Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anggap Tidak Pernah Terjadi
Virgo marah, begitu bangun tidur di sebelahnya ada Lusi. Hanya karena wajah Lusi mirip dengan wajah Reva, bukan berarti Lusi bisa seenaknya tidur di ranjang yang sama.
Kepala Virgo benar-benar sudah oleng. Siapa yang mengajak tidur? Bukankah dia sendiri? Tapi dia malah playing victim, seolah-olah menjadi korban. Padahal korban sesungguhnya adalah Lusi.
Gadis itu bukan siapa-siapa, tidak dinikahi juga, tapi malah sudah dikawini. Ya, Setengah sadar, dengan gejolak yang menggebu-gebu, Virgo telah merasakan darah perahwan. Lalu kini dia marah-marah, seolah dia lah pihak yang sangat dirugikan.
"Siapa yang mengijinkan ku tidur di kamar ini?"
Lusi yang badannya sakit semua, dia merasa heran. Tadi Virgo membuainya sampai ke awan, sekarang langsung dihempas ke dasar jurang. Tatapan penuh rasa ingin memiliki, seketika berubah jadi tatapan penuh benci dan maki.
"Keluar sekarang dari kamar ini!" usir Virgo.
Lusi merasa sangat terhina, dia sampai tak bisa berkata-kata. Kejadiannya begitu cepat, sampai dia tidak bisa mencerna apa yang terjadi dan harus mengatakan pembelaan yang bagaimana.
Sampai akhirnya, karena sudah merasa terhina. Seolah dia yang menggoda Virgo sebelumnya, Lusi pun langsung meraih pakaiannya. Memainkan dengan perasaan berkecamuk, kemudian meninggalkan Virgo sendiri di dalam kamar tersebut.
Virgo langsung marah, dia semakin marah apalagi melihat seprai kamarnya penuh bercak darah. Virgo orang yang sangat perfeksionis. Tidak suka sesuatu yang kotor, seprainya kini kelihatan kusut dan penuh noda.
"Apa ini?"
"Shiallll!"
Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan kembali mengumpat.
"Apa yang terjadi? Bisa-bisanya aku tidur dengan pembantu itu?"
Virgo melempar bantal dan guling di dekatnya, kemudian turun dari ranjang, dengan tanpa apapun. Kesal, ia raih bad cover kemudian menutup bagian tubuhnya lalu langsung ke kamar mandi.
"Ceroboh! Kenapa sampai melakukan hal ini!"
Masih marah-marah, Virgo membasahi tubuhnya di bawah shower yang mengalir deras. Menghilangkan sisa-sisa jejak pertempuran dengan Lusi sesaat lalu.
***
Di kamar lain, Lusi juga melakukan hal yang sama. Dia mengosok badannya sampai terasa perih. Merasa kotor karena sudah melakukan hal yang seharusnya dia tak lakukan.
Harusnya dia menghindar, bukan malah menerima begitu saja. Lihat sekarang? Dialah yang paling rugi dan merasa terhina sekali. Sambil membasahi wajahnya pakai air, Lusi pun menangis. Membiarkan air matanya mengalir bercampur air.
Beberapa saat kemudian
Lusi baru keluar, tapi langsung digadang oleh seniornya yang kemarin.
"Setrika ini! Setelah itu masukkan ke dalam lemari, sesuai warna!"
Lusi tak mengiyakan, juga tak menolak. Sehingga pelayan senior itu kesal dan langsung meletakkan keranjang cucian di dekat kaki Lusi.
"Kerjakan!"
Lusi malas berdebat, akhirnya dia ambil keranjang itu kemudian jalan ke tempat khusus untuk cucian bersih dan tempat setrikaan. Saat Lusi berjalan, pelayan tadi memperhatikan.
"Hei! Kakimu kenapa? Kenapa kau jalan nga-ngakang begitu?" ledeknya.
Lusi tak menggubris, dia tetap jalan.
