Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 ( Teringat ibuku )
Lima bulan kemudian kehamilan Bella hampir memasuki bulannya. Sesibuk apapun Arrayan selalu ada saat tiba jadwal control kandungan sang istri. Arrayan sangat bahagia menyambut calon anaknya mereka berdua tidak melakukan USG agar menjadi kejutan karena Arrayan tidak terlalu memikirkan jenis kelaminnya. Akan tetapi, ia berharap anak pertamanya seorang putra untuk menjadi penerus keluarga Mahendra.
Mengingat kandungan Bella yang sudah memasuki bulannya membuat ia harus menggunakan kursi roda. Meski terasa tidak nyaman, tetapi Bella tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauan sang suami yang tidak pernah bisa di bantah.
Arrayan mulai masuk ke dalam ruangan dokter untuk memeriksakan kandungan sang istri, perlahan ia mendorong kursi roda dan langsung menggendong tubuh istri kecilnya dan membaringkannya di atas brangkar.”Sudah bulannya, apa tidak sebaiknya melakukan USG?” saran dokter Maya.
Pasutri itu saling menatap, ia menunggu persetujuan suaminya dan akhirnya Arrayan menganggukkan kepalanya. Dokter Maya pun mengoleskan gel diatas perut buncit Bella. Arrayan terasa sangat bahagia melihat malaikat kecilnya di layar monitor empat dimensi yang sangat aktif bergerak.
“Apa jenis kelaminnya, Dokter?” tanya Bella.
“Perempuan,” Bella lanjut menatap sang suami yang sebenarnya menginginkan seorang putra. Kedua matanya menyiratkan rasa takut kalau Arrayan tidak akan mau menerima putrinya nanti ketika ia sudah lahir.
“kenapa melihatku begitu? Ayolah, sayang aku tidak suka tatapan mu kalau seperti itu,” protes Arrayan.
“Bayi kita perempuan,” lirih Bella.
Pertanyaan sang istri membuat Arrayan mengerti jika Bella takut akan sesuatu,”Mau perempuan atau laki-laki aku akan tetap menyayanginya. Kau tidak perlu khawatir,” ujar Arrayan.
“Tapi, kamu butuh penerus kan, Mas,”sahut Bella.
“Ya, tinggal buat aja lagi kenapa harus pusing memikirkan itu,” ucap Arrayan dengan santai membuat Dokter Maya terkekeh geli sedangkan Bella malu dengan perkataan Arrayan.
Plak
“Mas …!” ucap Bella tertahan.
Dokter Maya tidak dapat menyembunyikan tawanya, ia berusaha tenang dan melanjutkan pemeriksaannya,”Semuanya normal ya, pak, bu. Bayinya sehat, air ketubannya cukup dan ini sudah masuk tiga puluh lima minggu. Minggu depan control lagi karena sudah hampir bulannya sang ibu jangan bepergian jauh taku nanti melahirkan di jalan,” terang dokter Maya.
“Padahal saya mau mengajaknya Baby moon dokter. Kalo gak boleh ya gak jadi, deh,” gumam Arrayan.
“Nanti saja, pak. Habis lahiran langsung honeymoon part dua biar cepat jadi lagi,” saran Dokter Maya.
“Ide bagus itu Dokter,” sahut Arrayan dengan pandangannya ke arah Bella seakan menggodanya.
“Enggak, ya. ini aja belum lahir malah mau rencana in honeymoon lagi!” tolak Bella menatap tajam pada Arrayan.
*
*
Karir Stella makin bersinar sebagai model, untuk sementara ia tidak ingin terlalu memikirkan Arrayan dulu. Sampai ia benar-benar menyusun rencana yang matang untuk merebutnya kembali. Saat ini ia sedang melakukan pemotretan di sebuah pantai untuk sebuah iklan produk Ar grup. Dengan sangat professional dan Tuan Arash tentu menyukainya.
Ya, Arash adalah orang yang selalu perfect tentang pekerjaan sampai ia selalu terjun ke lapangan untuk sekedar memastikan apakah semua karyawannya bekerja dengan sangat sempurna walaupun di dunia ini tidak akan ada yang sempurna, tetap Arash yang akan melakukannya untuk mendekati sempurna.
“Bagus, Stella. Kau sudah seperti model internasional,” puji Tuan Arash.
“Kau sangat berlebihan, Tuan,” ujar Stella ia mendudukkan tubuhnya karena tiba-tiba kepalanya terasa pusing.
Bagas datang untuk memberikan Stella sebotol air. Arash memperhatikan Stella yang sepertinya wajah gadis itu terlihat pucat tidak seperti biasanya,”Apa kau sakit?” Stella langsung menoleh sembari meminum sebotol air.
“Tidak, Tuan. Aku hanya sedikit pusing,” lirih Stella.
Arash menyuruhnya cepat berkemas dan memerintahkan Bagas untuk segera mengantarkan modelnya itu menuju rumahnya. Kebetulan pekerjaan sudah selesai Stella pun langsung berjalan ke mobilnya merebahkan tubuhnya yang tiba-tiba lemas.
Bagas yang sudah siap menghidupkan mesin mobil pun menoleh ke belakang lalu bertanya ada apa dengan Stella,”Nona, apa kita ke rumah sakit dulu sebelum pulang?” tanya Bagas.
“Pulang saja, aku sudah ingin istirahat perut ku terasa mual. Entahlah, mungkin lambungku kumat,” jawab Stella.
“Baik, Nona,” sahut Bagas lalu ia melajukan mobilnya agar bisa sampai ke rumah.
