Aku tidak tahu bahwa cinta adalah sebuah kepalsuan semata. Kupikir kebebasan adalah kesenangan yang abadi. Faktanya, aku justru terjebak di sebuah lobang gelap gulita tanpa arah yang disebut cinta.
Aku gadis belia yang berusia 17 tahun dan harus menikah dengan orang dewasa berusia 23 tahun beralasan cinta. Cita-cita itu kukubur dalam-dalam hanya demi sebuah kehidupan fiksi yang kuimpikan namun tidak pernah terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ela W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 9
Ayah melaporkan keluarga Trio atas tuduhan pasal pemaksaan kehendak karena sudah secara paksa membuat aku mengiyakan sebuah pernikahan yang belum waktunya, juga karena telah menikahkan anak di bawah umur tanpa sepengetahuan orang tuanya. Setiap perjalanan kami, ayah meminta asisten merekamnya dan diunggah ke sosial media untuk mengklarifikasi bahwa vidio sebelumnya hanya sebuah pernikahan pura-pura demi memeras pihak tertentu. Ayah sangat marah pada keadaan ini, ia tidak terima karena aku, anak kesayangannya diperlakukan tidak adil.
Saat ini keluarga Trio sedang berada di dalam ancaman, mereka salah telah bermain-main dengan keluargaku yang punya banyak dekengan. Teman ibu dan ayah bukan orang-orang sembarangan yang bisa dengan mudah dikelabui. Mereka mengunggah vidio kami, artinya mengajak perang. Keluarga bejat itu harus menerima akibatnya. Apakah mereka pikir dengan cara menyebar aibku akan membuat kami tunduk dan mereka menang? Sayangnya cara pikir mereka tidak relevan, tidak segampang itu untuk menjatuhkan pihak ayah.
Trio masih berani menelpon, saat itu aku sedang bersama tante Dea dan ibu.
"Bu, Trio nelfon aku." seruku pada ibu saat melihat nomor siapa yang masuk.
"Angkat, angkat." sela tante Dea memberi tahu. Aku hanya mengangguk sambil menyentuh gambar telepon berwarna hijau di layar ponsel.
[Hallo]
[De, kenapa keluargamu melaporkan aku.]
[Lantas maumu apa setelah mengunggah gambarku, ingin menghancurkan nama baikku dan keluarga?]
[Itu bukan kami, De. Om-ku meminjam hp ibu dan tanpa sepengetahuan kami,.om memasukkan vidio kita ke akun Face Book-nya demi kepentingannya Ngan konten Profesional,]
[Artinya itu keteledoran ibumu. Kenapa tidak langsung dihapus saja. Atau ibumu memang berniat menyimpan untuk tetap memeras keluargaku nanti.]
[Aku berani bersumpah, De. Tolong cabut laporannya.]
[Aku sudah tidak perduli!] tanpa basa-basi lagi langsung ditutup sambungan telepon. Aku sudah muak dengan kata maaf seolah ingin lari dari kesalahan. Ibu dan tante Dea tersenyum puas. Kali ini mereka percaya bahwa aku memang sudah siap untuk menang.
*****
Pada akhirnya Trio dan segenap keluarganya masuk ke jeruji besi. Mereka tersangka karena membantuku bersembunyi, memaksa menikahkanku yang masih di bawah umur, memeras dan mencemarkan nama baikku dengan terang-terangan. Aku bahagia karena anak sekecil ini masih mau berpikir secara rasional meski sebetulnya sangat sulit dan butuh proses yang cukup panjang. Aku beruntung dilahirkan dari keluarga kaya sehingga dengan uang orang tuaku, aku sembuh dari rasa sakit secara mental dan tidak lagi terbelit oleh tipu daya Trio beralasan cinta. Atas kejadian ini, beberapa perempuan lain juga berani speak up dan ikut melaporkan kelakuan Trio selama ini. Mereka pantas mejalani hukuman yang setimpal atas apa yang sudah mereka lakukan padaku dan perempuan-perempuan sebelumnya.
