Cerita ini Mengisahkan Seorang Guru Fisika Bernama Yayan, dan Guru Kimia bernama Ribca Yang Berjodoh karena Dijodohkan oleh Siswa-siswi di sekolah tempat mereka mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4: Langkah Pertama Menuju Perubahan
Pagi itu, suasana di SMAN 5 BUNTOK terasa berbeda. Sejak acara perjodohan kecil-kecilan di kelas XI MIPA, ada perubahan dalam cara Pak Yayan dan Bu Ribca berinteraksi. Meski masih terlihat seperti biasa di depan siswa-siswinya, ada rasa canggung yang sulit disembunyikan setiap kali mereka saling tatap. Tidak ada yang berubah drastis, tetapi setiap detil kecil—seperti senyuman yang lebih hangat atau sapaan yang sedikit lebih perhatian—sudah cukup untuk membuat para siswa semakin yakin kalau rencana mereka mulai membuahkan hasil.
Di ruang guru pagi itu, Pak Yayan sedang menyiapkan materi fisika tentang gaya gravitasi. Namun, pikirannya sesekali melayang pada percakapan singkat dengan Bu Ribca setelah acara beberapa hari lalu. Makan malam bersama. Ia masih ingat tawanya, dan bagaimana, untuk pertama kalinya, ia benar-benar mempertimbangkan sebuah hubungan.
“Yayan, pagi-pagi udah serius banget, nih,” sapa Bu Ribca sambil meletakkan tasnya di meja sebelah.
Pak Yayan menoleh dan tersenyum tipis. “Pagi, Bu. Lagi nyiapin materi buat hari ini. Kamu sendiri? Nggak ada kelas pertama?”
Bu Ribca menggeleng. “Nggak. Aku sengaja datang lebih awal biar bisa nyicil administrasi.” Ia duduk dan menatap layar laptop, tetapi jelas terlihat ada keraguan di matanya, seolah ingin mengatakan sesuatu.
“Jadi, gimana rencana makan malam kita?” tanyanya akhirnya, dengan nada ringan.
Pak Yayan tertegun sesaat, tetapi langsung menguasai diri. “Aku masih ingat kok. Kamu mau kapan?”
“Saya sih bebas. Mungkin malam minggu ini?” jawab Bu Ribca sambil tersenyum.
Pak Yayan mengangguk, berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang meski ada rasa aneh di dadanya. “Baiklah. Kamu tentuin tempatnya, ya.”
Mereka berdua kembali pada pekerjaan masing-masing, tapi suasana di antara mereka jelas lebih ringan. Para siswa mungkin tidak tahu, tapi di balik percakapan sederhana itu, sebuah hubungan baru perlahan mulai tumbuh.
---
Rencana Siswa Semakin Berjalan Lancar
Di kelas XI MIPA, Alsa dan teman-temannya sedang membahas perkembangan terbaru. Mereka merasa rencana perjodohan yang awalnya sekadar gurauan kini benar-benar menunjukkan hasil.
“Kalian lihat nggak cara Pak Yayan dan Bu Ribca saling pandang tadi pagi?” bisik Alsa dengan mata berbinar.
“Lihat banget! Aku yakin mereka pasti bakal lebih dekat lagi,” sambut Sapina dengan penuh semangat.
Yovaldi yang duduk di sudut kelas hanya tersenyum kecil. Meski tidak banyak bicara, ia senang melihat rencananya perlahan berhasil. “Kita harus terus dorong mereka biar nggak berhenti di sini aja.”
Alsa mengangguk mantap. “Setuju. Kita bisa bikin mereka makin sering ketemu. Gimana kalau kita bikin proyek kolaborasi antara pelajaran fisika dan kimia? Mereka bakal sering kerja bareng.”
“Ide bagus!” ujar Sapina. “Aku yakin mereka nggak bakal bisa nolak kalau itu buat kepentingan belajar.”
Tanpa menunggu lama, Alsa langsung menyusun rencana untuk proyek gabungan tersebut. Ia yakin, semakin sering Pak Yayan dan Bu Ribca bertemu dalam konteks profesional, semakin besar kemungkinan hubungan mereka berkembang.
---
Proyek Kolaborasi: Fisika dan Kimia Bersatu
Beberapa hari kemudian, Alsa dan timnya mengajukan ide proyek kepada Pak Yayan dan Bu Ribca. Proyek itu berfokus pada eksperimen tentang energi dan reaksi kimia—kombinasi sempurna antara kedua mata pelajaran tersebut.
Pak Yayan menatap proposal itu sambil mengerutkan kening. “Ini proyek yang cukup ambisius. Kalian yakin bisa menyelesaikannya?”
“Kami yakin, Pak. Tapi, tentu kami butuh bimbingan dari Pak Yayan dan Bu Ribca,” jawab Alsa dengan penuh percaya diri.