*
*
Malam hari Arrayan masih berkutat dengan laptopnya, semenjak kehamilan Bella Arrayan jarang datang ke kantor dan Sean lah yang membantunya sekarang karena William dan Berliana harus kembali ke London mengurus perusahaannya. Sedangkan Jesicca memilih kuliah di Indonesia karena di London ia tidak begitu suka dengan pergaulan di sana yang terlalu bebas dan ia sangat menyukai Indonesia walaupun ia lahir dan besar di London. Sebenarnya Wiliam sangat berat meninggalkan sang putri kesayangannya, tetapi selama ada Sean ia yakin kalau keponakannya yang satu itu bisa menjaga sepupunya. Akan tetapi, tidak dengan Arrayan ia sangat tidak percaya jika menitip kan putrinya padanya karena mereka tidak pernah akur.
Bella terbangun bukan karena Arrayan yang tidak ada di sampingnya dan masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia terbangun karena tidak bisa tidur dengan perutnya yang sudah sangat besar membuat ia merasa tidak nyaman. Rasa panas dan posisi tidur yang dirasa kurang nyaman membuat wanita itu terus saja gelisah dan mendesah merasakan pinggangnya terasa panas. Arrayan yang sedikit terusik karena melihat Bella di tempat tidur itupun bangkit dari sofa tunggal berhenti sejenak dan menghampiri sang istri.
“kenapa, hum?” tutur Arrayan lembut mengusap punggung Bella yang saat ini duduk di tepi ranjang.
“Enggak tau, Mas. Rasanya gak nyaman aja, kamu keganggu, ya. Maaf,” ujar Bella.
Arrayan menggelengkan kepalanya ia memeluk Bella dari belakang lalu menarik tubuh istrinya agar bisa bersandar di bahunya seraya mengusap perut buncit istrinya. Sesekali Arrayan merasa terkejut karena merasakan seseuatu bergerak seperti menendang dari dalam perut, Bella hanya menarik napas dan mengeluarkannya pelan.”Sabar ya, sayang. Sebentar lagi ia akan lahir dan sepertinya aku juga gak mau kamu hamil lagi. Enggak tega aku tuh,” seru Arrayan seraya mengecup rambut Bella.
“Itu sudah kodratnya wanita, aku ikhlas, Mas. Semoga saja kondisiku selalu sehat,” balas Bella agar Arrayan tidak khawatir.
“Sekali lagi aku minta maaf, Bella. Atas perbuatan ku selama ini jika aku teringat ingin rasanya Mas menghukum diri sendiri tapi rasanya itupun belum cukup untuk menebus dosa ku padamu,” lirih Arrayan menarik napas beratnya dengan kedua matanya sudah berkaca-kaca.
Bella perlahan bangkit ia berbalik menghadap Arrayan, tangannya terulur mengusap air mata yang sudah jatuh membasahi pipi Arrayan,”Itu hanya ke salah pahaman aku sudah memaafkan, Mas. Justru aku beruntung memiliki suami seperti mu yang tidak pernah mengungkit kekurangan ku. Kalau kau marah itu hanya bentuk rasa sakit mu karena mengira aku lah pelaku nya bukan karena membenciku. Sebenarnya, aku pun tidak tau apa yang membuat mu ingin menikah denganku. Padahal aku yakin di luar sana banyak sekali yang ingin mengantri menjadi istrimu tapi …”
Arrayan mengehentikan Bella yang masih ingin berbicara dengan mengecup b1b1r Bella melumatnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan,”Bagi ku kau adalah wanita yang sengaja di kirimkan tuhan untuk pria yang pemarah ini. Bahkan Jesicca pun heran kenapa kamu mau menjadi istriku,” balas Arrayan setelah melepas pagutannya,
“Aku sangat menyukaimu saat pertama kita bertemu. Jadi, jangan pernah meragukan cinta ku lagi karena kau mengingatkan ku pada sosok ibuku. Ia sangat lembut dan penuh kasih sayang. Tidak pernah sekalipun Mama memarahiku karena papa sangat keras dalam mendidik ku,” lanjut Arrayan.
Bella terdiam ingin sekali ia merasakan hal yang sama tapi entah lah apa itu bisa terwujud atau tidak karena ia pun tidak tau kedua orang tuanya masih hidup atau tiada,”Andai mama kamu masih hidup mungkin aku bisa merasakan kasih sayangnya,” ujar Bella menatap sendu Arrayan dan pria itu langsung memeluk sang istri dengan sangat erat membuatnya malah menangis terisak,”Ibu, apa kau merasakan apa yang aku rasakan sekarang saat mengandungku? Jika saja aku diberi kesempatan untuk bertemu dengan ibu aku akan mengatakan maaf sudah membuatmu menderita dan aku tidak bisa merawat masa tuamu. Aku sangat menyayangimu ibu, aku ingin memelukmu,”
Tangisan Bella pecah dipelukan Arrayan yang juga menangis merindukan sang Mama. Arrayan langsung mengusap air matanya ia melepaskan pelukan Bella dan menyuruhnya untuk istirahat,”Di mana pun orang tua kita berada tentu mereka akan sangat bahagia karena cucu mereka sebentar lagi akan lahir sayang. Jangan terlalu dipikirkan nanti Baby nya malah sedih. Sekarang kita istirahat saja, sudah malam,” bujuk Arrayan Bella pun menurut.
Mereka berbaring dengan Arrayan memeluknya dari belakang. Perlahan tapi pasti Bella menutup kedua matanya dan tertidur merasakan usapan lembut di bagian perutnya dari sang suami,”Aku berjanji akan selalu menjagamu dan menyayangimu, istriku,” janji Arrayan dalam hati seraya mengecup pucuk rambut Bella.
*
*
Bersambung.
😅