"Setidaknya hikmah dari semua ini, kamu justru membantu korban, De." ibu menyemangati. Senyum merekah timbul, raut wajah bahagia karena kemenangan sudah terukir dari semua wajah yang awalnya dirundung cemas karena takut pertikaian ini tidak selesai bahkan khawatir jika nama baikku tidak kembali. Ayah dan ibu saling berpelukan hangat, mata ibu berkaca-kaca, rasa haru menyelimuti. Ibu berulang menciumi pipiku, ia juga memberikan semangat agar aku lebih kuat lagi ke depannya. "kak sekali lagi, maafkan aku." gumamku, aku terlamun sejenak sambil menatap kepergian keluarga Trio dengan jutaan penyesalan.
Aku pikir semua ini akan selesai dan akan kembali membaik seperti sedia kala. Ternyata aku salah, masih akan ada masa-masa berikutnya yang lebih menantang karena
keluarga besar Trio tidak akan tinggal diam. Mereka tidak terima jika anggota keluarga yang lain dilaporkan apa lagi ditangkap dan di penjara. Mereka sedang merencanakan sesuatu untuk kembali mematahkan dan menyerang kami.
Apa pun alasannya, Trio ternyata bukan dari keluarga biasa. Mereka adalah gabungan mafia dan penipu kelas kakap, hanya saja pihak polisi tidak menemukan dan tidak mengetahui kondisi yang sesungguhnya. Selain pemerasan secara publik, mereka juga jago meretas akun m-banking, e-wallet, aset atau sekedar akun sosial media lainnya. Meski prosesnya cukup lama. Mereka juga bisa saja meretas data penting. Aku tidak tahu soal itu karena tidak mendalami bagaimana latar belakang keluarga Trio. Entah mereka yang kalah dalam permainan atas melawan keluargaku atau justru sebaliknya. Pada intinya, pertarungan akan berlanjut.
*****
Aku kembali ke sekolah seperti sebelumnya. Pihak sekolah memaafkan dan membiarkan aku ikut kembali belajar dengan beberapa denda yang sudah dibayarkan ayah, semua pelajaran yang tinggal juga usai diberi contekan agar ikut menulis ketinggalan pelajaran atau mem-foto copy agar bisa diikuti kembali sesuai waktu yang berjalan. Aku bilang juga apa, harusnya aku menikmati hidup yang mudah dan bergelimang kebahagian. Bukan justru terjebak pada rayuan maut yang membawa pada kehancuran. Aku bersyukur ibu dan ayah masih mengusahakan kepulanganku. Jika tidak, aku mungkin akan selamanya menjadi istri gantung bagi Trio dan babu gratis untuk keluarganya. Aku sempat berpikir bagaimana dengan wanita di luar sana yang dengan suka rela menikah dini lantas tinggal bersama mertua mereka. Apa lagi jika suami mereka lebih pro pada ibunya. Akan kah mereka merasakan bahagia yang sesungguhnya atau hanya alibi untuk menutupi penyesalan yang tidak bisa mereka selamatkan. Pantas saja, semakin tahun kasus perceraian usia muda semakin banyak terjadi. Ternyata laki-laki lah penyebabnya. Sebagian besar enggan bertanggung jawab, sebagian lagi hanya mementingkan ego dan nafsu birahinya saja. tidak perduli bagaimana batin istri mereka, meski tertekan tinggal bersama mertua, suami hanya menuntut agar istri mereka bersabar, lebih-lebih saat dengan lancang mengatai istrinya harus tahu diri karena menumpang di rumah orang tuanya. padahal siapa yang sudi tinggal dengan orang tua mereka, para istri tinggal bersama dengan orang asing karena mengikuti suaminya. Jika bukan dituntut kewajiban dan cintanya. mungkin. Semua istri akan memilih pulang ke rumah ibunya. mereka janin akan lebih bahagia dari pada dengan alasan cinta harus tersiksa.
Drama percintaan monyet ini memberiku banyak pelajaran hidup yang sangat matang. Memang betul, menjadi perempuan berkelas dan berwawasan adalah bagian hidup yang sangat penting agar tidak ada yang berani meremehkan termasuk juga pihak laki-laki yang kita cintai nantinya. Setelah menjadi perempuan yang bernilai, Tuhan akan mempertemukan kita dengan sosok yang setara. Itu sudah hukum alam, Tuhan begitu adil, kan. Lantas kenapa masih banyak orang yang akhirnya sudah, menyalahkan takdir seolah suratan yang diberikan Tuhan sangat jahat. Padahal kejahatan dalam hidup kita adalah buah dari apa yang kita lakukan selama ini. Tidak mudah memang, tapi begitulah faktanya.