Davina Himawan tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Jodie kandas di tengah jalan. Pernikahan yang awalnya begitu bahagia, dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah Vina mengetahui suaminya berkhianat dengan wanita lain. Wanita itu tak lain sekertaris suaminya sendiri. Lolita.
Davina memilih pergi meninggalkan istana yang telah ia bangun bersama Jodie, laki-laki yang amat di cintainya. Bagi Vina yang menjunjung tinggi kesetiaan, pengkhianatan Jodie tak termaafkan dan meninggalkan luka teramat dalam baginya.
Bagaimana kisah ini?
Apakah Davina mampu bangkit dari keterpurukan atau kah ia akan merasakan sakit selamanya? Ikuti kelanjutannya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYAKITI
Hari kian malam. Jam di dinding berdetak menyentuh angka satu.
Davina sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Jodie belum kembali juga sejak keduanya berdebat beberapa jam yang lalu. Bahkan handphone laki-laki itu tidak bisa di hubungi.
"Aku tetap menunggumu pulang, mas. Malam ini juga kita harus bicara", ucap Davina hilir mudik di dekat tempat tidur. Wajahnya nampak memutih.
Selama pernikahan ia dan Jodie tidak pernah ribut besar seperti tadi. Kalau pun ada perdebatan Jodie tidak pernah pergi seperti ini.
Sungguh keadaan rumah tangga antara ia dan Jodie sekarang membuat perasaan Davina sedih. Bahkan tak jarang air matanya menetes memikirkannya. Namun mungkin memang begitu fase yang harus ia lalui. Terlebih sekarang Jodie seakan sulit ia gapai. Jodie semakin jauh dari nya.
Ceklek..
Davina menolehkan kepalanya menatap kearah pintu yang terbuka. "Mas.."
Jodie langsung memberikan sorot tajam pada Davina, begitu tahu Davina belum tidur. Wajahnya dingin tak bersahabat. Ia tidak menggubris Davina langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Mas kita harus bicara", ucap Vina pelan.
Vina duduk di tepi tempat, tepat di samping Jodie yang tidur tertelungkup sambil memeluk bantal. Tak ada sahutan dari mulutnya.
"Mas–"
Seketika tubuh Jodie bangkit. Wajah itu semakin dingin memendam amarah
"Demi Tuhan Vina, apa maumu dari ku hah?!", hardiknya dengan suara lantang tepat di wajah Davina.
Davina menatap wajah dingin suaminya dengan tatapan sendu.
"Apa yang terjadi pada pernikahan kita?", ucapnya dengan lirih menahan isak tangis.
"Mas sangat berubah pada ku. Mas sering marah, mas juga kemarin-kemarin tidak pulang ke rumah. Apa yang terjadi pada mu, mas Jodie? Bahkan semalam aku menelpon mu, yang menjawab wanita. Siapa dia mas?", tanya Davina dengan mata berkaca-kaca menatap Jodie yang juga menatapnya dengan sorot mata tajam.
Bukan nya menenangkan istrinya, Jodie malah tersenyum sinis mendengar perkataan istrinya itu.
"Banyak sekali pertanyaan mu, apa kau tidak mengerti juga Vina. Kau itu...Ck", Jodie menghentikan perkataannya semakin menatap sinis Davina yang terdiam di pinggir tempat tidur.
"Kau itu banyak sekali kekurangan sebagai seorang istri. Kau tidak bisa merawat diri seperti–"
"Lolita!", sambung Davina.
"Nah itu kamu tahu Vina. Kau tidak seperti Lolita yang pintar dan harum. Tidak seperti mu yang bau bawang dan tidak bisa membahagiakan suami".
"Belum lagi kau tidak bisa memberi ku anak. Jadi jangan salahkan aku jika menginginkan wanita lain, Vina!"
"K-amu tega, menyakiti ku mas. Aku tidak pernah menuntut mu memberi ku apapun, tapi kamu selalu menyalakan aku".
"Sekarang apa mau mu?", ucap Davina terisak. Linangan airmata membasahi wajah putih mulus itu. Namun wajah itu kini memendam kesedihan mendalam.
"Aku ingin kita berpisah! Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Aku talak diri mu sekarang juga!", tegas Jodie sambil melangkahkan kakinya hendak keluar kamar.
Ucapan Jodie sontak membuat Davina menangis pilu. Jemari tangannya mengurut dada yang terasa begitu sesak. Bahkan isak tangisnya pun terdengar begitu jelas keluar dari bibir wanita itu.
Tubuh Davina begitu terguncang mendengar kata-kata Jodie. Terlebih terucap kata talak dari laki-laki yang sudah menikah dengan hampir tiga tahun itu. Jujur Davina tidak menyangka terucap kata talak Jodie padanya.
"Aku ingatkan...jangan coba-coba berlindung di balik pengacara mana pun. Karena kau tidak berhak sama sekali dari harta-harta ku. Semua ini atas nama ku...kau cam kan itu Vina!", ujar Jodie dengan tegas tanpa sedikitpun peduli dengan perasaan Vina kini.
Sedikit pun tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Davina. Namun hatinya begitu teriris iris. Sakit. Itulah yang dirasakan nya kini.
"Segera bereskan barang-barang mu dari rumah ku, Davina!", sambung Jodie sambil membanting pintu kamar dengan kerasnya dan tanpa perasaan.
Dengan tubuh gemetaran Davina menangis sesenggukan sejadi-jadinya. "Ya Allah kuatkan diri ku. Aku tidak akan menentang takdir yang kau berikan pada ku.."
...***...
To be continue