkah tegas Vero mulai memasuki kantornya dengan didampingi asisten yang berjalan di belakangnya. Saat mulai memasuki ruangan, semua karyawan disana menyapa dan memberi salam dengan menundukkan kepala mereka.
"Selamat pagi Tuan Vero." Ucap seorang perempuan yang baru-baru ini di angkat sebagai sekertaris pribadi oleh Vero menggantikan sekertaris lamanya yang keluar karena tidak betah dengan sikap Vero yang dingin dan suka marah-marah.
Perempuan dengan wajah cantik, berambut panjang, dengan body yang indah itu adalah Jena Laila Yasmin yang kini sedang berdiri menyambut kedatangan Vero di ruang kerjanya dengan menundukkan kepala.
Namun pikiran Vero yang sedang kacau pagi ini membuat Vero hanya berlalu melewati Jena dan duduk di kursi kebesarannya tanpa menjawab sapaan dari Jena. Membuat Jena merasa sangat geram dan ingin meremas-remasnya seperti kertas saat itu juga.
Jika bukan karena Jena sangat membutuhkan pekerjaan ini demi menghidupi keluarganya, mungkin Jena juga tidak mau bekerja dengan orang macam Vero.
"Tuan, ini adalah laporan pagi ini. Dan untuk jadwal hari ini Tuan ada meeting di kantor dari jam 10 sampai selesai untuk membahas tentang cabang baru kita. Dan setelah makan siang nanti sekitar jam 2 kita ada pertemuan dengan Tuan Adipati di cafe lavender. Sekian jadwal hari ini." ucap Jena dengan cekatan sambil menundukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Vero dan kembali duduk di kursinya.
Sepanjang meeting pagi ini Vero tidak fokus dengan apa yang tengah diterangkan oleh Jena, pikirannya masih memikirkan tentang pembahasan Omanya tadi pagi, Namun matanya terus menatap ke arah Jena sekertaris yang baru 6bulan lalu Vero angkat. Gadis itu memang sangat cantik dan cerdas, hingga membuat semua laki-laki disana merasa terpikat dengan pesonanya, di tambah dengan bodynya yang indah semakin menunjang penampilannya. Jena yang tidak sengaja melihat tatapan dari Tuannya itu membuatnya menjadi gugup dan salah tingkah. Dia mulai berfikir, apa ada yang salah dengan penampilan atau ucapannya?.
Setelah meeting selesai, mereka pun pergi kembali keruangan masing-masing.
🩸
🩸
🩸
Sore itu setelah semua pekerjaan selesai, Jena berpamitan pada sang Direktur untuk pulang. Saat Jena sampai didepan kantor tiba-tiba hujan turun dengan deras membuat Jena kini tidak bisa pulang dan memilih untuk berdiri disana sambil menunggu sampai hujan reda.
Dari dalam kantor Vero berjalan bersama asisten pribadinya dan melihat Jena yang masih berdiri di sana.
Tiba-tiba handphone didalam tas milik Jena bergetar, Jena segera mengambil benda pipih itu dan mengangkatnya. Itu adalah panggilan dari Sarah yang tidak lain adalah ibu tiri Jena.
Siska menelfon Jena tidak lain hanyalah untuk meminta uang, hal yang biasa Sarah lakukan membuat Jena muak dengan sikapnya. Jena yang malas bertengkar di telfon dengan Sarah pun segera mematikan telfonnya.
Vero yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Jena pun langsung mendekati Jena.
"Kamu belum pulang?." tanya Vero yang kini berdiri disebelah Jena dengan tatapan lurus ke depan.
"Tuan Savero." ucap Jena kaget dan langsung menundukkan kepalanya.
"Belum Tuan, saya menunggu hujan ini reda agar bisa pulang." lanjut Jena.
"Ini sudah sore, lebih baik kamu pulang denganku." titah Vero
"Tidak perlu repot-repot Tuan, saya bisa pulang sendiri. Mungkin sebentar lagi hujan ini juga akan reda." ujar Jena.
"Bagaimana jika tidak? Apa kamu mau tidur didepan kantor? Lagi pula saya tidak suka dibantah."
Benar yang dikatakan Savero, tidak ada jaminan jika hujan itu akan segera berhenti. Jika tidak lalu bagaimana dengan nasib Jena?
"Baiklah Tuan." jawab Jena patuh.
Segera asisten Rey mengambil payung untuk membawa mereka masuk kedalam mobil. Kini Jena duduk di kursi belakang mobil bersebelahan dengan Savero sang Direktur Utama.
"Apa rumah mu jauh?" tanya Savero saat mobil mewah itu mulai melaju.
"Lumayan Tuan." jawab Jena lalu menunjukan jalan menuju ke rumahnya.
"Baiklah kalau begitu, asisten Rey kita antarkan Jena terlebih dulu, setelah itu baru kita pulang." titah Vero.
"Baik Tuan." ucap asisten Rey dengan tegas sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Sepanjang jalan Jena hanya menatap kearah jendela. Sedangkan Vero diam-diam mulai memperhatikan gadis cantik itu.
"Ngomong-ngomong kamu bicara dengan siapa tadi di telfon?" tanya Savero memecah keheningan.