"Sombong sekali anak baru ini! Dari yayasan mana sebenarnya? Songong banget jadi orang!"
Lusi tetap tak peduli, dia sedang malas berdebat. Hatinya masih sakit.
"Dasar tuuuli, diajak ngomong pura-pura tak dengar. Punya mulut pun tak bisa berbincang, bisuuu!" Pelayan itu trus saja mengoceh.
Lusi yang suasana hatinya sedang tak baik-baik saja, ia langsung berbalik dan menjatuhkan keranjang di tangannya.
BRUK!
"Kalau mau cari ribut denganku, jangan sekarang!" Lusi masih ngomong baik-baik.
"Sombong sekali!"
"Jangan ganggu aku. Tolong!"
"Ishh ... pegawai baru, sudah ... Jangan banyak drama. Sama, kerjakan pekerjaan mu! Anak baru songgong."
"Sudah??? Pergilah ... kerjakan tugasmu sendiri. Tolong jangan ganggu aku."
Pelayan itu tiba kok kesal, Lusi terlalu berani saat berbicara dengannya. Padahal masih anak baru. Entah mungkin terlalu jengkel, ia langsung menarik kincir Lusi, hingga tali rambutnya lepas dan rambutnya yang basah tergerai sempurna.
"Kau memang cari perkara," gumam Lusi kemudian mendorong tubuh pelayan. Mirip anak TK kalau bertengkar, dua orang ini bagai tom and Jerry, tak bisa akur kalau ketemu.
"ROSA!!! LUSI! CUKUP!" teriak kepala pelayan.
Lusi dan Rosa langsung diam.
"Dia yang mulai duluan," ucap Lusi.
"Diam kamu!" sentak kepala pelayan.
Lusi langsung diam, hari ini benar-benar hari paling buruk sepanjang usianya yang baru 19 tahun ini.
....
Sementara di tempat lain.
Seorang perempuan cantik berpakaian serba putih dengan topi dan selimut di pangkuannya sedang menikmati pemandangan laut di atas kapal.
"Kamu suka lautnya?" tanya seorang pria di sebelahnya.
"Suka, aku memang suka laut."
"Tidak lama lagi, kamu tidak akan sering menatap laut seperti ini. Kamu akan kembali ke duniamu yang lama."
"Aku tahu ... "
"Kau senang?"
"Hem."
"Dia pasti terkejut ... karena kau masih hidup."
Perempuan itu menatap jauh ke depan, melihat pulau yang ada di seberang.
"Ya, dia pasti merindukan aku."
Pria di sebelahnya hanya tersenyum, kemudian minum anggur di tangannya. Keduanya sedang menikmati pemandangan di atas kapal.
***
Kediaman Virgo
Sudah 3 hari, setelah kejadian itu, Virgo tak pulang ke rumah. Sepertinya sengaja menghindar dari Lusi. Sementara Lusi, dia sudah beberapa kali mencari kesempatan untuk kabur. Rasanya sama saja, di jual Edo atau direndahkan Virgo. Sama-sama rendahan. Alhasil, Lusi berniat pergi diam-diam.
...
Jam 8 malam
Lusi menggantikan temannya untuk membuang sampah, padahal biasanya itu bukan pekerjaan Lusi. Malam itu, Lusi benar-benar berniat untuk kabur. Toh Virgo juga tak ada di rumah beberapa hari terakhir.
'Aman ... Semuanya aman.'
Lusi membawa kantong sampah kanan dan kiri. Pagar pun dibuka sedikit, dia pun keluar. Security memerhatikan dari belakang. Begitu sudah dapat angan-angan, Lusi pura-pura melemaskan otot-otot lehernya, kemudian langsung kabur dan lari sangat cepat.
"HEI!" teriak security.
Semua langsung ikut mengejar Lusi yang berani kabur dan bersambung.
kata2mu pedas tp butuh Lusi😪😪