Bu Ribca tersenyum sambil melirik Pak Yayan. “Sepertinya ini bakal menarik. Aku setuju.”
Pak Yayan akhirnya mengangguk. “Baiklah. Kita bisa mulai minggu depan.”
Para siswa bersorak gembira, dan Alsa menatap Yovaldi dengan mata penuh kemenangan. “Lihat kan? Semuanya berjalan sesuai rencana,” bisiknya.
---
Kerja Sama yang Tak Terduga
Hari-hari selanjutnya, Pak Yayan dan Bu Ribca semakin sering bekerja sama untuk membimbing siswa dalam proyek tersebut. Mereka bertemu di laboratorium, mendiskusikan metode eksperimen, dan bahkan sesekali bercanda di sela-sela kesibukan.
Suatu hari, saat mereka sedang menyiapkan bahan untuk eksperimen, sebuah insiden kecil terjadi. Pak Yayan secara tidak sengaja menumpahkan larutan kimia di meja.
“Waduh, maaf! Aku nggak sengaja,” ujarnya sambil buru-buru mengambil kain untuk membersihkannya.
Bu Ribca hanya tertawa. “Tenang aja, nggak apa-apa. Untung nggak kena ke alat penting.”
Pak Yayan menatap Bu Ribca yang masih tertawa, dan tanpa sadar ikut tersenyum. Di momen itu, ia menyadari bahwa bekerja bersama Bu Ribca tidak hanya menyenangkan, tapi juga membuatnya merasa lebih hidup.
---
Sebuah Langkah Berani
Malam minggu tiba. Seperti yang sudah disepakati, Pak Yayan dan Bu Ribca akhirnya pergi makan malam bersama di sebuah kafe kecil di pinggir kota.
Kafe itu sederhana namun nyaman, dengan alunan musik jazz yang lembut. Mereka memesan makanan dan mulai berbincang, kali ini tanpa batasan profesional seperti di sekolah.
“Aku nggak nyangka bisa sesantai ini sama kamu,” kata Pak Yayan sambil tersenyum.
Bu Ribca menyesap kopinya. “Aku juga. Selama ini, aku pikir kamu terlalu serius. Tapi ternyata kamu asyik juga.”
Percakapan mereka mengalir lancar, membahas banyak hal—mulai dari pekerjaan, hobi, hingga mimpi-mimpi yang belum tercapai.
Di tengah obrolan, Pak Yayan tiba-tiba memberanikan diri bertanya, “Kamu pernah serius mempertimbangkan hubungan seperti ini sebelumnya?”
Bu Ribca menatapnya sejenak, lalu tersenyum. “Aku nggak pernah nyangka bakal mempertimbangkannya... sampai sekarang.”
Pak Yayan merasa dadanya berdebar lebih cepat, tetapi ia tahu inilah saat yang tepat. “Kalau begitu... mungkin kita bisa coba. Pelan-pelan aja.”
Bu Ribca mengangguk. “Aku setuju. Pelan-pelan, tapi pasti.”
---
Akhir dari Awal yang Baru
Makan malam itu menjadi titik awal dari hubungan yang lebih serius antara Pak Yayan dan Bu Ribca. Kembali ke sekolah pada hari Senin, mereka mungkin masih terlihat seperti dua guru biasa di depan siswa-siswinya. Namun, ada senyum kecil yang selalu menghiasi wajah mereka setiap kali bertemu—senyum yang hanya mereka berdua mengerti.
Para siswa XI MIPA, terutama Alsa dan Yovaldi, merasa puas melihat perkembangan itu. Meskipun mereka tidak lagi ikut campur, mereka tahu bahwa hubungan antara Pak Yayan dan Bu Ribca kini berada di jalur yang tepat.
Dan begitulah, di antara tumpukan buku pelajaran dan eksperimen kimia, di tengah kesibukan mengajar dan belajar, cinta perlahan mulai bersemi. Tidak ada yang terburu-buru, tidak ada yang dipaksakan—hanya dua hati yang saling menemukan di saat yang tepat.
Mungkin benar apa yang tertulis di salah satu pesan dari kotak kejutan siswa-siswa mereka: Cinta itu soal keberanian. Dan setiap langkah kecil yang kita ambil adalah bagian dari perjalanan besar
Aaaaaaa.... Lucu🥹🥹🥹 please Aku ngak mau nulis lagi rasanya Kok Bisa Gue Bikin Cerita Kehidupan Gini ya😭
Ok Guys anggap aja itu Angin lalu, Ok Next Episode Berikutnya ya Sabar....sabar..!
Jika Mereka Memang Cocok Apakah akhirnya nanti mereka Akan Menikah?
btw.. semngat ya kak author nya/Chuckle/