Namun bukannya menjawab Jena malah menatap Vero dengan tatapan kaget.
"Maaf aku tadi tidak sengaja mendengar pembicaraanmu." lanjut Vero.
"Tidak masalah Tuan, saya tadi berbicara dengan ibu saya di telfon."
"Jika saya tidak salah dengar, apa kamu sedang membutuhkan uang?"
"Maaf Tuan, tapi saya pikir ini adalah privasi saya dan bukan urusan kantor. Jadi tolong jangan ikut campur urusan pribadi saya." ucap Jena kesal.
Ternyata pertanyaan Savero barusan membuat Jena tersinggung.
"Baiklah."
Savero memaklumi sikap Jena barusan karena ini memang hal pribadi untuknya dan Savero hanya orang asing baginya.
Tiba-tiba kilatan petir menyambar disusul dengan suara yang sangat keras.
Duaaarrrrr...!!!!
Suara tersebut membuat Jena seketika refleks memeluk Vero dengan mata terpejam. Kini bagian tubuh Jena menempel di lengan Vero membuat sesuatu timbul dari dalam sana.
"ekhmm!"
Suara asisten Rey memecahkan suasana membuat Jena sadar dan langsung melepaskan tangannya dari tubuh Vero lalu menjauhkan tubuhnya dari lelaki tampan itu sambil membenarkan posisi duduknya.
"Maaf Tuan, saya tidak sengaja. Tadi saya hanya refleks karena ada suara petir." ucap Jena tidak enak.
"Ya, tidak masalah." jawab Savero dengan canggung.
Setelah sampai didepan rumah Jena pun bersiap untuk turun dari mobil.
"Terimakasih Tuan untuk tumpangannya hari ini. Saya permisi." pamit Jena.
"Hm, tidak masalah."
Jena pun turun dari mobil mewah itu dengan dibukakan pintu oleh asisten Rey.
"Terimakasih." ucap Jena pada asisten Rey sambil tersenyum manis.
"Sama-sama sekertaris Je."
Jena melangkah pergi masuk kedalam rumahnya sementara asisten Rey kembali ke dalam mobil.
Saat Jena pulang ternyata ibunya sudah menunggu didepan pintu rumahnya.
"Heh, sudah berani kamu sama saya ya?" ucap Sarah dengan nada tinggi.
Jena yang baru pulang dari pekerjaannya merasa malas untuk mendengarkan ocehan ibu tirinya itu. Tanpa menjawab Jena mencoba masuk melewati Sarah.
"Kamu budeg ya!" ucap Sarah sambil mendorong tubuh Jena.
"Apa sih Bu? Jena tuh capek, mau istirahat." jawab Jena.
"Apa? capek kamu bilang! Capek tuh ibu, ngurusin ayah kamu yang bisanya cuma tiduran di ranjang doang, cuma jadi beban." ucap Sarah kesal.
"Harusnya kamu itu banyak-banyakin berterimakasih sama ibu, ibu itu udah rawat kamu dan ayah kamu. Sekarang waktunya kamu balas Budi buat ibu! Ibu cuma minta uang aja kamu nggak kasih, malah telfon ibu kamu matiin. Dasar anak nggak tau diri!" cerocos Sarah panjang lebar.
"Tapi Jena selalu kasih uang buat ibu, belum lagi untuk bayar hutang-hutang ibu yang selalu ditambah. Seharusnya ibu belajar hemat dong Bu, jangan belanja mulu. Sekarang Jena udah nggak punya uang lagi, lagipula tanggal gajian Jena juga masih jauh."
"Ya terserah ibu dong mau belanja kek. Pokoknya ibu nggak mau tau, kalo kamu nggak kasih uang buat ibu buat bayar hutang besok ibu nggak bakal mau urusin ayah kamu lagi." ancam Sarah.
Lalu Sarah pun pergi meninggalkan Jena diluar sana. Sebenarnya Jena bukanlah anak yang lemah, bisa saja Jena melawan pada Sarah. Tapi jika ini sudah menyangkut ayahnya Jena tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti semua kemauan Sarah.
Karena jika Sarah tidak mau merawat Jena, maka siapa yang akan merawatnya nanti saat Jena pergi bekerja.
Dari kejauhan ternyata mobil mewah Savero belum pergi dari sana. Savero dan asisten Rey tidak sengaja melihat kejadian itu. Membuat Savero semakin penasaran dengan gadis cantik tersebut.
"Saya mau kamu cari tau, dan selidiki tentang gadis itu dan tentang uang yang dia bicarakan di telfon tadi." titah Savero.
"Baik Tuan." jawab asisten Rey.
"Dan satu lagi, untuk malam ini antarkan saya pulang ke apartemen, dan carikan perempuan untuk menemani saya malam ini."
"Siap Tuan."
Savero memang seperti itu, dia selalu bermain dengan perempuan saat dia memiliki masalah. Dan asisten Rey sudah hafal akan hal itu, bahkan dia tau tipe wanita yang diinginkan oleh Tuannya tersebut. Kini masalah dengan Oma Rebecca yang berada di rumah membuatnya enggan untuk pulang dam memilih untuk pulang ke apartemen mewahnya.